Home / Pendekar / Pemilik Kitab Seribu Bayangan / Bab 4 Jejak Para Pemburu

Share

Bab 4 Jejak Para Pemburu

Author: Bang JM
last update Last Updated: 2025-04-04 23:54:10

Fajar baru saja menyingsing ketika Lei Tian membuka matanya. Seluruh tubuhnya terasa pegal setelah latihan semalam, tetapi semangatnya tidak padam. Ia duduk bersila, mengatur napas, dan mulai mengalirkan energi ke seluruh tubuhnya.

Bayangannya di dinding perlahan bergerak, mengikuti perintahnya dengan lebih mulus dibanding sebelumnya.

'Aku semakin menguasainya.'

Namun, sebelum ia sempat melanjutkan latihannya, Master Yu masuk ke ruangan dengan ekspresi serius.

"Kita ada masalah."

Lei Tian berdiri. "Apa yang terjadi?"

Master Yu menatapnya tajam. "Kau sudah menjadi buronan."

Di atas meja kayu, Master Yu meletakkan selembar kertas pengumuman. Wajah Lei Tian tergambar di sana, dengan tulisan besar di bawahnya:

"Buronan! Pemilik Kitab Bayangan! Hadiah 500 tael emas bagi siapa pun yang menangkapnya hidup atau mati!"

Lei Tian menegang. "Siapa yang menyebarkan ini?"

Master Yu menghela napas. "Klan Tianlong."

Lei Tian mengepalkan tinjunya. "Mereka sudah tahu keberadaanku?"

"Mungkin belum secara pasti, tapi mereka tahu bahwa seseorang sedang berlatih ilmu bayangan. Dan mereka tidak akan membiarkan pewaris Sekte Bayangan bangkit kembali."

Lei Tian mengertakkan gigi. "Jadi sekarang aku bukan hanya buronan, tapi juga target para pemburu hadiah."

Master Yu mengangguk. "Benar. Dan itu berarti kita harus segera pergi dari sini sebelum tempat ini ditemukan."

Malam itu, mereka meninggalkan gua tempat mereka berlatih selama beberapa bulan terakhir. Dengan hati-hati, mereka menelusuri hutan yang gelap, menuju ke sebuah desa terpencil yang masih berada di luar jangkauan Klan Tianlong.

Namun, sebelum mereka bisa mencapai desa itu, Lei Tian merasakan sesuatu yang tidak beres.

Ia menoleh ke Master Yu, yang sudah lebih dulu menyadarinya.

"Mereka datang," bisik Master Yu.

Dari balik pepohonan, belasan pria bersenjata muncul, mengelilingi mereka.

Seorang pria berbadan besar dengan pedang panjang melangkah ke depan. Wajahnya penuh bekas luka, matanya tajam seperti elang.

"Lei Tian, serahkan dirimu! Kau sudah dikepung!"

Lei Tian melangkah maju, matanya penuh amarah. "Dan siapa kau?"

Pria itu menyeringai. "Aku adalah Bai Rong, pemburu hadiah terbaik di selatan. Hadiah kepalamu cukup untuk membuatku hidup mewah seumur hidup."

Master Yu berbisik, "Jangan meremehkan dia. Bai Rong pernah membunuh tiga pendekar kelas satu sendirian."

Lei Tian tersenyum tipis. "Bagus. Aku butuh latihan."

Bai Rong tertawa. "Sombong sekali! Kalau begitu, ayo kita lihat seberapa kuat pewaris Sekte Bayangan ini!"

Bai Rong menyerang lebih dulu, mengayunkan pedangnya dengan kecepatan luar biasa. Lei Tian melompat ke belakang, tetapi serangan itu terlalu cepat!

"Sial!"

Ia segera menciptakan bayangan dan melemparkannya ke depan. Pedang Bai Rong menebas bayangan itu, tetapi saat ia menyadari kesalahannya, Lei Tian sudah ada di sampingnya!

"Hmph!"

Lei Tian melancarkan pukulan ke arah Bai Rong, tetapi pria itu bereaksi cepat, menangkis dengan lengannya. Keduanya terlempar ke belakang.

Bai Rong menyeringai. "Kau memang cepat, tapi belum cukup cepat untuk mengalahkanku!"

Lei Tian tidak menjawab. Ia mengatur napas, lalu menciptakan dua bayangan sekaligus.

"Apa ...?!"

Bayangan pertama menyerang dari depan, sementara bayangan kedua meluncur dari belakang! Bai Rong mencoba menebas bayangan depan, tetapi yang di belakang sudah menerjang dengan tendangan!

"Ugh!"

Bai Rong terhuyung ke belakang, darah mengalir dari sudut bibirnya.

Lei Tian menyeringai. "Sekarang giliranmu untuk merasakan ketakutan."

Bai Rong menatap Lei Tian dengan tatapan tajam. Meski wajahnya berlumuran darah, senyum sombong masih menghiasi bibirnya.

"Heh… menarik. Jadi inilah kekuatan Kitab Seribu Bayangan?"

Lei Tian tidak menjawab. Ia tetap waspada, matanya mengamati setiap gerakan Bai Rong.

Master Yu, yang berdiri tidak jauh dari mereka, berbisik, "Jangan lengah. Bai Rong bukan orang biasa. Dia selalu punya cara untuk membalikkan keadaan."

Dan benar saja—tiba-tiba Bai Rong mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada anak buahnya.

"Bunuh mereka!"

Puluhan pria bersenjata langsung menyerbu. Lei Tian mengatupkan rahangnya. "Dasar pengecut!"

Lei Tian segera melompat ke belakang, menciptakan dua bayangan yang menyerang dari sisi kiri dan kanan. Pedang, tombak, dan pisau berkelebat di udara. Para pemburu hadiah tidak memberi kesempatan untuk bernapas.

Namun, Lei Tian tidak tinggal diam. Ia menggerakkan bayangannya dengan lincah, membuat ilusi dirinya berada di berbagai posisi sekaligus.

Seorang pria bertubuh besar mengayunkan kapaknya ke arah Lei Tian. Namun, yang ia tebas hanyalah bayangan!

"Apa?!—Arghh!"

Lei Tian sudah berada di belakangnya, menusukkan jari ke titik lemah di leher pria itu.

Darah muncrat. Satu lawan tumbang.

Di sisi lain, Master Yu menghadapi tiga orang sekaligus dengan tongkat kayunya. Meski terlihat tua, gerakannya tetap gesit.

Duk! Duk! Crack!

Dengan dua hantaman cepat, ia berhasil melumpuhkan satu orang. Yang lainnya mundur dengan ketakutan.

Tetapi Bai Rong tetap berdiri tegak.

"Hmph. Jadi kau memang cukup tangguh. Tapi bagaimana kalau aku meningkatkan permainan?"

Tiba-tiba, Bai Rong menghunuskan pedangnya ke tanah dan mengerahkan energi dalamnya.

"Teknik Darah Serigala!"

Seketika tubuhnya berubah. Ototnya menggembung, matanya memancarkan cahaya merah, dan auranya menjadi lebih ganas.

Lei Tian menyipitkan mata. "Teknik penguatan tubuh… Ini akan merepotkan."

Bai Rong menghilang dari pandangan.

"Cepat sekali!"

Sebelum Lei Tian bisa bereaksi, pukulan keras menghantam dadanya.

"Ugh!"

Lei Tian terlempar ke belakang, menghantam batang pohon dengan keras. Dadanya terasa sesak, darah mengalir dari sudut bibirnya.

"Hahaha! Lihat? Tanpa bayanganmu, kau tidak ada apa-apanya!" Bai Rong tertawa liar.

Tapi Lei Tian justru tersenyum.

"Siapa bilang aku tidak menggunakan bayanganku?"

Bai Rong menyadari sesuatu yang aneh. Bayangan Lei Tian tidak ada di tanah!

"Apa?!"

Tiba-tiba, dua bayangan muncul dari balik punggung Bai Rong dan menebasnya dengan pedang bayangan.

"ARGHHH!"

Darah muncrat ke udara. Bai Rong terhuyung, napasnya tersengal.

Lei Tian bangkit perlahan, mengusap darah dari bibirnya.

"Aku sudah bilang, kau harus merasakan ketakutanmu sendiri."

Bai Rong jatuh berlutut, wajahnya penuh dengan keterkejutan. Ia tidak percaya—ia yang selama ini dikenal sebagai pemburu hadiah terkuat, kini tumbang di tangan seorang pemuda.

Lei Tian mengangkat tangannya, bersiap mengakhiri pertempuran ini.

Tapi sebelum ia sempat bergerak, Bai Rong melemparkan bom asap ke tanah!

BOOM!

Asap tebal menyelimuti hutan. Saat asap mulai menghilang, Bai Rong sudah lenyap.

Lei Tian mendengus. "Dasar pengecut."

Master Yu mendekat. "Biarkan dia pergi. Kita sudah membuat cukup banyak keributan. Sekarang kita harus bergerak sebelum lebih banyak pemburu hadiah datang."

Lei Tian mengangguk. Ia mengepalkan tinjunya.

'Klan Tianlong, kalian yang berikutnya.'

Lei Tian berdiri diam, menatap jejak darah yang ditinggalkan Bai Rong sebelum menghilang ke dalam kegelapan malam.

Master Yu menepuk bahunya. "Kita harus segera pergi. Pertarungan ini pasti sudah menarik perhatian banyak pihak."

Lei Tian mengangguk, meski pikirannya masih dipenuhi oleh kemarahan. Bai Rong mungkin sudah pergi, tetapi ini hanya permulaan. Klan Tianlong sudah mulai bergerak mencarinya, dan ia harus lebih cepat dari mereka.

"Ke mana kita sekarang?" tanya Lei Tian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Bab Penutup : Kutukan Bayangan Kesebelas: Kebangkitan Heiyin

    Langit di atas Lembah Qi’an menghitam. Bukan oleh awan, melainkan oleh kabut hitam yang menggantung seperti kain berkabung raksasa. Tanah berguncang pelan, dan di tengah pusaran reruntuhan kuil kuno, sesosok makhluk perlahan naik dari dalam tanah. Ia tidak lagi sepenuhnya manusia.Itu adalah Xie Lang.Namun yang berdiri kini bukan sekadar pendekar yang terobsesi pada kekuatan. Ia telah menyatu dengan roh kuno dari Dunia Dalam: entitas kegelapan abadi bernama Heiyin, makhluk bayangan yang lahir dari keputusasaan umat manusia ribuan tahun lalu.Wajah Xie Lang memudar, tergantikan topeng kabut dan mata api. Suaranya terdengar seperti denting ribuan lonceng berdarah: "Kalian memanggilku iblis. Tapi kalianlah yang menciptakanku... dengan luka, dengan iri, dengan kehormatan palsu."Dua sekte besar telah dilumat dalam satu malam. Tanpa pedang. Tanpa pasukan. Hanya dengan suara ketakutan yang memanggil semua bayangan dari isi hati para pendekar.Di sisi lain reruntuhan, Mo Jing berdiri denga

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Bayangan Ketiga – Raga Ganda di Balik Cermin

    : Bayangan Ketiga – Raga Ganda di Balik CerminMo Jing berdiri terpaku di hadapan Cermin Darah. Permukaannya tampak seperti danau perak beku, namun di balik itu memantulkan sosok dirinya—bukan sebagaimana yang ia kenal. Sosok itu memiliki mata merah menyala, wajah lebih tirus, senyum miring yang menyeringai seperti iblis yang menunggu tumbal.> "Siapa kau?" desis Mo Jing pelan, keringat dingin mengalir di pelipisnya.Sosok dalam cermin menjawab. Suaranya serupa, tapi lebih dalam, lebih dingin, dan penuh dendam yang menggumpal.> "Aku adalah kau… yang telah menelan seluruh dendam, luka, dan kebencianmu. Aku adalah semua yang kau kubur dalam-dalam… Aku adalah Bayangan Ketiga."---Dalam ajaran tertua dari Kitab Seribu Bayangan, Bayangan Ketiga bukan sekadar teknik. Ia adalah cermin jiwa, perwujudan kegelapan yang dipendam oleh pemilik kitab. Banyak murid sebelum Mo Jing yang gagal melewatinya. Mereka bukan

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Bayangan Kedua – Cermin Darah di Lembah Qi’an

    : Bayangan Kedua – Cermin Darah di Lembah Qi’anKabut turun lebih pekat dari biasanya di Lembah Qi’an. Bagaikan jaring putih raksasa, ia menggulung seluruh lembah dalam keheningan yang dingin dan purba. Suara jangkrik memekik sesekali, terpotong oleh desir angin yang menyelinap pelan di celah-celah tebing curam, seolah berusaha menyampaikan sesuatu dari dunia yang telah lama mati.Di tengah lembah yang sunyi, berdiri seorang lelaki muda berjubah hitam. Tubuhnya tegak dan matanya tertuju lurus ke depan. Di tangan kirinya tergenggam gulungan kain tua yang tampak rapuh dimakan usia. Lelaki itu adalah Mo Jing, murid terakhir dari aliran Bayangan Sunyi, sekte rahasia yang pernah ditakuti namun kini hanya tersisa dalam bisik-bisik dan bayang-bayang.Gulungan itu bukan sekadar peninggalan tua. Ia adalah potongan dari Kitab Seribu Bayangan, manuskrip sakral yang menyimpan teknik bayangan pamungkas: Bayang-Bayang Menembus Jiwa, sebuah ajaran yang tak sekadar mengajarkan seni bela diri, tapi me

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Bayangan yang Tak Punya Wajah

    : Kabut putih menggantung di kaki Gunung Hengshan, seperti jaring-jaring halus yang menunggu mangsa. Dari kejauhan, denting logam beradu terdengar terputus-putus. Bukan suara perang terbuka, melainkan duel senyap yang berlumur dendam.Liang Wuji, pewaris terakhir Perguruan Ying Shui Jian, berdiri dengan napas berat. Pedangnya—Seribu Bayangan—masih bergetar dalam genggamannya. Sinar bulan menimpa mata bilahnya, memantulkan siluet-siluet samar seolah-olah ada seribu dirinya berdiri di sekeliling.Darah mengalir dari lengan kirinya. Tapi bukan itu yang mengusik pikirannya.> "Kau... bukan murid dari dunia persilatan biasa," ujar Wuji sembari mundur tiga langkah.Di hadapannya, berdiri seorang pria berjubah hitam, wajah tertutup topeng perak bergambar tengkorak."Bayangan ke-37," kata pria bertopeng itu, suaranya berat dan dingin seperti batu nisan tua."Bayangan ke-38," lanjutnya sambil bergerak cepat—tanpa suara, tanpa angin.Wuji menangkis dengan insting. Tapi sesuatu aneh. Setiap ser

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Lembah Bisu, malam bulan mati

    Lian Tian terbangun dengan tubuh menggigil. Keringat dingin membasahi jubah dalamnya. Sekujur tubuhnya terasa seperti direndam air sungai di musim awal kematian. Tapi bukan itu yang membuatnya nyaris tak bisa bernapas—melainkan suara langkah yang mendahului kesadarannya.Langkah perempuan. Lembut. Tapi tidak menyentuh tanah.Ia duduk perlahan di dalam gua tempat ia bersemedi sejak Bayangan ke-35 berhasil ditundukkan seminggu lalu. Dinding batu hitam tampak retak. Api obor yang ditanamnya padam sejak kemarin. Tapi ia melihat cahaya merah lembut, berkedip-kedip dari dalam perut gua.Dan dari kegelapan itu, keluar sesosok siluet perempuan."Sudah waktunya," bisiknya. Suaranya menggema dari dalam kepala Lian Tian, bukan dari udara."Siapa kau?" desisnya. Tapi dadanya terasa berat. Seperti ada tangan halus namun penuh duri yang menekan napasnya."Aku bukan siapa-siapa," kata sosok itu. "Tapi kau memanggilku dengan

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Kebangkitan Sang Ibu: Cahaya yang Dikhianati

    Wilayah Bawah Jiuzhou – Danau Darah Sembilan TingkatDanau itu mendidih tanpa suara. Darah kental berwarna hitam-merah menyembur perlahan dari retakan dimensi, membentuk pusaran besar yang mengelilingi seorang wanita bertubuh ringkih, terikat rantai yang terbuat dari doa-doa suci dan kutukan iblis.Tubuhnya menggigil.Tapi matanya… terbuka perlahan. Hitam seluruhnya, tanpa putih, seolah mata itu menyerap segala cahaya.> “Anak… ku…”Suara itu lirih, tapi cukup kuat untuk menggetarkan ruang roh.Ia adalah ibu Ruo Lin.Atau… sisa dari jiwa ibunya, yang dulu dikorbankan untuk menahan kekuatan Iblis Purba dari lepas kendali.Tapi sekarang, kekuatan dari Segel Awal yang diaktifkan oleh Ruo Lin… telah membangkitkannya. Tapi bukan sebagai manusia.Melainkan sebagai cermin dari luka Ruo Lin sendiri.---Sementara itu di Kamp Pelindung JiuzhouRuo Lin berdiri memat

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status