Home / Pendekar / Pemilik Kitab Seribu Bayangan / Bab 3 Bayangan yang Patuh

Share

Bab 3 Bayangan yang Patuh

Author: Bang JM
last update Last Updated: 2025-04-04 23:53:19

Master Yu berdiri di sudut ruangan, mengamati murid barunya. "Kau baru saja merasakan sisi berbahaya dari ilmu ini. Namun, jika kau ingin menjadi ahli sejati, kau harus belajar mengendalikan bayanganmu, bukan sekadar menciptakannya."

Lei Tian mengangguk tanpa ragu. "Aku siap."

Master Yu tersenyum tipis. "Baik. Coba lagi."

Menciptakan Bayangan yang Bisa Dikendalikan

Lei Tian menarik napas dalam-dalam. Ia kembali fokus pada bayangannya yang terpantul di dinding batu. Kali ini, ia tidak hanya ingin membuatnya muncul, tetapi juga memastikan bayangan itu tetap berada di bawah kendalinya.

Ia mengulurkan tangan, mengalirkan energinya.

Sedikit demi sedikit, bayangannya mulai berubah. Tubuhnya tampak lebih padat, tidak lagi sekadar siluet samar. Namun kali ini, Lei Tian tidak membiarkan bayangan itu bergerak sendiri.

Aku adalah tuannya. Bayangan ini hanya alat.

Matanya membelalak saat bayangan itu tetap diam, menunggu perintahnya.

Master Yu mengangguk. "Bagus. Sekarang, coba perintahkan bayangan itu untuk bergerak."

Lei Tian mengulurkan tangannya perlahan. "Jalan ke kanan."

Bayangan itu mengikuti perintahnya, melangkah ke kanan.

"Berlari."

Bayangan itu berlari melintasi dinding, bergerak seperti seorang pejuang bayangan yang hidup.

Lei Tian hampir tidak percaya. Ia benar-benar melakukannya!

Namun, tiba-tiba bayangan itu mulai bergetar. Wajahnya berubah, kembali menunjukkan kilatan merah mengerikan.

"Tidak!"

Master Yu melangkah cepat, menepuk punggung Lei Tian dengan telapak tangannya. Energi dingin langsung mengalir ke tubuh Lei Tian, membantunya kembali stabil.

Bayangan itu berhenti bergetar dan kembali normal.

Lei Tian menghela napas panjang. "Apa yang barusan terjadi?"

Master Yu melipat tangan di dada. "Kau masih terlalu lemah. Energi dalam tubuhmu belum cukup untuk mempertahankan kendali sepenuhnya. Jika kau memaksa, bayangan itu akan menyerap energimu dan memberontak."

Lei Tian mengepalkan tinjunya. "Jadi aku hanya bisa menciptakan satu bayangan untuk saat ini?"

Master Yu mengangguk. "Satu bayangan yang bisa kau kendalikan dengan baik jauh lebih berharga daripada seribu bayangan liar yang ingin membunuhmu."

Lei Tian merenung sejenak, lalu berdiri tegak. "Baik. Aku akan berlatih sampai aku bisa mengendalikannya sepenuhnya."

Master Yu tersenyum. "Itulah semangat seorang pejuang."

Setelah beberapa jam latihan, Lei Tian akhirnya bisa mempertahankan bayangannya lebih lama tanpa kehilangan kendali. Namun, latihan saja tidak cukup.

Master Yu mengambil sebatang kayu panjang dari sudut ruangan dan melemparkannya ke Lei Tian. "Kita akan menguji seberapa jauh kendalimu terhadap bayangan itu."

Lei Tian menerima kayu itu dengan kening berkerut. "Apa yang harus kulakukan?"

Master Yu tersenyum tipis. "Gunakan bayanganmu untuk bertarung denganku."

Lei Tian menatapnya tak percaya. "Apa kau serius?"

"Cepatlah. Jika kau tidak menyerang, akulah yang akan menyerang duluan."

Tanpa menunggu, Master Yu mengayunkan tongkatnya. Lei Tian melompat mundur, lalu segera mengendalikan bayangannya.

"Serang!"

Bayangannya berlari ke depan, melompat ke arah Master Yu dengan kecepatan tinggi.

Namun, sebelum bisa menyentuh Master Yu, bayangan itu tiba-tiba terhenti.

"Apa?!"

Master Yu hanya berdiri di tempat, tapi tubuhnya mengeluarkan tekanan besar. Bayangan Lei Tian bergetar hebat, lalu mulai menghilang.

Lei Tian terjatuh, tubuhnya kembali melemah.

Master Yu menghela napas. "Seperti yang kuduga, kau masih jauh dari siap."

Lei Tian menggertakkan giginya. "Aku bisa melakukannya! Beri aku kesempatan lagi!"

Master Yu menggeleng. "Cukup untuk hari ini. Istirahatlah. Jika kau memaksakan diri, kau hanya akan merusak tubuhmu sendiri."

Lei Tian meninju lantai, frustrasi. Tapi ia tahu Master Yu benar.

Hari ini ia gagal, tapi ia tidak akan berhenti.

Jika ia ingin membalas dendam, ia harus menjadi lebih kuat.

____

Malam telah larut, dan Lei Tian masih duduk di lantai batu, napasnya perlahan mulai teratur. Tubuhnya terasa berat setelah latihan sepanjang hari, tapi pikirannya tetap bekerja.

Aku masih terlalu lemah. Jika tidak bisa mengendalikan satu bayangan pun, bagaimana aku bisa membalas dendam?

Tatapan matanya beralih ke Master Yu, yang duduk di sudut ruangan sambil menyesap teh hangat.

"Kenapa kau membantuku?" tanya Lei Tian tiba-tiba.

Master Yu tidak langsung menjawab. Ia mengaduk tehnya perlahan, lalu menatap Lei Tian dengan sorot mata yang sulit ditebak.

"Karena kau adalah satu-satunya harapan Sekte Bayangan yang tersisa."

Lei Tian mengernyit. "Sekte Bayangan?"

Master Yu menghela napas panjang. "Dulu, ada sebuah sekte yang menguasai teknik bayangan. Mereka bukan yang terkuat dalam persilatan, tapi mereka yang paling ditakuti. Tidak ada yang bisa membunuh apa yang tidak bisa disentuh."

Lei Tian menajamkan pendengarannya.

"Namun, karena mereka terlalu kuat, sekte-sekte lain merasa terancam. Mereka bersekongkol dengan klan penguasa untuk membantai Sekte Bayangan. Dalam semalam, sekte itu lenyap dari dunia persilatan."

"Lalu kenapa aku?" Lei Tian bertanya, firasat buruk mulai menjalari hatinya.

Master Yu menatapnya dalam-dalam. "Karena kau adalah putra terakhir dari pemimpin Sekte Bayangan."

Jantung Lei Tian seakan berhenti berdetak.

"Itu .. tidak mungkin ...."

Namun, kepingan-kepingan ingatan yang selama ini samar mulai bermunculan. Ingatan tentang malam berdarah di desa kecilnya. Wajah kedua orang tuanya yang tertutup bayangan. Jeritan-jeritan yang terus menghantuinya dalam mimpi.

"Kau mungkin tidak mengingatnya dengan jelas, tapi kau disembunyikan saat pembantaian terjadi. Orang tuamu mengorbankan diri agar kau bisa selamat."

Lei Tian mengepalkan tangannya. Tangannya gemetar, bukan karena ketakutan, tetapi karena kemarahan.

"Siapa yang melakukannya?" tanyanya dengan suara rendah.

Master Yu menghela napas. "Banyak pihak yang terlibat. Tapi dalang utamanya adalah Klan Tianlong."

Mata Lei Tian membelalak.

Klan Tianlong ... klan terkuat di dunia persilatan!

Master Yu menatapnya tajam. "Jika kau benar-benar ingin membalas dendam, kau harus menjadi lebih kuat. Ilmu bayangan bukan sekadar teknik, tapi sebuah warisan yang harus kau pahami sepenuhnya."

Lei Tian menarik napas dalam-dalam. Ia bisa merasakan darahnya mendidih, amarahnya menyala.

"Klan Tianlong. Mereka akan membayar untuk semua ini!"

Keesokan harinya, Lei Tian kembali ke pelatihannya. Kali ini, ia tidak hanya berlatih mengendalikan bayangan, tetapi juga bagaimana menggunakannya dalam pertempuran nyata.

"Bayanganmu harus menjadi perpanjangan tubuhmu," kata Master Yu. "Bukan sekadar refleksi, tapi senjata yang bisa menyerang tanpa disadari musuh."

Lei Tian menciptakan bayangan pertamanya, kali ini dengan lebih stabil. Ia mencoba menggerakkannya dengan lebih lancar, membuatnya melompat, menghindar, dan menyerang.

Namun, latihan itu tidak cukup. Master Yu mulai menyerangnya dengan tongkat kayu, memaksa Lei Tian menggunakan bayangannya untuk bertahan.

"Jangan hanya menggerakkannya! Gunakan nalurimu!"

Lei Tian mencoba menangkis serangan Master Yu dengan bayangannya. Awalnya, ia gagal berkali-kali. Bayangannya terlalu lambat, terlalu kaku.

Namun, seiring waktu, ia mulai memahami ritmenya. Bayangannya tidak hanya menangkis, tetapi juga mulai menyerang balik!

Master Yu tersenyum. "Kau mulai memahami esensinya."

Lei Tian tersenyum tipis. Tapi ia tahu ini baru permulaan.

Jika ia ingin membalas dendam, ia harus lebih kuat.

Dan untuk itu, ia harus menguasai Kitab Seribu Bayangan sepenuhnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mulai menarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Bab Penutup : Kutukan Bayangan Kesebelas: Kebangkitan Heiyin

    Langit di atas Lembah Qi’an menghitam. Bukan oleh awan, melainkan oleh kabut hitam yang menggantung seperti kain berkabung raksasa. Tanah berguncang pelan, dan di tengah pusaran reruntuhan kuil kuno, sesosok makhluk perlahan naik dari dalam tanah. Ia tidak lagi sepenuhnya manusia.Itu adalah Xie Lang.Namun yang berdiri kini bukan sekadar pendekar yang terobsesi pada kekuatan. Ia telah menyatu dengan roh kuno dari Dunia Dalam: entitas kegelapan abadi bernama Heiyin, makhluk bayangan yang lahir dari keputusasaan umat manusia ribuan tahun lalu.Wajah Xie Lang memudar, tergantikan topeng kabut dan mata api. Suaranya terdengar seperti denting ribuan lonceng berdarah: "Kalian memanggilku iblis. Tapi kalianlah yang menciptakanku... dengan luka, dengan iri, dengan kehormatan palsu."Dua sekte besar telah dilumat dalam satu malam. Tanpa pedang. Tanpa pasukan. Hanya dengan suara ketakutan yang memanggil semua bayangan dari isi hati para pendekar.Di sisi lain reruntuhan, Mo Jing berdiri denga

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Bayangan Ketiga – Raga Ganda di Balik Cermin

    : Bayangan Ketiga – Raga Ganda di Balik CerminMo Jing berdiri terpaku di hadapan Cermin Darah. Permukaannya tampak seperti danau perak beku, namun di balik itu memantulkan sosok dirinya—bukan sebagaimana yang ia kenal. Sosok itu memiliki mata merah menyala, wajah lebih tirus, senyum miring yang menyeringai seperti iblis yang menunggu tumbal.> "Siapa kau?" desis Mo Jing pelan, keringat dingin mengalir di pelipisnya.Sosok dalam cermin menjawab. Suaranya serupa, tapi lebih dalam, lebih dingin, dan penuh dendam yang menggumpal.> "Aku adalah kau… yang telah menelan seluruh dendam, luka, dan kebencianmu. Aku adalah semua yang kau kubur dalam-dalam… Aku adalah Bayangan Ketiga."---Dalam ajaran tertua dari Kitab Seribu Bayangan, Bayangan Ketiga bukan sekadar teknik. Ia adalah cermin jiwa, perwujudan kegelapan yang dipendam oleh pemilik kitab. Banyak murid sebelum Mo Jing yang gagal melewatinya. Mereka bukan

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Bayangan Kedua – Cermin Darah di Lembah Qi’an

    : Bayangan Kedua – Cermin Darah di Lembah Qi’anKabut turun lebih pekat dari biasanya di Lembah Qi’an. Bagaikan jaring putih raksasa, ia menggulung seluruh lembah dalam keheningan yang dingin dan purba. Suara jangkrik memekik sesekali, terpotong oleh desir angin yang menyelinap pelan di celah-celah tebing curam, seolah berusaha menyampaikan sesuatu dari dunia yang telah lama mati.Di tengah lembah yang sunyi, berdiri seorang lelaki muda berjubah hitam. Tubuhnya tegak dan matanya tertuju lurus ke depan. Di tangan kirinya tergenggam gulungan kain tua yang tampak rapuh dimakan usia. Lelaki itu adalah Mo Jing, murid terakhir dari aliran Bayangan Sunyi, sekte rahasia yang pernah ditakuti namun kini hanya tersisa dalam bisik-bisik dan bayang-bayang.Gulungan itu bukan sekadar peninggalan tua. Ia adalah potongan dari Kitab Seribu Bayangan, manuskrip sakral yang menyimpan teknik bayangan pamungkas: Bayang-Bayang Menembus Jiwa, sebuah ajaran yang tak sekadar mengajarkan seni bela diri, tapi me

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Bayangan yang Tak Punya Wajah

    : Kabut putih menggantung di kaki Gunung Hengshan, seperti jaring-jaring halus yang menunggu mangsa. Dari kejauhan, denting logam beradu terdengar terputus-putus. Bukan suara perang terbuka, melainkan duel senyap yang berlumur dendam.Liang Wuji, pewaris terakhir Perguruan Ying Shui Jian, berdiri dengan napas berat. Pedangnya—Seribu Bayangan—masih bergetar dalam genggamannya. Sinar bulan menimpa mata bilahnya, memantulkan siluet-siluet samar seolah-olah ada seribu dirinya berdiri di sekeliling.Darah mengalir dari lengan kirinya. Tapi bukan itu yang mengusik pikirannya.> "Kau... bukan murid dari dunia persilatan biasa," ujar Wuji sembari mundur tiga langkah.Di hadapannya, berdiri seorang pria berjubah hitam, wajah tertutup topeng perak bergambar tengkorak."Bayangan ke-37," kata pria bertopeng itu, suaranya berat dan dingin seperti batu nisan tua."Bayangan ke-38," lanjutnya sambil bergerak cepat—tanpa suara, tanpa angin.Wuji menangkis dengan insting. Tapi sesuatu aneh. Setiap ser

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Lembah Bisu, malam bulan mati

    Lian Tian terbangun dengan tubuh menggigil. Keringat dingin membasahi jubah dalamnya. Sekujur tubuhnya terasa seperti direndam air sungai di musim awal kematian. Tapi bukan itu yang membuatnya nyaris tak bisa bernapas—melainkan suara langkah yang mendahului kesadarannya.Langkah perempuan. Lembut. Tapi tidak menyentuh tanah.Ia duduk perlahan di dalam gua tempat ia bersemedi sejak Bayangan ke-35 berhasil ditundukkan seminggu lalu. Dinding batu hitam tampak retak. Api obor yang ditanamnya padam sejak kemarin. Tapi ia melihat cahaya merah lembut, berkedip-kedip dari dalam perut gua.Dan dari kegelapan itu, keluar sesosok siluet perempuan."Sudah waktunya," bisiknya. Suaranya menggema dari dalam kepala Lian Tian, bukan dari udara."Siapa kau?" desisnya. Tapi dadanya terasa berat. Seperti ada tangan halus namun penuh duri yang menekan napasnya."Aku bukan siapa-siapa," kata sosok itu. "Tapi kau memanggilku dengan

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Kebangkitan Sang Ibu: Cahaya yang Dikhianati

    Wilayah Bawah Jiuzhou – Danau Darah Sembilan TingkatDanau itu mendidih tanpa suara. Darah kental berwarna hitam-merah menyembur perlahan dari retakan dimensi, membentuk pusaran besar yang mengelilingi seorang wanita bertubuh ringkih, terikat rantai yang terbuat dari doa-doa suci dan kutukan iblis.Tubuhnya menggigil.Tapi matanya… terbuka perlahan. Hitam seluruhnya, tanpa putih, seolah mata itu menyerap segala cahaya.> “Anak… ku…”Suara itu lirih, tapi cukup kuat untuk menggetarkan ruang roh.Ia adalah ibu Ruo Lin.Atau… sisa dari jiwa ibunya, yang dulu dikorbankan untuk menahan kekuatan Iblis Purba dari lepas kendali.Tapi sekarang, kekuatan dari Segel Awal yang diaktifkan oleh Ruo Lin… telah membangkitkannya. Tapi bukan sebagai manusia.Melainkan sebagai cermin dari luka Ruo Lin sendiri.---Sementara itu di Kamp Pelindung JiuzhouRuo Lin berdiri memat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status