Share

Bertarung dan Menerima Kematian?

Mo Feng membelalak. “Panglima Jiang!!!”

Namun, Panglima Jiang tidak lagi mendengarkannya.

“HYAAAA!”

Dia tetap mengayunkan pedangnya sekuat tenaga ke arahnya. Dan mau tak mau, Mo Feng harus melawannya atau menghindar dari serangannya.

Akan tetapi, berdasarkan kondisi Panglima Jiang sekarang, menghindari serangannya tidak akan berefek apa-apa. Yang ada malah dia akan semakin gila menyerangnya!

Di sisi lain, Mo Feng sendiri juga sudah menahan emosi dan amarah yang menyeruak di dadanya selama berhari-hari.

Kesedihan dan kemarahan yang sama atas kematian Paman Mo menumpuk dan perlu dilampiaskan. Dengan begitu, bukankah kesempatan ini bisa membuatnya merasa lebih baik?

“Maafkan aku, Panglima Jiang!” batin Mo Feng sungguh-sungguh, sebelum akhirnya melakukan salto untuk menghindari serangan Panglima Jiang.

‘TANGG!’

Ujung pedang Panglima Jiang membentur lantai dengan sangat keras. Bunyi nyaring logam yang bertemu keramik, menggema ke seluruh koridor dan lorong terdekat.

Di sisi lain, Mo Feng kini sudah bisa berdiri stabil sambil memegang sebuah pedang di tangan kanannya.

Pedang tersebut dia ambil dari dinding samping yang memang dihiasi dengan dua pedang yang saling bersilangan.

“Huh!”

Meskipun dia belum mahir benar dalam menggunakan senjata pedang, tapi paling tidak dia sudah merasa cukup untuk melawan Panglima Jiang.

Toh, dia tidak benar-benar ingin melawan dan melukai Panglima Jiang!

“Panglima Jiang, karena kau begitu berniat untuk bertarung denganku, aku akan meladenimu kali ini!”

Panglima Jiang yang sudah terbakar amarah, menatap Mo Feng dengan tatapan nyalang. Pedangnya kembali terangkat tinggi, siap digunakan untuk menyerang Mo Feng lagi.

“Hmph! Kau akan benar-benar mati di tanganku, Mo Feng! Dengan begitu, aku akan mengakhiri semua kesengsaraan yang Kerajaan Mo alami selama ini dan membalaskan seluruh dendam mereka yang mati karenamu!!!”

Mo Feng diam. Tapi tangannya yang memegang gagang pedang, mengepal semakin erat. Rahangnya pun semakin mengeras hingga giginya turut bergemeletak.

“Mereka tidak mati karena aku, tapi karena monster iblis dan entah apa yang lainnya! Aku tidak ada hubungannya dengan semua itu!” geram Mo Feng, mencoba menyanggah pernyataan Panglima Jiang.

Sebab, meskipun dia sudah mendengar sendiri dari mendiang Paman Mo mengenai fakta sebenarnya atas warna mata dan segala macam julukan yang dia terima, tapi dia tetap saja merasa takut.

Takut kalau-kalau sebenarnya yang terjadi malah sebaliknya. Dugaan dan perkiraan mendiang ayahnya juga Paman Mo itu salah. Dia benar-benar titisan iblis yang menjadi sumber petaka semua orang.

Termasuk menjadi penyebab kenapa kedua orang tuanya meninggal, Kerajaan Mo-nya terjadi bencana, pembantaian besar-besaran, sampai membuat Paman Mo juga meninggal.

Semuanya menjadi tidak pasti sekarang!

Dan ketakutannya itu perlahan membuat keyakinan dan rasa percaya diri terhadap dirinya sendiri memudar secara perlahan.

“Omong kosong! Kaulah pembawa bencana dan pembawa sial!” sembur Panglima Jiang sambil berlari dengan mengangkat pedangnya dan mengambil ancang-ancang untuk menyerang.

“HYAAA!!!”

Mo Feng pun sudah tidak ingin mendengarnya lagi. Dia juga mengayunkan pedangnya dengan sekuat tenaga ke arah Panglima Jiang, melakukan serangan balik kepadanya.

Tidak ada lagi rasa tidak enak hati sekarang. Semua kata yang diucapkan oleh Panglima Jiang benar-benar membuatnya sakit hati dan sulit berpikir jernih.

Ketakutan dan emosi yang menderanya tak bisa lagi dikendalikan dengan mudah. Hingga pada akhirnya, Mo Feng mengesampingkan akal sehatnya sejenak dan mulai melampiaskan emosinya begitu saja.

Pertarungan antara Mo Feng dengan Panglima Jiang akhirnya pecah dan berlangsung sangat sengit.

Mereka terus bertukar serangan satu sama lain dengan sama intensnya.

Mulai dari bertukar pukulan, tendangan, sampai ayunan pedang seluruhnya telah dikerahkan. Tidak satu pun dari mereka yang tampak mengalah. Dan secara mengejutkan, kekuatan dan kemampuan Mo Feng bisa mengimbangi Panglima Jiang.

‘SHRINK!!!’

Kedua bilah pedang saling bertabrakan dengan sangat keras, hingga pada akhirnya, Mo Feng berhasil memukul mundur Panglima Jiang dengan serangannya kali ini.

“Huh!”

Panglima Jiang menekan pedangnya ke lantai hingga derit nyaring antara ujung pedang dengan lantai terdengar sangat menyakitkan di telinga. Dengan begitu, dia sudah mundur beberapa meter agak jauh ke belakang.

Nafas Panglima Jiang sendiri sudah tidak beraturan. Dia tampak sangat kelelahan, mungkin ditambah faktor dia baru saja tiba setelah menempuh perjalanan panjang dengan tekanan batin dan mental.

Meski demikian, kedua matanya masih memancarkan niat membunuh yang sangat kuat pada Mo Feng. Bahkan, lebih dari itu, pegangannya pada gagang pedang telah kembali menguat.

“Hmph! Bahkan jika aku harus mati hari ini, aku juga akan menyeretmu mati bersamaku, Mo Feng! Kau, titisan iblis yang masih muda, masih sanggup untuk aku kalahkan!”

Mo Feng membelalak. Dia yang sudah mulai tenang karena kelelahan setelah bertukar banyak serangan dengan Panglima Jiang, kini menyadari bahwa dirinya dalam bahaya.

“Tidak! Aku tidak bisa mati di tanganmu sekarang, Panglima Jiang!” seru Mo Feng keras-keras.

“Aku tidak bersalah dan aku masih harus membalaskan dendam atas meninggalnya kedua orang tuaku dan Paman Mo!” lanjutnya sambil bersikap waspada.

Namun, lagi-lagi Panglima Jiang mengabaikannya. Dia berlari ke depan dengan kecepatan cukup tinggi dan kembali mengayunkan pedangnya dengan kuat.

Bahkan kali ini Panglima Jiang mulai mengeluarkan kekuatan spiritual yang dimilikinya untuk dipadukan pada serangan pedang yang dia layangkan.

Agaknya, niat Panglima Jiang untuk membunuh Mo Feng sudah benar-benar bulat, tidak bisa lagi diganggu gugat.

Melihat ini, Mo Feng yang sudah sadar sepenuhnya atas situasi yang ada, menjadi agak gentar.

“Aku tidak bisa meneruskan pertarungan ini. Kalau tidak, aku pasti akan mati di tangan Panglima Jiang! Bagaimanapun juga, kekuatanku dan kemampuan yang aku miliki sangat jauh dibanding dirinya!”

Sayangnya, Mo Feng tidak sempat mencari cara ketika sosok Panglima Jiang sudah lebih dulu datang dengan serangan pedangnya yang berturut-turut.

‘SLASH! SLASH! SLASH!’

“HYAP!”

Mo Feng mengerahkan seluruh kekuatannya untuk menghindar dari setiap tebasan pedang yang terarah kepadanya secara bertubi-tubi, hingga kondisinya mulai berbalik dengan dirinya yang didorong dan dipukul mundur oleh Panglima Jiang secara paksa sampai tak bisa berkutik sama sekali.

“Ha-ha-ha! Aku ingin melihat sampai kapan kau akan terus menghindari seranganku, Mo Feng!” seru Panglima Jiang dengan terus mengayunkan satu per satu serangan berupa tebasan pedang berkekuatan penuh.

‘HAP! HAP! HAP!’

‘SLASH!’

“Huh! Huh! Sial!”

Mo Feng benar-benar kewalahan dengan serangan balik yang dilakukan oleh Panglima Jiang ini. Dia tidak memiliki kesempatan sama sekali untuk menyerang balik.

Belum lagi, kondisinya sekarang yang sudah mulai melemah karena kehilangan banyak tenaga. Tanpa kekuatan spiritual, kondisi Mo Feng benar-benar mengkhawatirkan.

Sayangnya, hal itu tak lantas menghentikan Panglima Jiang untuk menyerangnya. Alih-alih berhenti, Panglima Jiang justru semakin gencar menyerang Mo Feng dari segala sisi!

“HYA! RASAKAN INI!”

“Hah?!”

Sampai pada akhirnya, serangan ganda tebasan pedang milik Panglima Jiang berhasil mengenai Mo Feng dan menghantamnya sampai dia terbang beberapa meter ke belakang!

‘SLASH!’

‘BUGH!!!’

“ARGHHHH!”

Punggung Mo Feng menabrak dinding lorong yang paling jauh dengan sangat keras hingga sebuah retakan pun terbentuk karenanya.

Setelahnya, Mo Feng terjatuh ke lantai dengan sangat keras.

Ditambah posisinya yang tengkurap, Mo Feng akhirnya memuntahkan seteguk darah sebagai akibat dari tekanan bertubi-tubi yang menghantam organ tubuhnya baik depan maupun belakang!

Organ dalamnya benar-benar ikut terpengaruh karena hal ini!

“Uhuk!”

Panglima Jiang yang menyaksikan semua itu tentu saja tertawa terbahak-bahak. Dia menggerak-gerakkan pedangnya dan maju menghampiri Mo Feng dengan ekspresi sombong penuh kepuasan.

“Ha-ha-ha! Mo Feng, kini kau tidak bisa lagi menghindar atau melawanku! Yang bisa kau lakukan sekarang hanyalah pasrah akan kematian yang datang menjemputmu!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status