Home / Pendekar / Pemilik Kitab Seribu Bayangan / Bab 4 Jejak Para Pemburu

Share

Bab 4 Jejak Para Pemburu

Author: Bang JM
last update Last Updated: 2025-04-04 23:54:10

Fajar baru saja menyingsing ketika Lei Tian membuka matanya. Seluruh tubuhnya terasa pegal setelah latihan semalam, tetapi semangatnya tidak padam. Ia duduk bersila, mengatur napas, dan mulai mengalirkan energi ke seluruh tubuhnya.

Bayangannya di dinding perlahan bergerak, mengikuti perintahnya dengan lebih mulus dibanding sebelumnya.

'Aku semakin menguasainya.'

Namun, sebelum ia sempat melanjutkan latihannya, Master Yu masuk ke ruangan dengan ekspresi serius.

"Kita ada masalah."

Lei Tian berdiri. "Apa yang terjadi?"

Master Yu menatapnya tajam. "Kau sudah menjadi buronan."

Di atas meja kayu, Master Yu meletakkan selembar kertas pengumuman. Wajah Lei Tian tergambar di sana, dengan tulisan besar di bawahnya:

"Buronan! Pemilik Kitab Bayangan! Hadiah 500 tael emas bagi siapa pun yang menangkapnya hidup atau mati!"

Lei Tian menegang. "Siapa yang menyebarkan ini?"

Master Yu menghela napas. "Klan Tianlong."

Lei Tian mengepalkan tinjunya. "Mereka sudah tahu keberadaanku?"

"Mungkin belum secara pasti, tapi mereka tahu bahwa seseorang sedang berlatih ilmu bayangan. Dan mereka tidak akan membiarkan pewaris Sekte Bayangan bangkit kembali."

Lei Tian mengertakkan gigi. "Jadi sekarang aku bukan hanya buronan, tapi juga target para pemburu hadiah."

Master Yu mengangguk. "Benar. Dan itu berarti kita harus segera pergi dari sini sebelum tempat ini ditemukan."

Malam itu, mereka meninggalkan gua tempat mereka berlatih selama beberapa bulan terakhir. Dengan hati-hati, mereka menelusuri hutan yang gelap, menuju ke sebuah desa terpencil yang masih berada di luar jangkauan Klan Tianlong.

Namun, sebelum mereka bisa mencapai desa itu, Lei Tian merasakan sesuatu yang tidak beres.

Ia menoleh ke Master Yu, yang sudah lebih dulu menyadarinya.

"Mereka datang," bisik Master Yu.

Dari balik pepohonan, belasan pria bersenjata muncul, mengelilingi mereka.

Seorang pria berbadan besar dengan pedang panjang melangkah ke depan. Wajahnya penuh bekas luka, matanya tajam seperti elang.

"Lei Tian, serahkan dirimu! Kau sudah dikepung!"

Lei Tian melangkah maju, matanya penuh amarah. "Dan siapa kau?"

Pria itu menyeringai. "Aku adalah Bai Rong, pemburu hadiah terbaik di selatan. Hadiah kepalamu cukup untuk membuatku hidup mewah seumur hidup."

Master Yu berbisik, "Jangan meremehkan dia. Bai Rong pernah membunuh tiga pendekar kelas satu sendirian."

Lei Tian tersenyum tipis. "Bagus. Aku butuh latihan."

Bai Rong tertawa. "Sombong sekali! Kalau begitu, ayo kita lihat seberapa kuat pewaris Sekte Bayangan ini!"

Bai Rong menyerang lebih dulu, mengayunkan pedangnya dengan kecepatan luar biasa. Lei Tian melompat ke belakang, tetapi serangan itu terlalu cepat!

"Sial!"

Ia segera menciptakan bayangan dan melemparkannya ke depan. Pedang Bai Rong menebas bayangan itu, tetapi saat ia menyadari kesalahannya, Lei Tian sudah ada di sampingnya!

"Hmph!"

Lei Tian melancarkan pukulan ke arah Bai Rong, tetapi pria itu bereaksi cepat, menangkis dengan lengannya. Keduanya terlempar ke belakang.

Bai Rong menyeringai. "Kau memang cepat, tapi belum cukup cepat untuk mengalahkanku!"

Lei Tian tidak menjawab. Ia mengatur napas, lalu menciptakan dua bayangan sekaligus.

"Apa ...?!"

Bayangan pertama menyerang dari depan, sementara bayangan kedua meluncur dari belakang! Bai Rong mencoba menebas bayangan depan, tetapi yang di belakang sudah menerjang dengan tendangan!

"Ugh!"

Bai Rong terhuyung ke belakang, darah mengalir dari sudut bibirnya.

Lei Tian menyeringai. "Sekarang giliranmu untuk merasakan ketakutan."

Bai Rong menatap Lei Tian dengan tatapan tajam. Meski wajahnya berlumuran darah, senyum sombong masih menghiasi bibirnya.

"Heh… menarik. Jadi inilah kekuatan Kitab Seribu Bayangan?"

Lei Tian tidak menjawab. Ia tetap waspada, matanya mengamati setiap gerakan Bai Rong.

Master Yu, yang berdiri tidak jauh dari mereka, berbisik, "Jangan lengah. Bai Rong bukan orang biasa. Dia selalu punya cara untuk membalikkan keadaan."

Dan benar saja—tiba-tiba Bai Rong mengangkat tangannya, memberi isyarat kepada anak buahnya.

"Bunuh mereka!"

Puluhan pria bersenjata langsung menyerbu. Lei Tian mengatupkan rahangnya. "Dasar pengecut!"

Lei Tian segera melompat ke belakang, menciptakan dua bayangan yang menyerang dari sisi kiri dan kanan. Pedang, tombak, dan pisau berkelebat di udara. Para pemburu hadiah tidak memberi kesempatan untuk bernapas.

Namun, Lei Tian tidak tinggal diam. Ia menggerakkan bayangannya dengan lincah, membuat ilusi dirinya berada di berbagai posisi sekaligus.

Seorang pria bertubuh besar mengayunkan kapaknya ke arah Lei Tian. Namun, yang ia tebas hanyalah bayangan!

"Apa?!—Arghh!"

Lei Tian sudah berada di belakangnya, menusukkan jari ke titik lemah di leher pria itu.

Darah muncrat. Satu lawan tumbang.

Di sisi lain, Master Yu menghadapi tiga orang sekaligus dengan tongkat kayunya. Meski terlihat tua, gerakannya tetap gesit.

Duk! Duk! Crack!

Dengan dua hantaman cepat, ia berhasil melumpuhkan satu orang. Yang lainnya mundur dengan ketakutan.

Tetapi Bai Rong tetap berdiri tegak.

"Hmph. Jadi kau memang cukup tangguh. Tapi bagaimana kalau aku meningkatkan permainan?"

Tiba-tiba, Bai Rong menghunuskan pedangnya ke tanah dan mengerahkan energi dalamnya.

"Teknik Darah Serigala!"

Seketika tubuhnya berubah. Ototnya menggembung, matanya memancarkan cahaya merah, dan auranya menjadi lebih ganas.

Lei Tian menyipitkan mata. "Teknik penguatan tubuh… Ini akan merepotkan."

Bai Rong menghilang dari pandangan.

"Cepat sekali!"

Sebelum Lei Tian bisa bereaksi, pukulan keras menghantam dadanya.

"Ugh!"

Lei Tian terlempar ke belakang, menghantam batang pohon dengan keras. Dadanya terasa sesak, darah mengalir dari sudut bibirnya.

"Hahaha! Lihat? Tanpa bayanganmu, kau tidak ada apa-apanya!" Bai Rong tertawa liar.

Tapi Lei Tian justru tersenyum.

"Siapa bilang aku tidak menggunakan bayanganku?"

Bai Rong menyadari sesuatu yang aneh. Bayangan Lei Tian tidak ada di tanah!

"Apa?!"

Tiba-tiba, dua bayangan muncul dari balik punggung Bai Rong dan menebasnya dengan pedang bayangan.

"ARGHHH!"

Darah muncrat ke udara. Bai Rong terhuyung, napasnya tersengal.

Lei Tian bangkit perlahan, mengusap darah dari bibirnya.

"Aku sudah bilang, kau harus merasakan ketakutanmu sendiri."

Bai Rong jatuh berlutut, wajahnya penuh dengan keterkejutan. Ia tidak percaya—ia yang selama ini dikenal sebagai pemburu hadiah terkuat, kini tumbang di tangan seorang pemuda.

Lei Tian mengangkat tangannya, bersiap mengakhiri pertempuran ini.

Tapi sebelum ia sempat bergerak, Bai Rong melemparkan bom asap ke tanah!

BOOM!

Asap tebal menyelimuti hutan. Saat asap mulai menghilang, Bai Rong sudah lenyap.

Lei Tian mendengus. "Dasar pengecut."

Master Yu mendekat. "Biarkan dia pergi. Kita sudah membuat cukup banyak keributan. Sekarang kita harus bergerak sebelum lebih banyak pemburu hadiah datang."

Lei Tian mengangguk. Ia mengepalkan tinjunya.

'Klan Tianlong, kalian yang berikutnya.'

Lei Tian berdiri diam, menatap jejak darah yang ditinggalkan Bai Rong sebelum menghilang ke dalam kegelapan malam.

Master Yu menepuk bahunya. "Kita harus segera pergi. Pertarungan ini pasti sudah menarik perhatian banyak pihak."

Lei Tian mengangguk, meski pikirannya masih dipenuhi oleh kemarahan. Bai Rong mungkin sudah pergi, tetapi ini hanya permulaan. Klan Tianlong sudah mulai bergerak mencarinya, dan ia harus lebih cepat dari mereka.

"Ke mana kita sekarang?" tanya Lei Tian.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Related chapters

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Bab 5 : Langkah Menuju Pembalasan

    Master Yu menatap jauh ke arah timur. "Ada satu tempat di mana kau bisa belajar lebih banyak tentang Kitab Seribu Bayangan dan juga sejarah keluargamu.""Di mana?""Lembah Hitam."Lei Tian menyipitkan mata. Ia pernah mendengar nama itu—sebuah tempat yang dihuni oleh para pendekar buangan dan pembunuh bayaran. Jika ia ingin menjadi lebih kuat, mungkin di sanalah jawabannya.Mereka tidak membuang waktu. Tanpa banyak bicara, Lei Tian dan Master Yu segera bergerak menuju Lembah Hitam.Namun, saat mereka tiba di sebuah desa kecil untuk beristirahat, firasat buruk mulai menggelayuti Lei Tian."Ada yang mengawasi kita," bisiknya kepada Master Yu.Master Yu tampak tenang, tetapi tatapan matanya menajam. "Siap-siap."Tak lama, empat pria berpakaian serba hitam muncul dari bayangan. Wajah mereka tertutup topeng, dan masing-masing membawa senjata berbeda—pedang, tombak, belati, dan rantai berduri."Lei Tian, ikutlah dengan kami tanpa perlawanan," salah satu dari mereka berkata dengan suara dingi

    Last Updated : 2025-04-04
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   Gerbang Lembah Hitam

    Langit memerah, matahari tenggelam di balik pegunungan berbatu saat Lei Tian dan Master Yu berdiri di tepi jurang yang menganga. Di bawahnya, Lembah Hitam membentang seperti lubang neraka, kabut kelam menyelimuti dasar yang tak terlihat. Udara di sekitar mereka terasa lebih dingin, seolah lembah itu sendiri memiliki nyawa dan sedang mengawasi mereka.Lei Tian menggenggam gagang pedangnya erat-erat."Jadi ini Lembah Hitam?"Master Yu mengangguk, tatapannya penuh kewaspadaan. "Tempat ini bukan hanya sekadar tempat pelarian para buronan. Ini adalah sarang dari mereka yang tak diinginkan dunia persilatan, orang-orang yang memilih hidup dalam bayangan."Lei Tian menatap jembatan tua yang terbentang di hadapannya. Kayunya lapuk, tali-temalinya berderit diterpa angin. Namun, yang lebih mencurigakan adalah suasana mencekam yang mengelilinginya—seakan sesuatu sedang menunggu di dalam kabut."Bagaimana kita masuk?" tanyanya.Master Yu menunjuk jembatan itu. "Hanya ada satu jalan. Tapi aku yakin

    Last Updated : 2025-05-01
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 7

    Bab 7 Ujian KegelapanMalam turun dengan pekat di Lembah Hitam. Angin dingin berembus membawa aroma tanah lembab dan kabut tebal yang menggantung rendah di antara pepohonan tua. Di tengah aula utama, Lei Tian berdiri dengan tatapan tajam, menunggu instruksi dari Tetua berjubah ungu."Ujian pertamamu adalah menghadapi ketakutan dan kelemahanmu sendiri," ujar Tetua itu. "Kau harus memasuki Ruang Kegelapan, tempat di mana bayanganmu akan menguji tekad dan kekuatanmu."Master Yu, yang berdiri di dekatnya, mengerutkan dahi. "Ujian ini tidak main-main. Jika kau gagal, bukan hanya tubuhmu yang terluka, tetapi juga jiwamu."Lei Tian mengepalkan tinjunya. "Aku siap."Tetua berjubah ungu mengayunkan tangannya, membuka sebuah pintu batu besar di ujung aula. Dari dalamnya, kegelapan pekat merayap keluar, seolah memiliki nyawa sendiri. Aura mencekam seketika memenuhi ruangan."Masuklah," kata Tetua itu. "Dan jangan biarkan dirimu ditelan kegelapan."Lei Tian melangkah maju. Begitu kakinya melewati

    Last Updated : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 8

    Bab 8 Pemburu dan Bayangan-----Dua pria berpakaian hitam dari Sekte Langit Suci berjalan perlahan di jalur berbatu, mata mereka tajam menyisir kegelapan."Tempat ini terlalu sunyi," bisik salah satu dari mereka."Itu berarti kita semakin dekat," jawab rekannya.Di balik bayangan pepohonan, Lei Tian mengamati mereka dengan napas tertahan. Tubuhnya telah menyatu dengan kegelapan, nyaris tidak terlihat. Ini adalah ujian nyata dari teknik penyembunyian yang baru saja ia pelajari.Master Yu, yang bersembunyi di sisi lain, memberi isyarat kecil dengan jarinya. "Jangan gegabah. Amati mereka dulu."Lei Tian mengangguk dalam hati. Matanya tidak lepas dari gerakan dua pria itu."Kita berpencar," kata salah satu pria. "Kau cari di sisi kiri, aku ke kanan."Pria yang lebih besar berbalik dan melangkah ke arah tempat Lei Tian bersembunyi."Sial," batin Lei Tian.Jika pria itu mendekat sedikit lagi, ia bisa menemukan jejak keberadaannya. Lei Tian harus bertindak cepat.---Serangan dalam Kegelapa

    Last Updated : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 9

    Bab 9 Langkah di Dalam BayanganLei Tian turun ke hutan dengan langkah ringan. Kabut membantu menyamarkan pergerakannya, tapi ia tetap waspada.Di depan, dua pria berpakaian hitam tengah berbisik. Salah satu dari mereka memegang gulungan kertas, mungkin berisi informasi yang akan dikirimkan kembali ke sekte mereka.Lei Tian mendekat lebih jauh, lalu bersembunyi di balik batang pohon."Tuan Muda Guo sudah memerintahkan kita untuk memastikan keberadaan mereka," kata salah satu pria itu. "Jika benar mereka berada di sini, kita harus segera mengirimkan sinyal."Lei Tian mengerutkan kening. 'Tuan Muda Guo?'Nama itu tak asing baginya. Guo Han, putra tertua dari pemimpin Sekte Langit Suci. Salah satu pendekar muda paling berbahaya di dunia persilatan."Aku mendengar bahwa pemuda bernama Lei Tian itu memiliki Kitab Seribu Bayangan," kata pria kedua, suaranya begitu jelas. "Jika benar, kita harus menangkapnya hidup-hidup. Tuan Muda Guo ingin menghadapinya sendiri."Lei Tian mengepalkan tinjun

    Last Updated : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 10

    : Bab 10 Kedatangan Guo HanFajar menyingsing di Lembah Hitam. Udara pagi yang dingin menyelimuti sekte, namun suasana terasa panas oleh ketegangan. Para murid telah bersiaga di posisi mereka, pedang terhunus, mata penuh kewaspadaan.Di puncak bukit, Lei Tian berdiri dengan Mei Zhu di sampingnya. Dari kejauhan, bayangan pasukan Sekte Langit Suci mulai terlihat. Barisan mereka teratur, dengan Guo Han berjalan di depan, jubah putihnya berkibar tertiup angin.Lei Tian menggenggam gagang pedangnya erat. "Mereka sudah tiba."Mei Zhu menatap tajam ke bawah. "Jumlah mereka lebih banyak dari yang kita duga. Guo Han membawa hampir seratus orang."Lei Tian mengangguk. "Tidak masalah. Kita tetap jalankan rencana."Tetua berjubah ungu muncul dari belakang mereka. "Sudah waktunya."Lei Tian menarik napas dalam, lalu melompat turun.---Di Gerbang LembahGuo Han berhenti beberapa langkah dari pintu masuk Lembah Hitam. Ia menatap ke depan dengan tenang, matanya tajam seperti elang.Seorang pria berb

    Last Updated : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 11

    Bab 11Seribu Bayangan, Satu Tujuan-------Tiba-tiba, satu bayangan Lei Tian melesat dari belakang, menyerang dengan kecepatan luar biasa!Guo Han memutar tubuh dan menangkis serangan itu, tetapi di saat bersamaan—"Sekarang!"Lei Tian asli melompat dari bayangan di bawah kaki Guo Han, pedangnya berkilat tajam ke arah leher lawannya!"Sialan!"Guo Han buru-buru menarik tubuhnya ke belakang, tetapi ujung pedang Lei Tian tetap berhasil meninggalkan luka tipis di lehernya.Setetes darah jatuh ke tanah.Suasana hening sejenak.Guo Han meraba luka di lehernya, wajahnya dipenuhi keterkejutan dan kemarahan.Lei Tian mengarahkan pedangnya ke depan. "Menyerahlah, Guo Han. Kau tidak akan bisa mengalahkan teknik ini."Namun, Guo Han malah tertawa kecil. "Ha-ha-ha !Jadi ini kekuatan kitab itu? Aku mengerti sekarang."Tiba-tiba, ekspresinya berubah menjadi lebih serius."Tapi kalau kau berpikir ini sudah berakhir, kau salah besar."Mata Guo Han berkilat dingin. Ia menggenggam pedangnya dengan erat

    Last Updated : 2025-05-02
  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 12

    : Bab 12Bayangan di Balik Kegelapan------Lei Tian tersenyum sinis. "Lucu sekali. Kalian muncul entah dari mana dan berpikir aku akan begitu saja memberikan sesuatu yang telah kupelajari dengan darah dan keringat?"Pemimpin itu menghela napas. "Kami sudah mengamati pertarunganmu sejak awal. Kau berbakat, tetapi kau masih terlalu muda untuk menghadapi Sekte Langit Hitam."Lei Tian tertawa kecil. "Cobalah kalau kalian bisa."Srekk!Dalam sekejap, bayangan-bayangan Lei Tian bermunculan di sekelilingnya.Namun, lawannya tidak menunjukkan kepanikan. Sebaliknya, mereka berdiri dengan tenang."Teknik bayangan? Menarik, tetapi tidak cukup melawan kami."Pemimpin itu mengangkat dua jarinya, dan tiba-tiba—"Bayangan Gelap: Jaring Kematian!"Dari dalam kegelapan, bayangan hitam pekat menjalar seperti jaring laba-laba, menyelimuti area di sekitar mereka!Lei Tian langsung merasa ada sesuatu yang aneh—bayangannya sendiri mulai menghilang!"Apa?!"Salah satu dari tiga anggota Sekte Langit Hitam me

    Last Updated : 2025-05-02

Latest chapter

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 54:

    Suasana membeku. Lei Tian memejamkan mata, menundukkan kepala.“Aku tak minta dimaafkan. Tapi aku ingin kau tahu… aku pun tak pernah tidur nyenyak sejak hari itu.”Jin Wu menarik napas panjang, lalu menenggak arak dari cangkirnya. Ia menghela napas keras, lalu berkata lirih:“Tiga tahun lamanya aku ingin membunuhmu.”Mendengar itu Lei Tian tak terkejut. Ia hanya menatap lurus ke depan, tenang. “Kenapa tidak sekarang saja? Hentikan semua ini sebelum aku berubah menjadi sesuatu yang lebih buruk dari Chaos.”Jin Wu beralih memandangnya. Untuk pertama kalinya, wajahnya menampakkan luka yang tak terlihat—rasa kecewa, kehilangan, dan keraguan.“Karena… meski aku membencimu, aku juga tahu… kau satu-satunya yang bisa menyelamatkan dunia ini,” katanya sambil menatap jauh.Lei Tian perlahan berdiri. Debu tanah menempel di lutut jubahnya. Angin berembus pelan, mengibarkan helai

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 53:

    Lei Tian mengangguk pelan. “Mereka tidak tahu… kegelapan belum benar-benar pergi.”Yara menyusul dari belakang, rambutnya dikepang dua, wajahnya lebih tenang dari biasanya. Ia membawa sekantong kue kacang dan menyerahkannya ke Lei Tian.“Untuk kenangan. Ini dari bibi tua penjual di ujung jalan. Dia bilang kamu dulu sering ngutang.” Lei Tian terkekeh kecil, menerima kantong itu. “Aku ingat… waktu itu aku kabur dari kejaran penjaga karena tak bayar.”Semuanya tertawa. “Kamu tidak pernah berubah,” sindir Yara, tersenyum tipis.Lei Tian membuang wajah, “Tapi aku takkan pernah punya waktu untuk berubah lebih jauh lagi, bukan?”Yara terdiam. Suasana beku sesaat. Matanya sedikit redup. Ia menggigit bibirnya sebelum berkata: “Jadi kau benar-benar akan pergi… ke dimensi bayangan?”Lei Tian menatap langit. “Jika aku tetap di sini, aku akan menjadi ancaman seperti Chaos

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 52:

    Udara terasa sunyi, namun bukan hening yang damai—melainkan kosong, seolah dunia masih belum percaya bahwa Raja Chaos benar-benar musnah. Awan yang sebelumnya selalu kelabu kini membuka celah, dan sinar matahari perlahan menembus permukaan bumi yang hancur dan menghitam.Lei Tian masih berlutut, bahunya naik-turun. Napasnya berat. Tubuhnya bergetar, bukan karena ketakutan, tapi karena beban kekuatan yang belum sepenuhnya ia pahami.Jin Wu mendekat, berlutut di sampingnya, menepuk pelan punggungnya. “Hei… masih hidup, pahlawan?”Lei Tian mengangkat kepalanya. Wajahnya penuh keringat dan debu, tapi matanya—emas dan hitam—masih bersinar. “Rasanya… seperti ada seluruh galaksi yang mendesak di balik mataku.” “Kau tampak seperti seseorang yang baru saja mencicipi neraka dan kembali dengan sepotong surga,” sahut Yara, berdiri sambil membersihkan ujung jubahnya yang robek.Yara kemudian berj

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 51:

    “Aku hanya ingin... dikenang.”Lei Tian menyentuh kepala anak itu. Cahaya menyebar dari telapak tangannya.“Kalau begitu, biarkan aku... mengakhirinya dengan tenang.”Dan dalam sekejap, dunia dalam kesadaran itu hancur—bukan karena kebencian, tapi karena penerimaan.-Kabut itu menjerit.Begitu kesadaran Lei Tian masuk lebih dalam dan menyentuh inti Raja Chaos, dunia bayangan mulai retak seperti cermin dihantam palu. Retakan itu menyebar cepat, memecah lapisan demi lapisan dimensi yang melilit makhluk purba itu selama ribuan tahun.Tubuh raksasa Raja Chaos menggeliat liar di dunia luar. Dari setiap pori tubuhnya, semburan bayangan keluar bagaikan darah kotor. Jin Wu dan Yara terus bertahan, tapi napas mereka kini berat, gerakan mereka tersendat. Luka mulai menghiasi tubuh keduanya.“Dia... dia sekarat!” teriak Yara, sembari mengayunkan tongkatnya yang berpendar makin redup.

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 50: Raja Chaos dari Dalam Gerbang

    Langkah kaki Lei Tian terhenti saat tanah di bawahnya menggeliat seperti makhluk hidup. Setiap jejak yang ia tinggalkan mengeluarkan suara lengket dan basah. Dunia di dalam Gerbang Ketiga ini bukan hanya gelap—ia hidup, dan ia menolak kehadiran cahaya.Yara menggenggam tongkatnya erat. Ujungnya menyala redup, mengusir sebagian kabut kelabu yang menggantung. Jin Wu berada di belakang mereka, sorot matanya tajam, tapi ada kegamangan yang tak biasa di wajahnya.“Ini… bukan dunia,” bisik Yara. “Ini... kesadaran.”Lei Tian mengangguk perlahan. “Kesadaran Raja Chaos. Inilah bentuk pikirannya… sebelum ia terperangkap ribuan tahun lalu.”Langit di atas mereka terus berdenyut seperti dinding jantung, dan dari segala arah terdengar bisikan tak berujung.“Kembali… kembali… darahmu adalah milik kami…”Tiba-tiba, tanah di depan mereka membelah, dan dari celah itu muncul sosok yang begitu tinggi hingga menyentuh l

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 49:Gerbang Ketiga dan Kelahiran Kegelapan Baru

    Hening.Setelah ledakan cahaya yang menyelimuti puncak altar, dunia seolah menahan napas. Debu masih berjatuhan perlahan. Angin berhenti berhembus. Burung-burung bayangan yang biasa berputar di atas langit Bayangan Timur menghilang—lenyap ke celah realitas.Lei Tian berdiri pelan dari reruntuhan. Napasnya berat. Luka-luka di tubuhnya menghitam dan pulih sendiri—bukti bahwa kekuatan Raja Bayangan masih mengalir dalam nadinya.“Kau menang, untuk saat ini,” bisik suara bayangan dalam benaknya. Bukan dari Raja Bayangan, tapi dari warisan kekuatan yang kini menyatu dengannya.Lei Tian menatap tangannya. Urat-uratnya tampak seperti aliran tinta hitam di atas kulit. Sesekali berkilat samar keemasan. Cahaya dan kegelapan itu belum sepenuhnya berdamai. Tapi untuk saat ini, dia bisa mengendalikannya.Tiba-tiba…DUM!Suara guntur meledak dari langit. Tapi bukan suara biasa—melainkan gema dari dimensi lain. Langit di atas altar mulai menghitam, lalu robek perlahan seperti kain tua. Retakan bercah

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 48:Warisan Bayangan dan Pertarungan Jiwa

    : Langkah kaki Lei Tian terdengar berat di tengah kehancuran altar. Debu dan sisa-sisa segel beterbangan ditiup angin malam yang tajam. Matanya tak lepas dari sosok Raja Bayangan yang berdiri gagah di tengah pusaran energi hitam yang terus tumbuh dan meliuk-liuk seperti ular lapar.Raja Bayangan membuka kedua lengannya, seolah menyambut sesuatu. “Akhirnya, darahku dan darah mereka yang mengkhianatiku... bertemu dalam satu tubuh.”Lei Tian menggertakkan giginya. Nafasnya memburu, dan tangan kirinya sedikit bergetar. Bukan karena takut, tapi karena hawa jahat yang menyerang pikirannya, mencoba menyusup masuk ke dalam batinnya.“Aku bukan penerusmu!” seru Lei Tian lantang.Raja Bayangan tertawa. Suaranya berat dan bergema, membuat tanah bergetar pelan. “Oh, kau salah, anak muda. Kau adalah jelmaan sempurna antara terang dan gelap. Dilema abadi yang kubutuhkan untuk membuka Gerbang Ketiga.”Lei Tian melangkah maju dengan mata menyala. “Gerbang Ketiga itu akan menghancurkan dunia nyata.

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 47:Kilas Balik — Asal Usul Raja Bayangan

    Gelap.Namun bukan gelap biasa. Ini adalah gelap yang terasa hidup. Gelap yang bernapas.Lei Tian mendadak kehilangan kesadaran atas tubuhnya. Saat dia membuka matanya, dunia di sekeliling telah berubah. Langitnya berwarna merah darah, tanahnya menghitam seperti arang, dan udara terasa berat seperti ditarik ke dalam pusaran waktu.“Apa ini…?” gumamnya, berdiri dengan langkah limbung.Sebuah suara menggema dari langit—serak, tua, dan berlapis gema aneh.“Kau dipanggil… oleh ingatan yang terikat darah. Karena kau adalah garis terakhir dari mereka yang memenjarakan Raja Bayangan.”Kata-kata itu terulang-ulang dan suaranya menggema.Dunia sekitar bergerak. Tanah bergetar dan terbuka, menampilkan sepotong kenangan: sebuah medan perang purba. Ribuan pasukan berjubah gelap berdiri melawan cahaya—pasukan bayangan melawan serdadu kerajaan langit. Suara pedang, teriakan, dan sihir memecah langit.Lei Tian terdiam, tubuhnya gemetar. “Ini… perang dimensi kuno…”Seseorang berdiri di tengah medan t

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 46: Dia yang Disegel

    Kilatan cahaya keemasan di ujung pedang Lei Tian perlahan meredup, tergantikan oleh aura gelap yang mulai merambat dari altar batu yang retak. Tanah bergetar, diselingi semburan energi hitam yang naik dari celah-celah bebatuan. Udara menjadi berat, seperti ada beban ribuan tahun yang membebani paru-paru.Lei Tian menarik napas dalam, pundaknya terangkat lalu turun perlahan. Tangannya masih menggenggam pedang dengan erat, tapi jari-jarinya tampak menegang, seolah tubuhnya bersiap menghadapi sesuatu yang jauh lebih mengerikan.“Xiao Mei… mundurlah. Ada sesuatu yang tidak beres.” Suaranya serak, tapi tegas.Dari kejauhan, Xiao Mei berdiri dengan napas terengah, rambutnya berantakan dan sebagian tubuhnya penuh goresan luka. “Tian! Aku bisa rasakan… energi di bawah altar itu bukan berasal dari dunia ini!”Cahaya di altar semakin terang—tapi bukan cahaya biasa. Itu cahaya gelap, menghisap segala terang di sekitarnya. Simbol-simbol purba di permukaan batu menyala merah darah, berputar perlah

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status