Pemilik Kitab Seribu Bayangan

Pemilik Kitab Seribu Bayangan

last updateHuling Na-update : 2025-06-01
By:  Bang JMIn-update ngayon lang
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
10
4 Mga Ratings. 4 Rebyu
99Mga Kabanata
931views
Basahin
Idagdag sa library

Share:  

Iulat
Buod
katalogo
I-scan ang code para mabasa sa App

SINOPSIS Lei Tian, seorang pemuda yatim piatu, hidup sebagai petarung jalanan di Kota Wushan. Hidupnya berubah ketika ia menemukan Kitab Seribu Bayangan, sebuah teknik kungfu kuno yang memungkinkan penggunanya menciptakan bayangan kloning diri sendiri. Namun, kitab ini menyimpan sejarah kelam—dulu milik Sekte Bayangan yang dibantai oleh aliansi sekte besar di dunia persilatan. Setelah menguasai teknik tersebut, Lei Tian menjadi target berbagai sekte yang ingin menguasai kitab legendaris itu. Dalam perjalanannya, ia mengungkap rahasia asal-usulnya—ternyata orang tuanya adalah murid tingkat tinggi Sekte Bayangan yang dibunuh secara keji. Dengan tekad membalas dendam dan membangun kembali warisan sektenya, Lei Tian harus menghadapi musuh yang jauh lebih kuat, mengungkap konspirasi dunia persilatan, dan memilih antara kekuatan atau keadilan.

view more

Kabanata 1

Bab 1: Anak Jalanan Kota Wushan

Pemilik Kitab Seribu Bayangan

------

Kota Wushan tidak pernah tidur. Di gang-gang sempit dan pasar yang hiruk-pikuk, suara pedagang bercampur dengan teriakan petarung jalanan yang mencari nafkah dari pertarungan ilegal. Bau asap dari kedai arak memenuhi udara, bercampur dengan wangi dupa dari kuil tua di ujung kota.

Di antara kerumunan yang riuh, seorang pemuda bertubuh kurus namun berotot berdiri di tengah arena tanah yang dikelilingi oleh puluhan penonton. Pakaiannya lusuh, wajahnya berdebu, tapi matanya menyala penuh semangat. Dia adalah Lei Tian, seorang yatim piatu yang hidup dari pertarungan jalanan.

"Lima perak untuk yang bisa menjatuhkan bocah ini dalam sepuluh jurus!" seru seorang pria gempal yang bertindak sebagai bandar taruhan.

Tantangan itu langsung disambut oleh seorang pria berbadan besar dengan tato naga di lengannya.

"Aku akan menghancurkan bocah ini dalam lima jurus!" pria bertato itu menyeringai sambil memutar bahunya.

Lei Tian menghela napas pendek. Ini bukan pertama kalinya dia bertarung melawan orang yang jauh lebih besar darinya. Ia tahu satu hal—kekuatan saja tidak cukup untuk menang.

Pertarungan Dimulai

Begitu gong kecil dipukul, pria bertato langsung melompat ke depan dengan tinju mengarah ke wajah Lei Tian. Tapi Lei Tian bergerak cepat, tubuhnya miring ke samping dengan gesit, membiarkan pukulan lawan melewati udara kosong.

"Cepat juga bocah ini," gumam seorang penonton.

Pria bertato tidak menyerah. Ia menyerang dengan kombinasi pukulan beruntun. Lei Tian menghindari satu per satu, tubuhnya meliuk seperti ular. Lalu, dengan satu gerakan cepat, ia menendang lutut lawannya dari samping.

Duk!

Pria bertato kehilangan keseimbangan. Kesempatan itu tidak disia-siakan Lei Tian. Ia melompat, memutar tubuh di udara, dan menghantamkan sikunya tepat ke pelipis lawan.

Bugh!

Pria bertato ambruk ke tanah, tak sadarkan diri.

Penonton terdiam sejenak, lalu riuh dengan sorakan.

"Gila! Bocah ini benar-benar cepat!"

"Aku kehilangan uang!"

Lei Tian mengatur napas, menyeka keringat dari dahinya. Satu pertarungan lagi selesai, satu langkah lebih dekat untuk bertahan hidup di kota yang kejam ini.

Setelah menerima hadiahnya—sepuluh keping perak—Lei Tian meninggalkan arena dan berjalan ke pasar. Ia duduk di sudut jalan, menikmati sepotong roti kering saat suara lirih memanggilnya.

"Anak muda ... sedikit makanan ...."

Lei Tian menoleh. Seorang lelaki tua dengan pakaian compang-camping duduk bersandar di dinding. Rambutnya berantakan, wajahnya penuh keriput, tapi sorot matanya tajam seperti elang.

Tanpa berpikir panjang, Lei Tian memotong setengah rotinya dan menyerahkan kepada pengemis itu.

Orang tua itu tersenyum samar. "Kau petarung yang bagus."

Lei Tian mengangkat alis. "Bagaimana kau tahu?"

Orang tua itu menggigit roti dan menjawab pelan, "Langkah kakimu ringan, gerakanmu cepat. Kau bukan sekadar petarung jalanan biasa."

Lei Tian tertawa kecil. "Aku hanya mencoba bertahan hidup."

Pengemis itu mengangguk pelan, lalu menatap Lei Tian dalam-dalam. "Aku punya sesuatu untukmu. Tapi ... kita akan lihat apakah kau pantas menerimanya."

Lei Tian menyipitkan mata. Ia tidak tahu, pertemuan ini akan mengubah hidupnya selamanya.

Lei Tian menatap pengemis tua di hadapannya. Ada sesuatu yang berbeda dari lelaki itu. Bukan hanya sorot matanya yang tajam, tapi juga cara bicaranya yang tenang, seolah dia lebih dari sekadar orang tua biasa.

"Apa maksudmu, sesuatu untukku?" tanya Lei Tian sambil tetap waspada.

Pengemis itu mengunyah sisa rotinya dengan lambat sebelum akhirnya berbisik, "Ikuti aku."

Meskipun ragu, Lei Tian merasa penasaran. Ia sudah terbiasa hidup di jalanan, bertemu berbagai macam orang, dan tahu kapan harus berhati-hati. Tapi ada dorongan dalam hatinya untuk mengikuti lelaki tua itu.

Mereka berjalan melewati gang-gang sempit Kota Wushan, semakin jauh dari keramaian pasar hingga sampai ke sebuah kuil tua yang sudah lama terbengkalai.

"Tempat ini ..." Lei Tian bergumam, mengingat bahwa kuil ini sudah lama dianggap angker oleh warga sekitar.

Pengemis tua tersenyum kecil. "Tempat ini dulunya adalah rumah bagi mereka yang memiliki ilmu yang jauh lebih besar dari sekadar mitos."

Lelaki tua itu berjalan ke altar yang sudah berdebu, lalu menekan sebuah batu di sampingnya. Dengan suara klik, lantai kuil perlahan bergeser, membuka jalan menuju lorong bawah tanah yang gelap.

Lei Tian menelan ludah. "Apa sebenarnya tempat ini?"

"Warisan yang telah terlupakan," jawab pengemis itu sebelum melangkah masuk. "Jika kau ingin tahu siapa dirimu, maka ikuti aku ke dalam."

Lei Tian melangkah masuk ke lorong itu dengan hati-hati. Cahaya remang-remang dari obor tua di dinding menerangi jalan mereka. Udara di dalam terasa lebih dingin, dengan aroma tanah yang lembap.

Setelah beberapa saat berjalan, mereka tiba di sebuah ruangan luas. Di tengahnya, terdapat sebuah meja batu dengan sebuah kitab kuno tergeletak di atasnya.

Lei Tian mendekati kitab itu dan melihat judulnya. "Kitab Seribu Bayangan?"

Pengemis tua itu mengangguk. "Ini adalah ilmu tertinggi dari Sekte Bayangan, sekte yang telah dibantai bertahun-tahun lalu oleh aliansi sekte besar dunia persilatan."

Lei Tian menyipitkan mata. "Kenapa kau menunjukkannya padaku?"

Pengemis itu menatapnya dengan serius. "Karena kau adalah anak dari pemimpin terakhir Sekte Bayangan. Kau satu-satunya pewaris yang tersisa."

Jantung Lei Tian berdegup kencang. "Itu tidak mungkin. Aku hanya seorang yatim piatu yang tumbuh di jalanan."

"Tidak ada yang kebetulan dalam dunia ini, anak muda," jawab pengemis itu. "Orang tuamu dibunuh karena kitab ini. Tapi mereka berhasil menyembunyikanmu sebelum mereka mati. Sekarang, kau punya pilihan. Kau bisa tetap hidup sebagai petarung jalanan, atau kau bisa belajar ilmu ini dan menuntut balas."

Lei Tian menatap kitab di depannya. Seumur hidupnya, dia tidak pernah tahu siapa orang tuanya. Dan sekarang, tiba-tiba dia diberi kesempatan untuk menemukan jawaban.

Dengan tangan gemetar, dia membuka halaman pertama kitab itu.

Begitu halaman pertama terbuka, hawa dingin menyelimuti ruangan. Tulisan-tulisan dalam kitab itu bergetar, seolah memiliki nyawa sendiri.

Lei Tian membaca dengan saksama. "Teknik Seribu Bayangan, memungkinkan pengguna menciptakan kloning bayangan dari dirinya sendiri untuk mengelabui musuh."

Pengemis tua tersenyum. "Tapi tidak semudah itu. Ilmu ini hanya bisa dikuasai oleh mereka yang memiliki kemauan baja. Jika kau tidak cukup kuat, kau hanya akan menjadi budaknya."

Lei Tian mengepalkan tangannya. "Ajari aku."

Pengemis itu menatapnya beberapa saat sebelum akhirnya mengangguk. "Baik. Tapi ingat, sekali kau mempelajari ini, tidak ada jalan kembali. Sekte besar akan memburumu. Dunia persilatan tidak akan membiarkanmu hidup dengan tenang."

Lei Tian menatap lurus ke mata lelaki tua itu. "Aku tidak peduli. Jika mereka ingin mengambil sesuatu dariku, aku akan melawan mereka semua."

Pengemis tua tertawa kecil. "Bagus. Mulai sekarang, kau bukan lagi hanya seorang petarung jalanan. Kau adalah pewaris Sekte Bayangan."

Palawakin
Susunod na Kabanata
I-download

Pinakabagong kabanata

Higit pang Kabanata

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Mga Comments

user avatar
Ummi
semangat thor... lanjutkaaaan
2025-05-29 09:54:28
1
user avatar
Faisalicious
Novelnya bagus banget thor!!! ...️...️ Jangan lupa mampir juga ya "TULANG SUCI NAGA ABADI" Bantu saling support yaaa.........
2025-05-13 19:30:00
1
user avatar
Bang JM
Berita dukungan buku p Pemilik Kitab seribu bayangan, supaya penulis Bang JM, supaya semangat melanjutkan ceritanya,...... Mathur nuwun terima kasih
2025-05-12 19:21:23
0
user avatar
Any Anthika
Aku kasih bintang lima karena ceritanya sangat seru. Sudah lama tidak membaca cerita fantasi. Nemu ini, keren banget. Semangat Thor...
2025-05-02 15:56:05
3
99 Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status