Sosok itu kemudian menghampiri Aira. "Halo Ai, kamu kok disini? Apa kamu sakit lagi?!" tanya pria itu sembari tersenyum dan mengangguk hormat ke arah Ibu Panti, yang sedang bersama-sama dengan Aira."Sakit lagi? Ouhh," Aira segera tergingat, saat dirinya dirawat dirumah sakit waktu itu, ada seseorang yang ngotot banget pengen ketemu malam-malam. Dan sekarang pria itu sekarang tengah melangkah mendekatinya."Hai, Rub!" sapa Aira dengan suara seraknya, karena dirinya yang baru saja berhenti menangis. Namun, pria itu dapat mendengarnya dengan baik, karena posisinya yang sudah berada disamping Aira."Ada apa Ai, kenapa menangis?" tanya pria berkulit coklat eksotis, bermata coklat terang dengan hidung mancung itu, prihatin dengan keadaan Aira."Aku baik, makasih!" Aira berbalik menatapnya, "Kamu ngapain disini, sakit?" Aira terus menatapnya sambil menunggu jawaban."Yahh, jangan liatin aku kayak gitu, aku nervous," ucap pria itu dengan senyum manisnya. Mungkin semanis gula."Gak usah kegan
Ruby yang berusaha ditenangkan oleh Aira, akhirnya tidak dapat berbuat apa-apa. Dia sadar, dia tidak mampu melawan RK, namun dirinya tidak rela kalau Aira harus hidup terkurung di istana RK."Rub, kamu jangan khawatir yah! Aku baik-baik saja disana. Tuan RK baik, dan Brian dia semangat hidupku, aku bahagia berada disana Rub, tolong jangan berfikir untuk menebusku." ucap Aira sembari menatap dua manik coklat terang itu yang memerah, sebab emosi yang membuncah didalam dadanya.Sambil memegang tangan Ruby, Aira terus menatapnya dalam-dalam. Mereka saling memahami, meskipun hanya lewat tatapan mata. Bu Retno yang melihatnya menjadi ibah."Aii, kasih nomor telepon kamu gih! Biar Dia bisa selalu tahu kalau kamu baik-baik saja disana. Dia khawatir sama kamu, Ibu mengerti. Tapi ...." Bu Retno menjedah ucapannya."Tapi apa Bu," tanya Bu Panti penasaran."Tuan RK, bukanlah orang yang mudah untuk kamu hadapi. Jadi sebaiknya, kamu tunggu sampai waktu setahun Aira di rumah itu berakhir yah!? Begit
Laura tercengang akan apa yang dia dengar. Baru kali ini, RK memperlakukan dirinya seperti ini. Dan yang paling dia kesalkan adalah, RK melakukannya di depan Aira. Tentu saja harga dirinya, terasa di tenggelamkan ke dalam air comberan. Aa elah lebay.Laura menatap RK dengan tatapan merajuk, namun RK sama sekali tidak menghiraukan tatapannya. Ia terus berdiri dan berjalan ke arah Aira, "Nihh, aku tidak suka pedas, jadi kalau kau suka, kau bisa menaruhnya sendiri!" RK memberikan bagiannya pada Aira, membuat Aira semakin gugup dan takut.RK kemudian melangkah ke arah pintu, "Ohh ya, kalau Brian sudah bangun, tolong hubungi aku yahh, aku ada sedikit urusan diluar." Dia kemudian keluar dan meninggalkan Aira bersama Brian yang sedang tidur, dan tentu saja bersama si Mak'Lampir yang sedang tersesat disana alias Laura."Kamu ...," Tatapan tajam dia hujamkan ke Aira. "Beraninya kamu," ketus wanita berparas cantik bak super model itu sembari beranjak dari dudukannya dan menuju ke arah Aira."B
Setelah selesai makan, Laura membuka wine dan menuangkannya ke masing-masing gelas untuk di minum. Hanya ada 3 gelas, Aira memutuskan untuk tidak meminum wine. Aira juga tidak pernah mengkonsumsi alkohol sebelumnya, oleh sebab itu Ia bersyukur dengan tidak adanya gelas, jadi dirinya tidak harus ikut minum."Udahh, kamu pake punya aku ajah! Aku biar pake gelas air mineral ini. Yang penting kan isinya, bukan?" ujar Donny sembari menaik turunkan keningnya."Ya udah gitu ajah," balas Laura cepat, sebab tidak ingin Aira menolak lagi. Karena rencananya bisa gagal.Pertama Laura menuangkannya untuk RK kemudian Donny dan Aira lalu dirinya yang terakhir. Mereka bersulang lalu meneguk wine asal Perancis itu dengan penuh semangat, kecuali Aira yang baru pertama kali sehingga membuatnya merasa tidak nyaman.Segelas dua gelas, Aira sudah mulai merasa pusing. Sedangkan Laura, dia sudah banyak minum, begitu juga dengan Donny. Tanpa mereka sadari, Laura mulai menjalankan rencananya. Ia menuangkan se
Bak tersengat listrik tegangan tinggi, Aira membeku dalam pelukan RK. Ingin menolak, namun Dia adalah seorang Reagantara Kusuma. Apalah aku, pikir Aira."Airaaa ...!" Lirih RK dengan suara seraknya, membuat bulu kuduk Aira meremang. Ada rasa suka dalam dirinya untuk RK. Wajah yang tampan dengan dimpel di kedua pipinya, hidung yang mancung dengan sorot mata tajam yang mampu membuat Aira terjebak didalamnya."I-iyaaa Tuan," jawab Aira sembari berusaha bangkit dari posisi tubuhnya yang sedang berada di atas tubuh RK."Boleh?" bisik RK sembari menyentuh bibir Aira dengan ibu jarinya yang membuat Aira seketika menggigit bibir bawahnya dengan wajah memerah padam.Hatinya ingin menolak, namun tubuhnya menghianatinya. Dengan segenap keberanian yang Ia kumpulkan, Aira segera mengangguk tanda setuju dengan pertanyaan majikannya ini.Tidak menunggu lama, perlahan tapi pasti, kini Aira sudah berada dalam genggaman Orang nomor satu di Starlight Corporation itu.Ciuman RK yang semakin lama semakin
Aira yang tadinya dalam posisi berjongkok, langsung terduduk di lantai. Tangannya gemetar membaca hasil tes itu."Napa banyak orang yang jahat sii? Aku yakin Kayla pergi juga karena di jahatin. Nak, Mami kangen!" Seketika bayangan senyuman manis putrinya terlintas di benaknya, yang kemudian berganti dengan tangisan kesakitan yang membuat tubuh Aira bergetar hebat.Ia memeluk kedua lututnya erat-erat dan tertunduk dengan airmata yang membanjiri wajahnya. Aira menangisi ketidak berdayaannya untuk membalaskan sakit hatinya dan mencari keadilan untuk kematian putrinya.Ia terus terisak, dan tiba-tiba ada sentuhan tangan besar di pundaknya. Ia segera tahu tangan siapa itu. Gegas dirinya mengusap air matanya, dan segera bangkit."Ehh!" Aira kembali berjongkok karena lupa mengangkat lembaran-lembaran kertas yang teronggok di lantai. Namun, saat Aira ingin mengambilnya, RK sudah lebih dulu meraih tiga lembar kertas itu beserta Map coklat bungkusannya."Apa ini?" "Emm, itu ... Itu hasil pem
"Akkhhh... Lepasin aku Mas, sakit!" Lirih Aira, karena sejak tadi Ivan suaminya, terus saja menghujaninya dengan tindakan kekerasan."Dasar istri tidak berguna, Kayla sakit Karena kamu jadi ibu, gak becus ngurusin anak. Jadi kamu pikirkan ajah sendiri, ngapain nanya ke aku, aku udah cukup pusing tahu!" ujar Ivan sembari mendengus kesal."Tapi aku mau minta ke siapa lagi, Mas? Kamu papanya, kamu juga bertanggung jawab dalam hal ini." Seloroh Aira. "Lagian kok kamu seperti ini Mas, kamu berubah, aku... Akhh!" Aira ditampar hingga terjerembab di lantai. "Ssshh... Sakit Mas, aku gak minta apapun. Aku cuma minta, tolong bayarin biaya operasi Kayla, supaya Dokter bisa ambil tindakan operasinya segera. Kasihan Kayla, Mas! dia nahan sakit karena gak mau kita kepikiran." Lirih Aira, dengan suara parau, sambil memegang pipinya yang memerah karena bekas tamparan Ivan."Arrghhh ... bisa diam gak sih? Kalau gak bisa diam mending kamu keluar deh! Aku pusing ini." Tandas Ivan yang kemudian mengalih
Tangannya terangkat dan perlahan mengelus perut yang sudah tidak ada isinya itu. Hatinya bagaikan teriris-iris. Luka yang semula menganga, kini semakin menganga."Aku memang adalah ibu yang tidak becus!" air matanya perlahan mulai menetes dan membasahi wajah pucatnya.Bagaimana tidak, ia bahkan tidak mengetahui kalau dirinya tengah mengandung. Dia tidak menyadarinya karena beberapa waktu belakangan ini, dirinya sibuk mengurusi Kayla."Suster, berapa usianya?""Janin ibu berusia 6 Minggu!" Aira yang mendengarnya hanya tertunduk sedih. Namun, ia segera teringat akan kondisi Kayla saat ini."Suster, sudah berapa lama aku berada disini?""Ibu sudah terbaring seharian dan sekarang sudah masuk hari baru!"terang suster itu.Aira yang mendengarnya, tersentak dan kaget. Ia ingin segera turun dari tempat tidur, dan menuju ruang ICU untuk menjenguk purti kecilnya, harapan satu-satunya untuk tetap bertahan hidup."Sus, tolong cabut infusnya. Aku baik-baik saja!"ujar Aira."Baiklah, tapi Ibu harus