Share

Bab 665

Author: Danira Widia
Saat Rensia keluar dari hotel, dia melihat sekilas pesan penuh amarah dari Anwar di ponselnya. Tanpa ragu, dia langsung menginjak dan menghancurkan ponselnya dengan sepatu hak tinggi, lalu melemparkannya ke tong sampah.

Kemudian, dia mengeluarkan ponsel baru dari tasnya dan menelepon Jason. "Jason, terima kasih atas kerja samamu dengan Landon. Kalian telah membantuku menemukan ibuku. Dia sudah dalam perjalanan ke bandara. Setelah aku kembali, aku akan mengirimkan barang yang kamu inginkan."

"Hm." Suara Jason terdengar datar dan dingin, sama sekali tidak menunjukkan ketertarikan terhadap barang yang disebut Rensia.

Tak ingin berhutang budi, Rensia melanjutkan, "Apa aku perlu menemui Janice untuk menjelaskan? Sepertinya dia salah paham tentang hubungan kita."

Terdengar suara Jason meneguk minuman di ujung telepon. "Jelaskan saja hubunganmu dengan Landon."

"Apa? Maksudmu menjelaskan tentang kerja samaku dengan Landon? Itu cuma untuk mengelabui Anwar, 'kan?" Rensia mengira dia salah dengar
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter
Comments (30)
goodnovel comment avatar
Siti Rofikoh
mau nanya nih....dibaca gk siih komentar2 dari pembaca novel ini sama aothor?...kok gk ada habis2x ?
goodnovel comment avatar
Matahari Alaska
tenang pemirsa.. ingat vega penggambaranya sprti apa ?? wajah Janice dg mata Jason. kalapun Vega hadir lagi oh jelas wajah ini akan mengarahkan ke siapa bpknya.
goodnovel comment avatar
Fenny Hartono
sist.. komenmu ditunggu2 pembaca lainnya .........
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 666

    Mendengar perkataan Rensia, Cheria tertegun sejenak sebelum refleks menatap Anwar.Ekspresi pria itu tetap datar. Dia meniup teh panasnya, lalu berkata dengan tenang, "Dia sudah cukup umur untuk nikah. Apa salahnya mencarikan beberapa pria untuknya? Aku melakukan ini juga demi kebaikannya."Tatapan dingin Anwar menyapu ke arah Cheria, membuat wanita itu buru-buru mengangguk setuju.Cheria berbalik menatap Rensia. Suaranya setengah memohon, setengah menegur, "Rensia, ayahmu benar. Kamu sudah dewasa, sudah saatnya nikah."Rensia menatap ibunya yang dibutakan oleh cinta. Dia menggigit bibirnya hingga berdarah. Setelah menelan ludahnya yang bau amis darah, dia menyahut."Nikah? Dengan siapa? Dengan pria yang istrinya sekarat di ranjang rumah sakit dan ingin aku menggantikannya? Atau pria yang seumuran dengan putrinya sendiri? Atau mungkin aku harus menghancurkan hubungan orang lain lebih dulu, lalu diminta mengambil kesempatan?""Ibu, kamu masih belum mengerti? Dia mempermainkanmu, merenda

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 667

    Rensia membiarkan ibunya mencengkeramnya tanpa melawan. Dia tidak lagi melontarkan sepatah kata pun.Anwar memberi isyarat kepada para pengawal. Salah satu pengawal mengeluarkan suntikan berisi obat penenang dan langsung menyuntikkannya ke tubuh Cheria. Hanya dalam beberapa detik, tubuh Cheria melemas, lalu para pengawal segera membawanya pergi."Kalian mau bawa ibuku ke mana? Lepaskan dia!"Anwar melempar botol obat ke lantai sambil menyeka tangannya dengan tisu. Dia memperingatkan, "Ibumu nggak akan bertahan lama. Orang yang sudah kecanduan obat seperti dia, bisa melakukan apa saja saat kumat. Termasuk bunuh diri.""Ini semua salahmu!" Rensia menjerit penuh kemarahan. "Kamu sengaja membuatnya kecanduan!""Rensia, kalau mau menuduh seseorang, setidaknya siapkan bukti. Ibumu sakit, aku membayar dokter untuk merawatnya. Kalau dia akhirnya kecanduan, itu karena dia lemah dan nggak bisa mengendalikan dirinya sendiri.""Tapi lihatlah, aku tetap nggak membuang kalian, 'kan? Kamu pasti tahu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 668

    "Aku nggak sebodoh itu. Kamu datang ke rumahku sambil menodongkan pistol. Kalau bukan untuk membunuhku, masa kamu benar-benar hanya ingin makan dessert denganku?" Janice berbicara sambil membuka jendela di dekat lemari.Rensia langsung waspada. "Kamu mau apa?""Ada bau darah. Aku nggak ingin menghirupnya," jawab Janice dengan nada getir.Alasannya sudah jelas. Sebagai seseorang yang tahu apa yang terjadi malam itu, Rensia pasti mengerti. Rensia menggigit bibirnya dan tidak berkata apa-apa lagi.Janice mengambil kotak P3K dan mendekati Rensia, lalu perlahan berjongkok untuk membuka plester luka di lututnya.Melihat luka dalam di kulit putih itu, Janice tidak bisa langsung menebak bagaimana Rensia bisa terluka. Namun, dia tidak banyak bertanya karena dia tahu Rensia tidak akan menjawab.Awalnya, dia mengira hanya perlu menghentikan pendarahan, mengoleskan obat, lalu membalutnya. Namun, ketika dia membersihkan luka Rensia dengan kapas, dia malah menemukan serpihan yang masih tertinggal di

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 669

    "Nggak peduli seberapa keras aku berusaha, ibuku nggak melihatnya, dia juga nggak melihatnya. Pada akhirnya, satu-satunya nilai yang kumiliki hanyalah menikah."Janice terpaku di tempat. Saat mengangkat pandangannya, dia bertemu dengan sepasang mata yang dipenuhi kesedihan dan kehampaan. Dia pernah melihat ekspresi seperti ini di mata Jason.Dalam kebingungan, tiba-tiba dagunya diangkat oleh Rensia. Wanita itu meneruskan, "Anwar diam-diam menangkap ibuku kembali. Jason mencariku untuk membahas kerja sama. Dia membantuku menyelamatkan ibuku, lalu aku bekerja sama dengan Landon untuk menipu semua orang.""Aku benar-benar mengaguminya. Dia sampai bersedia bekerja sama denganku. Sampai akhirnya aku melihatmu ...."Janice merasakan sakit di dagunya. Saat ingin memberontak, dia melihat Rensia kembali mengangkat pistolnya. Dalam sekejap, dia tidak berani bergerak.Dia tahu betapa menyakitkannya kematian dan dia tidak ingin mati. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah mengulur waktu selama mu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 670

    Saat moncong pistol kembali mengarah kepadanya, Janice segera berdiri dan mundur beberapa langkah.Dia mencoba membujuk, "Rensia, jangan begini. Kamu nggak perlu menghancurkan dirimu sendiri demi orang lain."Rensia mengangkat pistolnya dan mendekati Janice, matanya perlahan memerah. "Tentu saja kamu bisa bicara begitu. Kamu punya Jason yang melindungimu dari segalanya, punya Landon yang bisa menghiburmu.""Aku hanya punya ibuku seorang. Kalau dia memperlakukanku dengan buruk, aku bisa saja menyerah padanya. Tapi, dia juga pernah melindungiku dengan sepenuh hati."Janice sebenarnya bisa memahami perasaan Rensia. Dalam situasi tanpa harapan, orang terdekat justru menjadi satu-satunya pegangan. Bagaimana dia bisa membujuk Rensia untuk melepaskan itu?Detik berikutnya, moncong pistol Rensia sudah menempel di kening Janice. Janice menarik napas dalam-dalam, menatap orang di depannya dalam diam.Rensia berbicara dengan nada datar, "Aku akan memberitahumu satu hal lagi. Dia nggak mau kamu ta

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 671

    Jason mengangkat tangannya dan hendak menyentuh pipi Janice. Namun, sebelum sempat menyentuh, tangannya langsung terjatuh dengan lemas seperti kehilangan kekuatannya. Setelah itu, seluruh tubuhnya terjatuh ke bahu Janice.Janice segera memeluk Jason dengan tangan yang bergetar. "Bangun, jangan mati. Urusan kita masih belum selesai ...."Namun, pada saat itu, terdengar suara dan pintu lift pun terbuka. Terlihat Norman yang datang mendekat bersama beberapa orang dan langsung memapah Jason, lalu bertanya, "Mana dia?""Di lantai atas," jawab Janice sambil menatap tangannya yang berlumuran darah dengan bengong."Aku akan menangani sisanya, kamu pergi ke rumah sakit dulu," kata Norman.Setelah itu, Norman memberikan isyarat mata pada kedua orang di belakangnya. Kedua orang itu pun segera masuk ke lift dan pergi ke lantai atas.....Di rumah sakit.Janice berdiri dengan tatapan kosong di koridor. Tubuhnya penuh dengan darah yang sudah mengering dan menempel erat di kulitnya.Melihat itu, Norm

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 672

    Saat mendengar kata membebani Jason, Janice berusaha mencari alasan untuk membantah perkataan Anwar. Setelah merenungkan semuanya, dia baru menyadari banyak hal yang sudah menjadi kacau.Melihat Janice tidak berbicara, Anwar melanjutkan, "Kamu benar-benar pikir aku ingin membuang waktu untuk mengurusmu? Salahkan saja dirimu, kamu harusnya nggak melewati garis merah itu."Janice baru menyadari ternyata semua ini berawal dari kesalahan malam itu. Dia langsung tidak bisa membantah karena malam itu dia memang memiliki niat pribadi. Dia pun selalu berusaha untuk meninggalkan Keluarga Karim setelah malam itu, tetapi mereka yang tidak membiarkannya pergi.Anwar langsung tahu apa yang sedang dipikirkan Janice pun tersenyum dengan sombong dan meremehkan. "Janice, jangan pikir aku nggak tahu apa yang sedang kamu pikirkan. Kamu ingin membingungkanku dan merayu Jason juga, kamu ini penipu seperti ibumu. Ibumu sudah menghancurkan satu putraku, aku nggak akan membiarkanmu menghancurkan Jason."Janic

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 673

    Anwar menatap punggung Janice dan menyindir, "Apa kamu pikir dia melindungimu seperti ini karena dia menyukaimu dan ingin menikahimu? Bukan. Pria bisa mencintai banyak wanita, tapi istri tetap hanya satu saja. Dia bisa hampir mati karena kamu, tapi dia tetap hanya akan menikahi Rachel. Di hatinya, kamu ini nggak pantas menjadi istrinya."Mendengar perkataan itu, tangan Janice yang sedang membuka pintu pun terhenti.Anwar tertawa sinis dan kembali berkata, "Kenapa nggak jadi pergi? Nggak berani melihat kenyataannya?"Setelah mengatakan itu, Anwar langsung melirik para pengawal di pintu. Entah Janice bersedia atau tidak, mereka langsung menutup mulut Janice dan membawanya ke depan pintu kamar pasien di sebelah. Setelah itu, dia membuka pintu dengan lembut dan memaksa Janice untuk melihat ke dalamnya.Jason terlihat jelas baru saja bangun. Melihat Rachel yang menangis dengan sedih, dia bahkan mengangkat tangannya dan menyeka air mata Rachel. "Jangan menangis lagi.""Kamu janji padaku, kel

Latest chapter

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 769

    "Wanita apa? Panggil aku Wanita Ganas Pengayun Golok Tengah Malam," kata Louise yang berdiri di depan Janice dan melihat pria di depannya dengan tatapan ganas.Pria itu bertanya sambil mendesis, "Kamu penulis komik itu, 'kan?"Louise merapikan rambutnya, lalu berkata dengan suara yang menjadi manis, "Kamu ini penggemar fanatik, 'kan?""Aku bukan penggemar fanatik, aku adalah dewa," kata pria itu dengan kesal, lalu melempar sapunya dan menepuk debu di pakaiannya. Setelah itu, dia berjalan melewati Louise dan mendekati Janice.Melihat pria itu sudah mengejar sampai sini, Janice merasa tidak perlu bersembunyi lagi. Lagi pula, pria ini sudah melihatnya mengantar anak. Dia menepuk bahu Louise dan berkata dengan tak berdaya, "Aku kenal dia."Louise terkejut, lalu mulai menebak-nebak. "Jangan-jangan dia ini ... ayahnya Vega?""Jangan sembarang berbicara. Kalau ada yang mendengar, aku akan mati," kata pria itu dengan marah.Mendengar perkataan itu, Janice tersenyum dan menggelengkan kepala kar

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 768

    Zion segera maju dan memapah Landon. Saat melihat luka Landon dari dekat, dia langsung mengernyitkan alis. "Pukulan Pak Jason terlalu keras."Landon mengambil handuk dan menyeka sudut bibirnya. "Sudahlah, anggap itu pelampiasan saja. Kalau dia sudah menemukan tempat ini, kita sepertinya nggak bisa menipunya dengan bilang hanya kebetulan saja. Lebih baik beri Janice sedikit waktu lagi.""Tuan Landon, kamu sebenarnya punya niat pribadi juga, 'kan? Kamu ingin lebih dulu menemukan Nona Rachel daripada Pak Jason, 'kan?" kata Zion.Landon sama sekali tidak membantah. Dia sering berpikir apakah semuanya akan berbeda jika dia yang bertemu dengan Janice terlebih dahulu. Oleh karena itu, kali ini dia juga ingin mengambil risiko. "Zion, terus selidiki jejak Janice. Harus lebih cepat dari Pak Jason.""Baik," jawab Zion.....Setelah kembali ke kamar, Jason mengambil handuk dan menyeka tangannya yang terluka dengan tatapan dingin dan ekspresi cuek.Norman baru saja ingin mendekat dan menenangkan, t

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 767

    "Biar aku saja," kata Dipo."Nggak perlu. Kamu ini baru pulang seminggu sekali, cepat pergi lihat orang tuamu," kata Janice sambil tersenyum dan menggendong Vega, lalu berbalik dan masuk ke penginapan.Dipo terbata-bata sejenak, lalu akhirnya memutuskan untuk pergi.Louise mengikuti Janice dan berkata, "Dokter Dipo sepertinya tertarik padamu dan sangat baik dengan Vega juga. Kenapa kamu malah menolaknya?""Sekarang kehidupanku cukup baik, aku hanya butuh Vega saja," jawab Janice sambil memeluk Vega dengan erat. Dia berpikir orang tidak boleh terlalu serakah.Louise mengangkat bahunya dan bertanya dengan penasaran, "Jangan-jangan kamu masih memikirkan ayahnya Vega? Dia itu pria berengsek."Janice langsung menutup telinga Vega. "Jangan sampai anak kecil mendengarnya.""Baiklah. Oh ya. Tadi ada pria yang super tampan datang ke sini, penampilannya itu seperti model," kata Louise sambil terus menggerakkan tangannya.Janice hanya menganggukkan kepala dengan cuek, sama sekali tidak memedulika

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 766

    Saat Janice dan Dipo sedang membicarakan beberapa hal, Louise pergi keluar sambil memegang lolipop. Namun, Vega ternyata tidak berada di sana, dia pun terkejut sampai berkeringat dingin. Dia segera menarik salah satu karyawan dan bertanya, "Mana Vega?"Karyawan itu menunjuk ke toko hadiah di sebelah dan berkata, "Dia ke sana untuk cari makan dan minum lagi."Tetangga serta orang-orang di sekitar sana sudah sangat akrab dan Vega juga anak kecil satu-satunya di jalan itu, sehingga semua orang sangat menyayanginya.Louise baru saja hendak menghela napas lega, tetapi tatapannya tiba-tiba tertuju ke seberang jalan. "Wah .... Pria super tampan!"Karyawan itu pun terkekeh-kekeh. "Mulutmu jangan terbuka begitu .... Memang tampan, tapi kenapa rasanya agak familier?""Kamu jangan bodoh begitu, lihat aku saja," kata Louise sambil merapikan rambutnya dan hendak berjalan ke arah pria itu.Namun, karyawan itu menghentikan Louise. "Kamu yakin mau pakai piama ke sana?"Mendengar perkataan itu, Louise

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 765

    Karakter dalam komik itu fiktif dan gambar anak kecil itu juga hanya mirip dengan Vega sekitar 70% sampai 80% saja. Oleh karena itu, tidak bisa dibilang identik dan tidak termasuk dengan pelanggaran privasi juga. Namun, Louise sangat menyukai Vega, tentu saja tidak ingin mempersulit Janice. "Kalau begitu, nanti aku akan klarifikasi dan ubah penampilan bayi itu.""Baiklah," jawab Janice.Begitu percakapan keduanya selesai, televisi di dinding ruang tamu penginapan tiba-tiba menayangkan berita yang sedang viral. Berita itu berisi gambaran Jason yang memapah Rachel masuk ke dalam rumah sakit, sedangkan Rachel terlihat bergerak dengan sangat pelan. Reporter berspekulasi program kehamilan mereka sudah berhasil.Saat melihat gambaran di layar televisi, Janice langsung tercekat. Setelah dia pergi, Anwar selalu mencari kesempatan di berbagai acara untuk mengumumkan pasangan suami istri itu sedang berusaha memiliki anak. Belakangan ini, Rachel juga ikut mengiakan kabar itu. Dia berpikir seperti

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 764

    Di Moonsea Bay.Janice baru saja menyerahkan kalung yang didesainnya untuk istri Hady si kurir itu.Hady tersenyum dan berkata, "Apa Vega sebentar lagi akan jadi seleb ya?"Janice yang kebingungan pun bertanya, "Apa maksudmu?""Istriku lihat gambar Vega saat sedang melihat-lihat video. Dia bilang sekarang banyak orang yang bilang dia mirip seseorang yang sangat terkenal ... namanya aku sudah lupa."Setelah mengatakan itu, perhatian Hady langsung tertuju pada kalung di dalam kotak. "Wah. Nona Janice, kamu benar-benar hebat. Aku nggak menyangka hanya dengan empat jutaan saja sudah bisa membeli kalung yang begitu bagus. Istriku pasti suka."Hady menutup kotaknya dengan hati-hati, lalu menyimpannya ke dalam saku di dalam jaketnya.Namun, Janice masih memikirkan perkataan Hady tadi. "Hady, gambar Vega apa yang tadi kamu maksud?""Itu komik yang digambar Nona Tukang Jerit di penginapanmu. Istriku bilang ceritanya sangat lucu dan karakter bayi yang baru muncul itu yang begitu mirip dengan Veg

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 763

    Tanpa perlu dijelaskan, Norman tahu Arya pasti mengerti orang yang dimaksudnya adalah Janice. Dia meminta Arya melakukan itu karena merasa foto itu mungkin bisa membantu Jason di saat krusial.Saat terpikir Jason, Arya tersenyum pahit. Dia adalah orang yang paling mengerti kondisi Jason selama tiga tahun ini. Hanya saja, rencana seperti ini sering tiba-tiba berubah.Setelah mengajukan cuti dan hendak memesan tiket pesawat ke Kota Genggi, ponsel Arya tiba-tiba menerima pesan dari Zion.[ Aku menemani tuan mudaku dinas ke Kota Genggi. Bagaimana kalau aku terbang ke Kota Pakisa untuk bertemu denganmu? Tenang saja, aku nggak membawa anak. ]Arya langsung menyadari Zion juga sudah tahu dan merasa ada firasat buruk.Firasat buruk Arya memang benar. Pada detik berikutnya, Norman pun menerima perintah dari Jason. "Pak Jason sudah tahu Pak Landon pergi ke Kota Genggi. Dia suruh aku mengatur perjalanannya ke sana juga.""Habis sudah ...." Arya langsung merasa kesulitan.Keduanya pun akhirnya sep

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 762

    Lima menit kemudian, Arya sudah terikat di kursi kantornya. Dia menatap Norman dan berkata sambil tersenyum, "Jangan main-main lagi, sebentar lagi aku harus keliling kamar pasien."Norman bersandar di meja dan berkata dengan ekspresi serius, "Minggu ini giliranmu jaga klinik, jadi kamu nggak perlu keliling kamar pasien. Jangan harap bisa menghindar. Cepat katakan, itu anak siapa?""Punya Zion," jawab Arya dengan sangat serius dan tegas.Sudut bibir Norman berkedut, lalu mengernyitkan alisnya dan berkata, "Kamu tahu maksudku."Arya mengalihkan pandangannya. "Hanya komik, kebetulan saja.""Kalau hanya kita bertiga yang mirip dengan karakter di komik itu, masih bisa dibilang kebetulan. Tapi, penampilan anak kecil itu hanya kamu, aku, dan Pak Jason saja yang tahu, siapa yang bisa gambar sampai begitu detail? Kecuali dia benar-benar ada. Perlu aku teruskan lagi?" jelas Norman."Bisakah kamu nggak seperti Pak Jason? Aku benar-benar nggak tahu," kata Arya sambil memalingkan wajahnya dengan gu

  • Pembalasan sang Istri Tertindas   Bab 761

    Saat Janice mengatakan itu, Louise merasa makin bersemangat. "Aku tiba-tiba dapat inspirasi, aku naik ke atas dulu."Melihat Louise berlari dengan cepat, Janice juga tidak terlalu memikirkannya karena kebetulan jam di dinding menunjukkan sudah waktunya untuk menjemput anak. Dia berjalan kaki menuju TK di kota. Pukul setengah empat, kelas penitipan anak pun pulang terlebih dahulu. Seorang anak kecil memakai topi kuning dan rambutnya dikepang dua berlari terhuyung-huyung ke arahnya."Mama, aku rindu kamu," kata Vega.Janice menggendong Vega, lalu mengeluarkan sebuah permen dari sakunya. "Guru bilang hari ini kamu paling baik, jadi ini hadiah untukmu.""Wah. Mama, terima kasih," kata Vega dengan sepasang mata yang terlihat bersinar, bahkan sempat mengecup pipi Janice.Setiap kali Vega mengecupnya seperti ini, Janice selalu merasa sangat bersyukur telah pergi dari kehidupan sebelumnya karena sekarang Vega akhirnya kembali lagi ke sisinya. Tanpa kehidupan yang mewah sekaligus menyesakkan se

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status