"Baik Om, Tante, mulai saat ini saya berjanji gak akan mengganggu Alex lagi." Intan menggandeng tangan Darren dan ingin segera meninggalkan rumah itu. Ia tahu bahwa dirinya dan Darren tidak diterima di rumah itu."Caroline, tunggu! Tolong jangan pergi dari sini!"Alex beralih menatap kedua orang tuanya. "Pa, Ma, Alex sangat mencintai Caroline. Dia wanita yang baik. Setiap orang punya masa lalu, kan Pa, Ma? Alex bisa menerima masa lalu Caroline. Alex juga menyayangi Darren. Aku mohon, berilah kami kesempatan untuk menjalani hubungan ini dengan sewajarnya. Tolong beri kami doa dan restu, Pa, Ma,"Papa Alex melotot dan menggelengkan kepalanya. "Dasar anak bodoh! Kamu itu terlalu polos, padahal pendidikanmu tinggi. Mudahnya kamu mengatakan telah jatuh cinta padanya dan mengabaikan semua saran kami. Apa kamu sudah menyelidiki latar belakang wanita ini? Dari mana dia berasal, seperti apa orang tua dan keluarganya? Jangan pernah tertipu dengan penampilan dan rayuan manisnya!"Intan mendengus
"Tunggu! Ini gak seperti yang kamu bayangkan, Alex, aku.." kata Intan terbata-bata."Apa?! Katakan, Intan, apa kamu sudah lama merencanakan ini? Pasti kamu sengaja mengincar untuk memanfaatkan aku, iya kan? Apa sebenarnya maumu? Kamu sama sekali gak menganggap penting hubungan kita ini dan menghargai perasaanku. Aku gak percaya ada wanita seperti kamu, Intan. Terbuat dari apa hatimu itu?" Alex memukul setir mobilnya."Baik, aku akan mengatakan yang sebenarnya," jawab Intan."Katakan saja, karena ini akan menjadi pertemuan terakhir kita. Kita akhiri saja hubungan ini. Aku sudah gak sanggup menerima drama dan kebohongan darimu." Alex menatap nanar ke depan."Benar, aku adalah Intan, mantan istri Tommy." Lirih Intan."Apa tujuanmu mendekati aku? Aku tahu kalau kamu gak pernah menyukai aku, iya kan? Kamu mau uang dan aset dari aku? Ratu pembohong seperti kamu memang pintar bersandiwara. Bodoh sekali aku yang terjebak dalam permainan kotormu itu." Intan merasa terpukul mendengar ucapan Al
'Kenapa sikap Tommy berubah padaku? Dia memang gak pernah lagi menyinggung masalah anak, wanita lain, atau perceraian, tapi aku merasa dia semakin jauh. Dia sangat dingin dan jarang berbincang denganku. Ada apa ini?' batin Silvy.Silvy duduk di meja riasnya dan melihat pantulan wajahnya yang masih pucat."Apa salahku, Mas? Apa kamu sudah bosan padaku?" Silvy meraba wajahnya dan menyeka air matanya.Tadi malam Tommy pulang sangat larut, Silvy bahkan sudah tertidur karena terlalu lama menunggu. Pagi harinya Tommy bangun awal dan bergegas pergi ke kantor. Silvy bahkan tidak punya kesempatan untuk banyak berbincang dengan Tommy.Setiap kali Silvy mengirim pesan atau menelepon, Tommy selalu beralasan sedang sibuk bekerja. Silvy merasa asing dan jenuh dengan keadaan ini.Silvy merasa cinta Tommy benar-benar telah pudar padanya. Biasanya Tommy yang selalu menghubungi Silvy terlebih dahulu, pulang cepat untuk menemani berbelanja dan jalan-jalan. Namun sekarang semua suasana indah dan manis it
"Sabar dulu, Sayang. Walaupun selama ini papa gak berada di sisimu, tapi sebenarnya papa selalu mengingatmu dan menjagamu, Nak. Kamu tetap putri papa yang sangat papa cintai" kata Pak Johan."Aku benci Papa. Sejak Papa pergi meninggalkan aku dan mama untuk wanita itu, aku sudah menganggap diriku seperti anak yatim. Aku bertumbuh sampai dewasa seperti ini tanpa belaian kasih sayang, perhatian, dan satu sen pun uang dari Papa," cibir Silvy."Kamu salah, Nak. Kamu selalu ada di hati papa. Lupakanlah masa lalu, karena saat itu kamu juga belum mengerti dengan jelas apa yang terjadi! Kita buka lembaran baru dan saling menyayangi seperti layaknya orang tua dan anak pada umumnya.""Apa mau Papa sekarang? Aku harus pulang, karena suamiku akan mencari aku. Dia pasti mencemaskan aku, Pa," jawab Silvy."Mencarimu? Papa ragu Tommy akan melakukan itu. Mungkin dia justru senang kalau kamu menghilang. Dia sepertinya sedang bingung dengan perasaannya sendiri padamu. Ada wanita lain yang berusaha menje
"Ma, kenapa Papa Alex gak datang lagi ke rumah ini? Darren kangen, mau main sama papa," celoteh Darren sore itu.Intan yang sedang mengupas apel untuk Darren langsung terdiam dan menghentikan aktivitasnya. Ia tidak tahu harus bagaimana menjawab pertanyaan polos putranya itu."Mama koq diam? Aku mau telepon Papa Alex." Darren mengambil ponsel Intan yang ada di meja.Intan terkejut dan berteriak, "Darren, jangan sembarangan mengambil ponsel Mama! Letakkan kembali di tempatnya! Mama melarang kamu untuk menghubungi Om Alex. Ingat, dia bukan papamu!"Darren terkejut, Intan sangat jarang membentaknya seperti itu. Darren langsung meletakkan ponsel itu dan berlari ke kamar. Ibu Intan yang melihat adegan itu segera mendekati Intan. Intan duduk di meja makan dan memijit pelipisnya."Nak, jangan berteriak seperti itu sama Darren! Dia gak tahu apa yang terjadi di antara kamu dan Nak Alex. Darren pasti bingung dengan perubahan ini, dia pasti kehilangan Alex. Selama ini Darren dan Alex mempunyai hu
Alex tidak tinggal diam, ia menyentuh sudut bibirnya yang berdarah, lalu maju membalas serangan Rudy. Kedua pria bertubuh tinggi itu bergulat di lantai, saling membalas pukulan sampai kelelahan.Seorang office boy yang masuk ke ruangan Alex untuk mengambil sampah terkejut. Ia segera berlari ke luar ruangan untuk meminta pertolongan.Tanpa memakan banyak waktu, petugas keamanan dan para karyawan masuk ke ruangan itu. Mereka terkejut melihat CEO perusahaan itu sedang terlibat perkelahian dengan calon kolega perusahaan itu.Alex dan Rudy duduk di lantai dengan nafas terengah-engah. Akibat pertengkaran itu, mereka kelelahan dan menderita beberapa luka ringan di wajah.Alex mengangkat tangannya dan memberi isyarat pada para karyawannya untuk mundur. Ia juga meminta semua karyawan itu keluar dari ruangan rapat itu. Dengan ragu semua karyawan meninggalkan Alex dan Rudy."Alex, apa yang kamu pikirkan tentang kakakku itu gak benar. Intan bukan wanita seperti itu," kata Rudy."Terserah kamu saj
"Bukan itu maksudku, Mbak. Aku melihat Mbak dan Darren bersedih setelah Alex memutuskan hubungan. Aku hanya berusaha memberi penjelasan tentang apa yang sebenarnya terjadi. Aku tahu Alex sangat kecewa mengetahui bahwa Mbak berbohong. Aku hanya memberi tahu dia, apa alasan Mbak melakukannya," jawab Rudy sambil meraba wajahnya yang perih.Intan menghela nafas dan menggelengkan kepalanya. "Tapi bukan seperti itu caranya, Rud. Aku gak mau terlihat rapuh di depan siapapun. Kamu pasti tahu itu, kan? Aku sudah pernah mengalami hal yang lebih buruk dari ini. Aku pasti bisa melewatinya, karena Intan yang sekarang bukanlah Intan yang dulu.""Maaf, Mbak." Lirih Rudy.Intan mengulurkan tangannya dan meraba wajah Rudy yang lebam."Sepertinya besok ak gak bisa ke kantor. Apa kata orang-orang kalau melihat wajahku seperti ini?" keluhnya."Kamu tenang saja, Rud. Jangan terlalu cemas padaku. Aku bisa menghadapi semua ini, aku yakin Darren juga anak yang tegar dan kuat. Sekarang kamu harus menyiapkan j
"Mas, tolong belikan aku makanan kesukaanku. Kamu tahu, kan? Pizza yang ada di mal tempat kita sering makan siang dulu," kata Silvy manja."Apa?! Kamu kan bisa memesan melalui aplikasi pesan antar makanan itu, aku lelah dan ingin cepat pulang ke rumah," jawab Tommy."Ayolah, Sayang, aku mau kamu yang membelinya. Aku juga mau menitip beberapa barang di supermarket.""Kamu merepotkan sekali! Minta saja asisten rumah tangga kita untuk membelinya!" Tommy mulai kesal."Pokoknya aku mau kamu yang membelinya, Mas! Kamu sudah janji akan memperhatikan aku dan menuruti semua permintaanku, bukan? Kalau aku meminta asisten rumah tangga membelinya, pasti akan semakin lama, Mas. Jalan ke arah mal itu macet jam seperti saat ini. Sedangkan kamu lebih mudah menuju ke mal itu, searah dengan jalan pulang kemari," celoteh Silvy.Tommy hanya bisa mendengus kesal mendengar permintaan istrinya. Ia tadinya ingin cepat pulang dan beristirahat, tetapi ternyata harus tertunda karena permintaan istrinya.'Dasar