Kalau sampai menyentuh pantangan orang tertentu, harga perhiasan juga tidak akan tinggi. Karena itulah studio sudah lebih dulu menyiapkan berkas referensi.Janice membalik sampai halaman terakhir, tetap tak menemukan apa yang "tak boleh disebut". Sampai matanya berhenti pada halaman terakhir yang digaris merah, tanggal acara.Itu adalah hari ulang tahun Anwar.Selain sifatnya yang sangat patriarki, Anwar adalah orang yang percaya takhayul dan punya banyak pantangan. Dia sangat sensitif soal tanggal lahirnya. Kabarnya, bahkan tanggal di KTP sengaja dibelokkan.Setiap kali ulang tahun, dia memilih hari baik, lalu purapura bilang tak peduli tanggal, yang penting kumpul dan meriah. Intinya, dia takut orang tahu tanggal lahirnya.Soal tanggal lahir itu, selain tiga putra Keluarga Karim dan segelintir orang tepercaya Anwar, mungkin hanya Janice yang tahu.Beberapa tahun lalu, Anwar sakitsakitan lebih dari sebulan. Walaupun dokter bisa menstabilkan kondisinya, dia tetap merasa lemas sampai me
Janice menstabilkan tubuhnya, mendapati orang di depannya bukan orang lain, melainkan Leah. Seperti biasa, senyumannya tampak tenang. "Kamu sudah kembali, pas banget kita bisa bahas soal kerjaan."Karena ini menyangkut pekerjaan, tentu saja Janice tak bisa menolak. "Baik."Saat berbalik, dia jelas merasakan pandangan Leah sekilas melirik syal di dadanya. Namun, saat dia menengadah untuk melihat, Leah sudah melangkah masuk ke lift.Beberapa saat kemudian, Janice duduk bersama beberapa rekan di ruang rapat kecil. Leah duduk di paling depan, dengan santai memutar kursi yang didudukinya."Ini adalah rancangan awal perhiasan kenangan yang aku buat untuk acara amal. Silakan lihat, kalau ada pendapat, bisa disampaikan."Saat layar menyala, Janice sedikit termangu. Leah merancang sebuah cincin yang terinspirasi dari bentuk koin kuno berlubang kotak di tengah. Di bagian tengahnya dipasang giok bening seperti tetesan air.Tingkat kejernihan dan kemewahannya pas. Sedikit lebih akan terasa berlebi
Namun, kalau menjelaskan dengan jelas, Janice merasa agak sulit. Dia juga tak punya bukti bahwa Leah benar-benar sedang menargetkan dirinya.Jason menatapnya sekilas, lalu bertanya dengan nada datar, "Bu Janice, apa atasanmu lupa menanyakan sesuatu?"Atasan? Janice tertegun beberapa detik. Begitu matanya bertemu dengan mata Jason, dia langsung paham. Ternyata jadi asisten juga ada untungnya!Dia langsung berdiri seperti anak anjing yang setia, mengambil teko teh, lalu menuangkan untuk Jason. "Benar, aku asistennya Bu Leah. Membantu menyelesaikan masalah itu bagian dari tugasku. Tadi Bu Leah ingin tanya pendapat Pak Jason soal permintaan khusus untuk perhiasan kenangan. Aku catat dulu biar nggak bingung kalau ditanya."Jason memainkan cangkir tehnya, lalu mengangkat pandangan menatap Janice. "Aku nggak suka ngomong dua kali. Jadi, lihat saja bagaimana Bu Janice berusaha."Janice menggigit bibir. Dia tahu Jason tidak mungkin berbaik hati mengingatkan. "Pak Jason, bukannya nggak boleh sua
Karena Janice masih harus bekerja sore ini, Jason tidak terlalu berlebihan. Tetap saja, dia sempat kehilangan kendali beberapa kali hingga meninggalkan bekas di lehernya.Janice menatap cermin dengan marah. "Kamu sengaja, 'kan? Aku pakai kerah setinggi ini, tapi kamu ninggalin bekas di tempat yang kelihatan!"Jason mengancingkan baju dengan santai. "Aku cuma ingin punya status. Nggak berlebihan, 'kan?""Sepertinya nggak mungkin. Leah cuma butuh beberapa kalimat untuk menetapkanmu sebagai pamanku. Sekarang apa pun yang aku katakan, bakal dianggap melanggar batas." Janice menarik-narik kerahnya, mencoba menutupi bekas merah itu.Tangan Jason sempat membeku sejenak. Dengan tenang, dia bertanya, "Kamu sebut-sebut dia terus, sebenarnya mau ngomong apa?"Janice mengatupkan bibir. Memang benar, dia tak bisa menyembunyikan apa pun dari Jason. Namun, untuk menjelaskannya, dia juga bingung harus mulai dari mana.Melihat Janice diam terlalu lama, Jason memeluknya. "Dulu kamu nggak pernah ragu bua
Kayla juga orang yang pintar, jadi dia hanya berbicara setengah. Dia khawatir Leah merasa dirinya terlalu memusuhi Janice.Lagi pula, dengan kemampuan Leah, mencari tahu hubungan antara Landon dan Janice pasti lebih mudah dibanding dirinya.Leah juga menangkap maksud Kayla, hanya tersenyum tanpa berkata apa-apa.Sesampainya di restoran, saat semua orang duduk dan mulai memesan makanan, Leah beralasan ke kamar mandi.Setelah memastikan sekeliling kosong, dia menghubungi seseorang lewat telepon. "Selidiki soal hubungan Pak Landon dan Janice selama tiga tahun terakhir.""Baik, Nona.""Gimana dengan tugas yang kukasih sebelumnya?" tanya Leah."Orangnya sudah ditemukan, tapi keras kepala sekali.""Oh, begitu? Kelihatannya dia nggak kekurangan uang," cela Leah."Baik, aku mengerti."Setelah menutup telepon, Leah berdiri di depan cermin dan merapikan penampilannya. Sampai helaian rambut terakhir pun sudah sempurna, baru dia melangkah keluar dengan anggun.....Di dalam mobil.Begitu masuk mob
Janice ditarik turun ke lantai bawah.Kebetulan, Norman baru saja turun dari mobil. Begitu melihat Janice, wajahnya langsung pasrah seperti hendak menghadap ajal.Dia menarik napas dalam-dalam, lalu membuka pintu mobil. Jason turun lebih dulu.Norman memberi isyarat mata berkali-kali kepada Jason, tetapi sebelum Jason sempat memahami maksudnya, Leah yang turun belakangan justru terkilir karena sepatu hak tingginya.Namun, dia tidak seperti perempuan manja yang langsung jatuh ke pelukan Jason. Dia segera menopang tubuhnya pada pintu mobil saat mendekati Jason.Karena berhenti mendadak, rambut ikalnya terbang dan tersangkut di kancing jas Jason. Leah buru-buru meminta maaf, "Pak Jason, maaf ya."Janice berdiri di antara rekan-rekannya menyaksikan semua itu. Wajahnya tak menunjukkan reaksi apa pun, tetapi tangannya sudah terkepal begitu erat hingga memerah.Tatapannya tertuju pada Jason. Hebat juga Jason ini. Baru ditinggal sebentar, sudah ada wanita baru yang jatuh hati padanya.Janice t