"Boleh ya ma, Bara izin untuk memberikan cincin yang mama beri dulu untuk Bara sebagai mahar untuk menikahi Salma," ujar Bara sambil menyesap kopinya."Cincin?" tanya bu Bira kebingungan."Iya cincin yang mama berikan dulu," jawab Bara sambil memandang ibunya."Kapan?" tanya bu Bira."Di dalam kardus," jawab Bara datar.Bu Bira tampak menutup mulutnya."Cincin itu masih ada?" tanya bu Bira."Ada, diberikan ibu kepada Bara beserta kardusnya," jawab Bara."Jadi, bu Aisah tidak menggunakannya untuk membiayai hidup kamu, Nak?" tanya bu Bira."Ibu membesarkan anak-anaknya dengan keringatnya sendiri, Ma," jawab Bara yang membuat bu Bira menundukkan kepalanya."Maaf, Ma," ucap Bara baru menyadari perubahan raut wajah mamanya."Tidak apa, Nak," jawab bu Bira parau."Bolehkan ma, Bara gunakan cincin dua puluh gram itu untuk sebagian mahar nanti?" ulang Bara."Boleh, Nak," jawab bu Bira sambil mengangguk.Keheningan terjadi diantara kedua ibu dan anak tersebut, semua terlena dengan pikiran masi
Pria tersebut memandang dengan takjub gedung kantor Bara yang menjulang tinggi dengan merk yang di cetak besar hingga dari kejauhan sudah terlihat dengan jelas bahwa itu merupakan perusahaan besar."Apakah kita akan masuk kesana, Pak?" tanya sang sopir kepada lelaki itu."Tidak perlu, Pak. Dengan melihatnya berdiri megah di sana saya sudah bangga apalagi ada nama saya disana, walaupun saya tidak pernah melihatnya secara langsung," jawab lelaki paruh baya tersebut."Kenapa bapak tidak menemuinya?" tanya sang sopir lagi."Untuk apa, Pak? Saya tidak memiliki hak atas anak tersebut, bahkan di dalam agama dituliskan bahwa anak itu tidak memiliki nasab dari bapaknya. Sekarang ibunya sudah muncul ke publik dan mengaku dengan lantang kalau itu adalah anaknya, saya sudah bahagia pak. Apalagi yang saya tahu sekarang ibunya tinggal bersama dengannya.”Ternyata lelaki tersebut adalah Bizar Alkaizer, ayah kandung Albara Kaizer. Semua orang tidak pernah tahu dimana keberadaan Bizar dan keluarga, ya
Pria berperawakan gemuk tersebut menghisap dalam rokoknya melalui selang pipa dari kayu dengan kaki digoyang-goyangkan."Saya tidak mau Albara Kaizer Group menjadi raksasa bisnis di Indonesia, siapa dia yang hanya seorang anak haram mau menguasai dunia, mimpi Bara terlalu tinggi," kekeh sang lelaki tersebut.Tak berapa lama nak buahnya mengirimkan sebuah video eksekusi lelaki yang bernama Ronny."Aman satu, ingatkan kepada anak buah kalian semuanya kalau tidak mau bernasib seperti Ronny jangan sampai ada yang berani buka suara," ujar nya mengancam kepada semua kaki tangannya yang bergerak di lapangan.Tampak semua anak buahnya bergidik ngeri melihat Ronny harus meregang nyawa dengan cara yang sadis, dan setelah itu dibuang entah dimana agar tidak ketahuan hilangnya kemana.Semua anak buahnya mengangguk.****Hari Bara kembali masuk ke kantor dengan para wartawan sudah menunggu di lobby mau mewawancara tentang kedatangannya pada Sabtu lalu ke kantor polisi."Belum ada perkembangan yang
"Dalam penyelidikan kami, satu kali saudari Kinan menyebutkan nama Ronny, apakah pak Bara mengenal nama tersebut?" tanya pak Polisi kepada Bara."Ronny?" tanya Bara sambil mengernyit."Iya, Pak," jawab polisi menunggu jawaban Bara selanjutnya."Ada dua orang yang saya kenal bernama Ronny, Pak. Yang pertama salah satu karyawan saya di pabrik daerah Anggrek, yang kedua teman saya pemilik cafe di Pattimura," jawab Bara."Tahu nama cafenya?" tanya polisi."Tahu pak, cafe Sinar Rembulan.""Nama asli mereka yang kamu sebutkan tadi?" tanya polisi itu kembali."Yang pertama Ronny Hidayat, yang kedua Robert Ronny Putra," jawab Bara lantang."Baiklah pak Bara, terima kasih keterangannya. Kami akan mencoba menyelidiki kembali termasuk kedua orang yang bapak sebutkan tadi," ucap pak Polisi yang diikuti dengan anggukan oleh Bara."Terima kasih pak, mohon info saya jika ada perkembangan lainnya," ujar Bara sambil menyalami polisi tersebut dan berdiri bersiap untuk pulang."Sama-sama, Pak Bara."Bar
"Silakan Salma duluan," Bara mempersilahkan Salma yang menjawab lebih dahulu."Hmmm," Abah berdehem untuk memutuskan siapa yang akan lebih dahulu berbicara."Salma ada apa, Nak?" tanya Abah yang secara tidak langsung mempersilahkan Salma untuk menjawab lebih dahulu."Salma meminta waktu sampai bulan depan, Bah. Karena Salma mau menyerahkan dulu toko kepada Fira yang akan urus setelah Salma menikah," ujar Salma."Ada lagi?" tanya Abah."Ada bah, Salma mau pernikahan yang sederhana bah. Tanpa resepsi yang mewah," ujar Salma yang mampu membuat bu Bira terkejut dengan kesederhanaan Salma."Nak Bara?" tanya Abah."Bara ingin pernikahan ini dilaksanakan secepatnya dalam dua minggu kedepan, besok akan mulai pengurusan surat menyurat. Untuk pengurusan serah terima toko nanti bisa saya temani jika setelah menikah ada yang belum selesai diserahkan," jawab Bara."Yang pertama kita akan melakukan akad nikah terlebih dahulu, dan resepsi akan diadakan dua bulan kemudian, untuk permintaan Salma rese
"Salma....," belum selesai ucapannya, tiba-tiba badan Salma melemah dan pandangan yang berkunang-kunang hingga semuanya menjadi gelap.Bara dan semua yang didalam ruangan menjadi panik melihat kondisi Salma yang lemah tak berdaya jatuh kedalam pelukan bu Aisah."Nak Fira, tolong ambilkan minyak kayu putih di dekat TV," ujar Umi sambil memijat kening anaknya."Salma mengalami trauma berat semenjak kecelakaan dua tahun lalu, dia akan selalu seperti ini saat sedang tegang," ujar Abah sambil terus menatap anak bungsunya tersebut.Fira, istrinya Hafiz, bergegas mengambil minyak yang diminta oleh Umi Melati. Dan setelah menemukannya segera diberikan kepada Umi."Maaf ya, Nak," ujar Umi membuka sedikit cadar Salma untuk mengoleskan minyak kayu putih pada hidung Salma.Pada saat itulah dada Bara berdesir saat tanpa sengaja melihat wajah Salma yang putih bersih dan sangat cantik, bekas luka yang abah maksud ada di bawah dagunya tak akan terlihat jika dia tidak mendongak.Umi Melati mengoleskan