Azura, seorang wanita yang taat beragama dan hidup dalam kebahagiaan dengan suaminya, Ustad Aslam, merasa bahwa pernikahannya adalah surga yang dijanjikan. Namun, semuanya berubah ketika dia menemukan sebuah rahasia yang mengejutkan tentang suaminya. Ustad Aslam telah menikah lagi, dan Azura bukanlah istri keduanya, melainkan istri keempatnya. Azura merasa hancur dan dikhianati oleh suaminya. Dia tidak bisa memahami mengapa Ustad Aslam tidak memberitahunya tentang pernikahan lainnya. Azura merasa seperti hidup dalam kebohongan dan ketidakpastian. Ketika Azura mengetahui bahwa suaminya telah menikah dengan tiga wanita lainnya sebelum dia, dia merasa seperti tidak berarti lagi dalam pernikahannya. Azura harus menghadapi kenyataan bahwa dia bukanlah prioritas utama dalam hidup Ustad Aslam. Dengan hati yang hancur, Azura memutuskan untuk mengambil langkah drastis untuk menghadapi suaminya dan menentukan masa depannya sendiri. Apakah Azura akan memilih untuk tetap bersama Ustad Aslam atau meninggalkannya untuk selamanya.
View More"Assalamualaikum," ucap Aslam saat membuka pintu masuk.
Berjalan menghampiri istrinya yang saat ini sedang duduk di kursi ruang tamu. Menundukan pandangannya sembari membaca buku-buku islam yang dia belikan kepada istrinya.Tampaknya Arini sedang fokus membaca buku, namun saat mendengar suara Aslam Arini langsung saja mengangkat pandangannya.
"Waalaikumsalam," jawab Arini Istri seorang Aslam.
Mendengar suara suaminya datang Arini langsung saja bangkit dari duduknya berjalan menghampiri Aslam yang sedang berjalan ke arahnya.Dengan langkah yang anggun dan juga santai Arini menyambut kedatangan suaminya dengan penuh suka cita dan kasih sayang.
"Kenapa, Baru pulang Bi?" tanya Arini sembari mencium tangan Aslam dengan takdim.
Aslam tersenyum saat Arinia bertanya seperti itu, dia sudah tahu Istrinya akan bertanya seperti itu karena bagaimanapun Aslam telat setengah jam saat pulang dari waktu yang ditentukan.
"Maaf Mi tadi, di jalan macet jadi lama.”Aslam mengusap tengkuknya dengan pelan sembari membuang muka ke sembarang arah untuk menghindari tatapan menyelidik dari istrinya.
Inilah yang Arini suka dari suaminya, dia selalu tenang dalam berbicara serta selalu menghargai Arini. Menjelaskan apa yang tidak perlu dijelaskan supaya hubungannya suami istri terjalin dengan baik.
Arini tersenyum sembari menatap ke arah suaminya yang saat ini sedang menatapnya.
"Kenapa menatap abi seperti itu??" tanya Aslam kepada Arini.
Aslam merasa tidak nyaman saat Arini menatapnya dengan tatapan tajam dan menyelidik. Tidak biasanya Arini seperti itu, dia heran ada apa dengan istrinya hari ini. Namun meskipun begitu dia tidak mengatakan apapun kepada Arini, dia ingin tahu apa yang akan istrinya lakukan.
"Tidak, aku hanya merasa sangat bersyukur mempunyai suami seperti Abi yang begitu pengertian juga bisa menghargai istri Abi.” Arini menunduk malu, wajahnya tersipu malu saat menjawab pertanyaan Aslam kedua tangannya saling bertaut untuk menghilangkan rasa malu dan juga gugupnya.
Aslam tersenyum mengembang saat mendengar jawaban Istrinya itu yang terlihat begitu menggemaskan saat dirinya sedang malu.Tangannya perlahan menyentuh puncuk kepala Arini mengelusnya dengan lembut sembari menatap ke arah Arini.Sontak saja perlakukan Aslam membuat Arini semakin malu kepada suaminya.
"Sudah lebih baik sekarang kita makan bersama ayo," ajak Aslam kepada Arini untuk mengalihkan pembicaraan.
Aslam tahu Arini saat ini sedang tersipu malu.Dia merasa sangat geli saat melihat istrinya seperti itu.Dia juga geleng-geleng kepala tdiak habis pikir dengan kelakuan istrinya yang masih saja tersipu malu padahal mereka sudah lama menikah bahkan sudah dikaruniai tiga anak.
"Iya Bi ayo," jawab Arini sembari menganggukan kepala.
Saat mereka sedang berbicara tiba-tiba saja dari arah dalam Naina berjalan menghampiri mereka berdua. tadinya dia berada di ruang makan menunggu ayahnya pulang namun setelah setengah jam berlaru Naina baru mendengar suara ayahnya sehingga dia berjalan ke depan untuk memastikan bahwa ayahnya pulang.
"Umi, Abi, Naina nungguin kalian loh, kenapa masih di sini ayo kita makan Umi, Abi, Cancel dulu lah romantis-romantisannya,” ucap Naina menggoda Umi dan Abinya yang terlihat tersipu malu saat mendengar ucapan anak sulungnya.
Naina melihat raut wajah ibunya yang sudah memerah bagaikan tomat busuk begitu juga dengan abinya. Mereka berdua sama-sama membuang muka ke arah lain untuk menghindari kontak mata.Sungguh mereka berdua bener-bener malu saat ini, mereka merasa kepergok sedang selingkuh dengan orang lain.
"Naomi, hus jangan begitu lihat wajah Umimu, merah begitu," kata Aslam kepada anaknya untuk menanggapi godaan nya bahkan dia juga malah ikut menggoda istrinya.
Setiap harinya kehidupan mereka begitu harmonis dengan diselingi canda tawa bersama dengan anak dan juga istrinya sehingga membuat Arini begitu bersyukur mempunyai suami seperti Aslam. Aslam seorang pria yang bertanggung jawab juga pengertian namun yang pasti dia sangat peka terhadap perasaan istrinya itu.Entah Arini atau Aslam yang begitu bersyukur telah memiliki satu sama lain.
"Sudah, sudah lebih baik ayo kita ke meja makan sekarang pasti Namira dan Naomi telah menunggu kita," pungkas Arini kepada Aslam dan Naina sembari berjalan terlebih dahulu meninggalkan mereka berdua.
"Hehehehe,"
Naina dan Aslam saling tatap satu sama lain sebelum mereka terkekeh pelan bersama saat melihat tingkah Arini yang tersipu malu.
Di meja makan Aslam dan yang lainnya makan dengan Khidmat. Tidak ada suara yang keluar dari mulut mereka masing-masing, karena mereka semua tahu adab saat makan sehingga mereka lebih fokus kepada makanan masing-masing.
Gluk
Gluk
Gluk
"Abi sudah selesai," ucap Aslam menatap ke arah semua orang yang ada di meja makan sembari menyimpan gelas di sampingnya.
Arini yang mendengar ucapan Suaminya langsung saja mengangkat wajahnya menatap ke arah Aslam sembari mengagukan kepalanya.Beberapa saat terjadi keheningan dia antara mereka semua sampai akhirnya tiba-tiba saja Aslam berbicara kepada mereka semua.
"Umi, besok abi akan pergi untuk mengisi kajian seperti biasanya," ucap aslam tiba-tiba sembari menatap ke arah Arini.
"Berapa lama??" tanya Arini kepada suaminya.
Untung saja saat ini dia sudah selesai makan sehingga bisa menanggapi ucapan Suaminya. Sedangkan ketiga anaknya mereka terlihat acuh dan tidak ingin ikut campur urusan orang tua mereka berdua karena itu adalah urusan orang dewasa.Jadi mereka bersikap seolah tidak terjadi apapun.
"Mungkin sedikit lama Mi, paling sekitar enam bulanan.” Aslam membuang muka ke arah lain saat Aslam mengatakan itu.
“Maafkan aku Mi,” gumam Aslam dalam hati.
Hatinya begitu sakit saat membayangkan jika rahasia dia terbongkar. Aslam tidak bisa membayangkan bagaimana jika Arini tahu tentang rahasia besarnya itu.Arini tertegun saat mendengar ucapan Aslam, dia merasa aneh dengan pekerjaan Aslam akhir-akhir ini, biasanya dia tidak akan pergi mengisi kajian selama itu paling lama juga dia mengisi kajian itu satu minggu sampai satu bulan tapi ini kenapa sampai enam bulan lamanya.
"Enam bulan kenapa lama sekali, tidak seperti biasanya," gumam Arini dalam hati.
Dia tidak mengatakan kecurigaan nya kepada Aslam dan hanya memendam sendirian. Dia akan cari tahu sendiri karena sepertinya jika dia bertanya kepada suaminya. Dia tidak akan pernah mengatakan apapun kepada Arini dan memberikan alasan hanya mengisi kajian di luar kota.
"Owh ya sudah nanti Umi siapkan semua baju dan perlengkapan lainnya Bi," jawab Arini akhirnya.
Aslam tersenyum dengan lebar saat mendengar jawaban Arini dia bangkit dari duduknya berjalan ke arah Arini. Berdiri di samping nya menarik Arini kedalam pelukannya sembari mengelus pucuk kepalanya. Mengeratkan pelukannya dengan Arini, dia akan memanfaatkan momen kebersamaan mereka berdua sebelum nanti mereka tidak ada waktu lagi untuk berpelukan seperti ini.
"Yang sabar ya sayang," gumamnya dengan pelan sembari memeluk Arini.
"Iya Bi," jawab Arini...
"Maafkan aku Arini, aku terpaksa membohongi kamu," gumam Aslam dalam hati.
Meskipun Arini merasa curiga kepada suaminya dia saat ini akan bersikap biasa saja sebelum ada bukti yang mengarah kepada suaminya berbuat salah sehingga kalau firasatnya salah itu jatuhnya akan jadi fitnah.Arini mengangkat wajahnya menatap wajah Aslam yang terlihat biasa saja.Namun entah kenapa matanya menangkap sesuatu yang tidak bisa di ungkapkan dari mata suaminya.
"Aku akan mencari tahu semuanya, karena aku merasa akhir-akhir ini Abi begitu berbeda tidak seperti biasanya,”
Arini bertekad untuk mencari tahu semua informasi tentang suaminya.Bukan dia tidak percaya hanya saja dia ingin memastikan sesuatu. Serta apa yang dia rasakan itu supaya tidak menjadi prasangka buruk.
“Sebenarnya apa yang Abi sembunyikan dariku? Kenapa aku merasa ada sesuatu yang Abi tutup-tutupi dariku??”
Arini dan Azura terdiam terpaku. Mereka syok saat mendengar kejujuran Aslam."Jadi selama ini kamu membohongi aku Mas, kamu bilang istrimu pergi ke Tkw sehingga kamu menikahiku," kata Azura menatap Aslam dengan penuh kecewa."Apa? Tkw?" Arini semakin tercengang dengan ucapan Azura. Sejak kapan dia pergi Ke luar negri untuk menjadi Tkw. Atau jangan-jangan."Mas jawab pertanyaan ku dengan jujur," ucap Arini menatap Aslam yang saat ini hanya tertunduk tidak berani mengangkat wajahnya."Iya. Silahkan.""Apakah istri yang di maksud Azura adalah istri kedua kamu atau ketiga?"Aslam hanya bisa menghela nafas. Dia mengangkat wajahnya menatap ke arah Azura dan juga Arini bergantian."Ya, dia memang istri ketiga ku, sedangkan Istri keduaku masih berada di kota ini," jawabnya dengan jujur.Aslam tahu Azura dan Arini pasti akan sakit hati saat mendengar kebenarannya. Tapi, Aslan juga tidak bisa memungkiri kalau semua yang di ucapkan Azura adalah kebenaran."Mas kenapa Mas bisa setega itu kepa
Azura terdiam, pandangannya tak lepas dari sosok wanita asing yang berdiri di samping suaminya, Aslam. Wajah perempuan itu tenang, tapi matanya menyimpan sesuatu yang tak bisa Azura baca dengan mudah.“Maaf,Bu ... cari siapa, ya?” tanya Azura hati-hati. Suaranya terdengar sopan, meski ada keraguan yang samar.Perempuan itu yang kemudian memperkenalkan diri sebagai Arini, dia tersenyum tipis ke arah Azura.“Saya ... Arini. Bolehkah saya masuk sebentar?”Azura menoleh singkat ke arah Aslam, berharap ada penjelasan darinya. Tapi pria itu hanya menunduk, wajahnya kaku seperti patung. Diamnya justru membuat Azura semakin bertanya-tanya.“Tentu, silahkan masuk,” ucap Azura akhirnya, sembari membuka pintu rumah lebih lebar.Langkah Arini terdengar mantap saat memasuki ruang tamu. Ia duduk dengan anggun di sofa, sementara Azura menutup pintu perlahan dan menyusul duduk di seberangnya. Aslam memilih berdiri di dekat dinding, gelisah, seperti orang yang ingin kabur tapi tak tahu ke mana.“Kita
Keesokan harinya Arini pagi-pagi sekali sudah berdandan Rapi. Dia membangunkan semua anaknya untuk segera bangun. Berusiap berangkat sekolah supaya tidak kesiangan.Tok Tok Tok“Naina bangun,” ucap Arini di depan pintu kamar anaknya.“Iya Mi, Naina sudah bangun kok,” jawabnya di dalam sana sembari berteriak.“Kalau begitu nanti kamu bangunkan adik-adik kamu ya Sayang, kata Arini.“Iya Mi,” kata Naina.Setelah mengatakan itu Arini langsung saja berjalan menuruni tangga. Menyiapkan makanan menghidangkannya diatas meja. Semua anak-anaknya mulai turun dari tangga menghampirinya untuk sarapan bersama.Tak TakTakSuara langkah kaki terdengar begitu nyaring, membuat Arini langsung saja mendongak menatap ke arah mereka semua Anak-anaknya perlahan mendekat kearah Arini. Menarik kursi lalu duduk di kursi mereka masing-masing.“Mi, Umi mau kemana tumben hari ini sudah sangat rapi?” tanya Naina.Semua anak-anak Arini menatap ke arah Uminya.Mereka melihat dan memperhatikan penampilan Uminya dari
Pikiran Arini semakin tak karuan saat melihat suaminya bersama wanita lain.Terlebih selama ini Arini tidak pernah melihat suaminya dekat dengan siapapun kecuali ibunya dan juga istrinya. Tapi sekarang, dia dekat dengan orang lain.“Siapa perempuan itu?” tanya Arini kepada dirinya sendiri.Dari kejauhan Arini memperhatikan interaksi mereka yang terlihat biasa saja. Namun, Arini menangkap sesuatu yang berbeda di antara mereka berdua. Tidak mungkin wanita itu adalah Adiknya karena selama menikah dengan Aslam, setahu Arini dia tidak mempunyai adik ataupun kakak karena dia adalah anak tunggal.Sedangkan di posisi Aslam saat ini dia tersenyum lembut kepada Azura. Entah kenapa hati Aslam merasakan sangat nyaman dan tenang saat melihat senyum Azura. Meskipun bersama Arini pun sama hanya saja bersama Azura, Aslam mendapatkan sesuatu yang berbeda tapi Aslam juga tidak tahu itu apa.“Mas, Mari masuk aku sudah menyiapkan makanan kesukaan Mas,” ajak Azura kepada suaminya dengan tutur kata yang lem
Di pagi harinya Aslam sudah siap dengan kemeja lengan panjang dan juga celana panjang hitam,tidak lupa dengan topi yang senada dengan dengan baju dan celannya. Dia keluar dari kamar sembari menyeret koper besar miliknya.Berjalan menuruni tangga untuk menghampiri anak dan istrinya."Umi," panggil Aslam kepada Arini yang saat ini sedang menyiapkan keperluan Aslam.Arini yang mendengar panggilan dari suaminya mengangkat wajahnya menatap ke arahnya yang saat ini sedang berjalan.Dia melemparkan senyum kepada suaminya sebelum menjawab ucapan Suaminya. Meskipun dalam hatinya dia penasaran dengan koper besar yang di bawa Aslam, tapi Arini tetap diam dan bersikap seolah tidak terjadi apa-apa."Iya Abi," jawabnya dengan lemah lembut.Arini berjalan menghampiri Aslam yang saat ini sudah berada di ruang keluarga. Dia mengambil koper besar dari tangan Aslam menariknya menyimpan di ujung sofa bersama dengan yang lainnya yang slalu dia dia siapkan untuk Aslam. Aslam tersenyum kecut saat melihat Ar
"Assalamualaikum," ucap Aslam saat membuka pintu masuk.Berjalan menghampiri istrinya yang saat ini sedang duduk di kursi ruang tamu. Menundukan pandangannya sembari membaca buku-buku islam yang dia belikan kepada istrinya.Tampaknya Arini sedang fokus membaca buku, namun saat mendengar suara Aslam Arini langsung saja mengangkat pandangannya."Waalaikumsalam," jawab Arini Istri seorang Aslam.Mendengar suara suaminya datang Arini langsung saja bangkit dari duduknya berjalan menghampiri Aslam yang sedang berjalan ke arahnya.Dengan langkah yang anggun dan juga santai Arini menyambut kedatangan suaminya dengan penuh suka cita dan kasih sayang."Kenapa, Baru pulang Bi?" tanya Arini sembari mencium tangan Aslam dengan takdim.Aslam tersenyum saat Arinia bertanya seperti itu, dia sudah tahu Istrinya akan bertanya seperti itu karena bagaimanapun Aslam telat setengah jam saat pulang dari waktu yang ditentukan."Maaf Mi tadi, di jalan macet jadi lama.”Aslam mengusap tengkuknya dengan pelan semb
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments