Share

Matilah Hari Ini, Mo Feng!

‘SREK! SREK! SREK!’

Mo Feng berjalan dengan kaki yang terseret-seret. Kedua bahunya terkulai lemas. Sepasang matanya menatap lantai koridor istana yang sangat dingin ini dengan kosong. Pikirannya berkecamuk dan dia tidak tampak baik sama sekali.

Namun, tiba-tiba saja terdengar suara derap langkah kaki seseorang yang berlari ke arahnya dari arah berlawanan.

“Pangeran Mo Feng!” seru seorang laki-laki dengan baju zirah penuh noda darah kepadanya.

Kepala Mo Feng terangkat perlahan, sementara kakinya berhenti melangkah.

Dengan memicingkan kedua matanya yang sembap, merah, dan memiliki kantong mata hitam yang begitu kentara, Mo Feng akhirnya bisa melihat dengan jelas wajah siapa yang kini datang menghadapnya.

“Panglima Jiang?”

Sosok yang disebut Panglima Jiang itu mengangguk dan melangkah maju selangkah lebih dekat pada Mo Feng dengan tangan gemetar.

“Pangeran Mo, katakan padaku apakah Jenderal Mo Chen benar-benar sudah meninggal?”

Mo Feng terdiam sejenak, sebelum menarik napas panjang dan menganggukkan kepalanya sebagai jawaban.

“Iya, Panglima Jiang. Paman Mo meninggal 7 hari yang lalu dalam tragedi pembantaian keluarga istana yang entah dilakukan oleh siapa.”

“A-APA?!”

Pernyataan Mo Feng bagai petir yang menyambar Panglima Jiang tanpa adanya hujan dan badai di malam yang sunyi ini.

Tubuh Panglima Jiang pun limbung dan jatuh terhuyung sedikit ke belakang.

Kedua matanya yang kini dipenuhi sinar rumit, masih menatap Mo Feng dengan tatapan tidak percaya. Agaknya, ragu dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Mo Feng barusan itu.

Sampai pada akhirnya, Panglima Jiang menggelengkan kepalanya berkali-kali sambil mengangkat tangannya, menuding Mo Feng menggunakan jari telunjuknya lurus-lurus.

Tatapannya, berubah menjadi histeris dan dipenuhi kebencian.

“TIDAK! INI TIDAK MUNGKIN! KAU BOHONG, PANGERAN MO! BAGAIMANA MUNGKIN JENDERAL MO CHEN MENINGGAL? DIA BAHKAN BISA SELAMAT DARI SERANGAN MONSTER IBLIS 18 TAHUN LALU!”

Mo Feng terkesiap sejenak karena respons Panglima Jiang yang di luar dugaannya.

“A-Aku berkata apa adanya, Panglima Jiang,” ujar Mo Feng sekali lagi.

“Paman Mo benar-benar meninggal seminggu yang lalu. Saat aku kembali dari luar, aku menemukannya bersimbah darah dengan luka sayat dan tusukan di tubuhnya.”

“Dia kini sudah dimakamkan di makam keluarga istana bersama mendiang kedua orang tuaku. Aku baru saja ke sana. Dan aku tidak bohong, Panglima Jiang. Kuharap kau bisa berlapang dada.”

Namun, Panglima Jiang yang merupakan bawahan Jenderal Mo Chen paling setia dan paling bisa diandalkan itu masih menggelengkan kepalanya dengan histeris. Dia bahkan mulai berteriak tidak jelas, menampik pernyataan Mo Feng lagi!

“TIDAK! AKU TIDAK PERCAYA PADAMU! KAU ADALAH TITISAN IBLIS! BAGAIMANA MUNGKIN AKU MEMPERCAYAIMU?!”

Mendengarnya, tubuh Mo Feng menegang. Dia menatap Panglima Jiang dengan tatapan penuh keterkejutan.

Jelas tidak percaya bahwa untuk pertama kali setelah lama mengenal Panglima Jiang, dia akhirnya mendengar olok-olok itu keluar dari mulutnya!

“P-Panglima Jiang? Ap-apa yang kau katakan barusan? A-Aku bukan titisan iblis! Kau tahu itu. Dan kau percaya bahwa aku bukan titisan iblis!”

Panglima Jiang mendengkus keras.

“Hmph! Tidak percaya? Dengan semua kejadian yang menimpa orang-orang di sekitarmu setelah kau lahir? Apa aku masih buta dengan percaya begitu saja?”

Alis Mo Feng berkerut sangat dalam. “Aku tidak mengerti?”

“Tidak mengerti?” Panglima Jiang mencibir dingin. “Kau hanya pura-pura tidak mengerti, Nak!”

Seraya balik badan dan menepuk dada kirinya beberapa kali dengan kuat, Panglima Jiang kemudian berbicara lagi. Nada suaranya terdengar dingin dan apatis.

“Apa kau tidak paham bahwa selain Jenderal Mo, tidak ada satu pun orang yang percaya bahwa kau bukan titisan iblis? Apa kau tidak pernah menyadari itu?”

“Hah?! Tidak mungkin!” sergah Mo Feng sambil mengepalkan tangannya kuat-kuat.

“Tidak mungkin apanya?” Panglima Jiang menyahut sambil memalingkan kepalanya ke samping. “Aku adalah buktinya!”

“Kau!”

“Apa? Kau harus tahu bahwa aku selama ini hanya berpura-pura percaya bahwa kau bukanlah titisan iblis! Semua itu demi menghormati Jenderal Mo Chen!”

Panglima Jiang berbalik lagi, menghadap Mo Feng.

“Kini, Jenderal Mo Chen telah pergi. Tidak ada lagi alasan bagiku untuk tetap berpura-pura percaya kalau kau bukan titisan iblis! Kau, Pembawa Sial dan Pembawa Bencana!”

“Apalagi, selama perjalanan 7 hari tanpa henti demi menyusul Jenderal Mo ini, aku terus berpikir apa-apa saja yang terjadi pada orang-orang di sekitarmu! Dari kau lahir sampai sekarang ini!”

“Dan semua itu membuatku semakin yakin kalau kau memang benar titisan iblis! Semua yang dekat denganmu tidak ada yang memiliki nasib baik atau berumur panjang!”

“Aku benar-benar menyesal untuk Jenderal Mo! Andai kau tidak memiliki hubungan darah, sudah pasti aku meminta Jenderal Mo menjauh darimu tak peduli bagaimana pun caranya!”

“Karena kau, memang lebih baik mati daripada hidup sebagai seorang titisan iblis yang membawa lebih banyak kematian bagi orang-orang di sekitarmu!”

Mo Feng kehilangan kata-katanya. Dia merasa jantungnya sangat sakit. Tangan kirinya bahkan spontan terangkat dan mencengkeram dada kirinya dengan erat.

Setelah begitu banyak kesedihan dan keputusasaan atas meninggalnya Paman Mo Chen, kini dia harus menerima fakta bahwa sebenarnya tidak seorang pun termasuk Panglima Jiang yang benar-benar percaya bahwa dia bukanlah titisan iblis, selain Paman Mo!

“Panglima Jiang—”

Sayangnya, Panglima Jiang sudah dibutakan oleh kesedihan dan kemarahannya atas kematian Jenderal Mo. Dia tidak lagi peduli apakah Mo Feng bersangkutan atau tidak dengan meninggalnya beliau.

Karena sekarang, dia hanya ingin melampiaskan kemarahan dan kesedihannya kepada orang lain!

Dan yang paling cocok hanyalah Mo Feng. Orang yang berada di tempat kejadian tatkala Jenderal Mo meninggal. Serta orang yang selama ini digadang-gadang sebagai pembawa sial dan malapetaka bagi orang-orang.

Dengan mata yang memicing tajam, dia kemudian menarik pedang dari pinggangnya dan menghunuskannya ke depan lurus.

‘SHRINK!’

“Hari ini, aku akan membunuhmu, Mo Feng! Untuk membalas kematian Jenderal Mo dan semua orang yang mati karena kau!”

Mo Feng menggeleng. Dia menatap ujung pedang yang terhunus ke lehernya itu dengan keringat dingin di dahi. Sedangkan otaknya, mulai kosong karena bingung harus berbuat bagaimana sekarang.

Dihadapkan pengkhianatan seseorang yang pada awalnya selalu baik bahkan berhasil membuatnya percaya kalau selain Paman Mo, ada satu orang lagi yang setidaknya 'percaya' dia bukan titisan iblis, dia benar-benar linglung.

Belum lagi, pikiran bawah sadarnya yang terus menentang perkataan Panglima Jiang barusan. Bahwa dia, bukanlah titisan iblis yang menyebabkan Paman Mo serta orang-orang meninggal dunia!

“Tidak. Aku bukan penyebab kematian mereka. Dan aku benar-benar bukan titisan iblis!” seru Mo Feng pada akhirnya.

Namun, Panglima Jiang tidak peduli. Dia tidak ingin mendengar dan langsung menarik pedangnya, sebelum mengayunkannya dengan tujuan untuk menebas leher Mo Feng secara langsung.

“MATILAH HARI INI, MO FENG!!!”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status