Home / Pendekar / Pemilik Kitab Seribu Bayangan / bab 45:Cahaya di Antara Duka

Share

bab 45:Cahaya di Antara Duka

Author: Bang JM
last update Last Updated: 2025-05-05 20:51:36

Kabut menyibak liar saat aura Lei Tian meledak dari tubuhnya. Tanah bergetar, dan nyala biru keemasan dari pedangnya memantulkan bayangan aneh di wajah-wajah Pembawa Duka.

“Kau pikir bisa melawan semuanya sekaligus?” tanya sosok wanita berambut panjang, matanya melotot liar sambil melangkah pelan ke depan. Rambutnya menjuntai menyapu tanah, bergerak seperti hidup.

Lei Tian menarik napas dalam, lalu menatap lurus ke arah wanita itu. “Kalian terlalu terbiasa melawan orang yang menyerah di awal. Sayangnya… aku tidak datang sejauh ini hanya untuk menyerah.”

Suara pedangnya berdesing pelan saat ia mengayunkannya ke samping. “Siapa duluan?”

Tiba-tiba, suara rantai mengerang. Sosok besar dengan rantai tulang menerjang. “AKU!”

Blarrr!

Rantai menghantam tanah tempat Lei Tian berdiri. Namun, tubuh Lei Tian sudah tidak di situ. Dalam satu kilatan, ia telah melompat ke udara, berputar, lalu—

“HAAH!” teriaknya sambil menebas ke bawah.

Pedangnya membelah rantai, menciptakan ledakan cahaya. Sosok be
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 61:

    Malam semakin pekat saat Yara dan Jin Wu melangkah lebih dalam ke hutan. Suasana di sekitar mereka seolah berubah, seakan alam ini menginginkan mereka untuk berhenti. Dedaunan bergemerisik, dan meskipun angin sepoi-sepoi, ada sesuatu yang terasa berat, seperti bayang-bayang yang bergerak perlahan di antara pepohonan."Aku bisa merasakannya... sesuatu yang gelap," bisik Yara, suaranya tegang, matanya terus mengawasi sekitar.Jin Wu menatapnya, ekspresinya penuh waspada. "Itu bukan hanya perasaanmu. Sejak kita masuk hutan ini, aku juga merasakannya. Semakin dalam kita melangkah, semakin kuat aku merasakan ada yang mengawasi kita."Tiba-tiba, sebuah cahaya samar muncul di depan mereka, menembus kegelapan. Tidak terang, namun cukup untuk menerangi jalan yang terbentang di depan. Di sana, di antara pepohonan besar, terlihat sebuah kuil kuno. Bangunannya tampak seperti terbuat dari batu yang sudah dimakan usia, penuh dengan lumut dan tanaman merambat y

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 60:

    Yara memandang pria itu dengan serius, menilai setiap kata yang keluar dari bibirnya. "Temui orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang kekuatan purba... tempat-tempat terlupakan... Kekuatan seperti apa yang Anda maksud?" tanyanya, penuh keingintahuan yang mendalam.Pria itu menarik napas panjang, seakan hendak menyampaikan sesuatu yang sangat penting. "Ada banyak dunia dalam dunia ini yang tak kalian ketahui. Dunia-dunia yang tersembunyi dalam bayang-bayang sejarah, terkubur oleh waktu. Kekuatan yang kalian hadapi bukan sekadar gelapnya malam, namun sesuatu yang lebih kuno, lebih dalam. Dan untuk melawannya, kalian perlu menemukan kunci yang dapat membuka jalan menuju pengetahuan itu."Jin Wu yang sejak tadi mendengarkan dengan seksama, berdehem kecil. "Kunci... Apakah itu berarti sebuah objek? Atau sesuatu yang lebih abstrak?""Lebih dari itu," jawab pria tua itu dengan suara berat, namun penuh kebijaksanaan. "Kunci yang dimaksud bukanlah sesuatu

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 59:

    Yara tidak langsung menjawab. Ia menatap ke bawah, memikirkan setiap kata yang baru saja ia ucapkan. Tubuhnya masih lelah, tetapi pikirannya terus berputar. Jika ada satu hal yang ia pelajari dari pertempuran ini, itu adalah bahwa kegelapan tidak pernah benar-benar menghilang. Selalu ada celah yang bisa dimanfaatkan oleh kekuatan itu untuk kembali bangkit. “Mungkin tidak ada jawaban yang pasti, Jin Wu,” kata Yara akhirnya. “Tapi kita harus bersiap. Untuk diri kita, untuk dunia ini.”Jin Wu mengangguk pelan, kemudian menoleh ke Yara. “Kita berdua akan berjalan bersama-sama, kan?”Yara tersenyum tipis, wajahnya masih terlihat lelah, namun ada ketenangan yang kini mengisi matanya. “Tentu. Kita sudah melewati banyak hal bersama. Dan perjalanan kita masih panjang.”Suasana menjadi hening lagi, hanya angin yang terdengar. Namun, dalam keheningan itu, ada semangat yang menyala dalam diri keduanya. Kegelapan mungkin tidak pernah benar-bena

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 58:

    Namun, Yara tidak goyah. Ia merasakan bahwa inilah saat yang menentukan, saat di mana segala perjuangan, segala pengorbanan yang telah ia lakukan, akan diuji. Menguatkan niatnya, ia menatap ke depan dengan mata yang penuh tekad.Yara memusatkan energi dalam dirinya, tubuhnya mulai memancarkan aura yang lebih besar, lebih kuat, menyinari kegelapan yang mengelilinginya. Cahaya itu semakin intens, menyorot dengan kekuatan yang belum pernah ia rasakan sebelumnya.Tiba-tiba, dengan kecepatan luar biasa, bayangan itu meluncur ke arah Yara. Namun, Yara sudah siap. Ia mengangkat kedua tangannya, memusatkan energi dengan kuat, dan mengarahkan cahaya yang begitu terang menuju bayangan yang mengarah padanya. Dalam sekejap, cahaya itu bertabrakan dengan bayangan tersebut, menghasilkan ledakan energi yang mengguncang seluruh gunung.Jin Wu memejamkan mata, merasakan getaran yang begitu hebat, hampir membuat tubuhnya terhempas. Ketika ia membuka mata, yang terlihat

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 57:

    “Aku adalah bagian dari bayangan yang tidak bisa kau hancurkan. Kau sudah menutup satu jalan, tapi yang lainnya sudah terbuka. Dan kini, kau akan merasakannya.”Jin Wu mengangkat tombaknya, siap untuk menyerang, tetapi tubuhnya terasa terikat oleh kekuatan tak terlihat yang mengalir dari sosok itu. Ia berusaha bergerak, namun seolah terhimpit oleh kekuatan yang jauh lebih besar.“Jin Wu… jaga dirimu,” kata Yara dengan tegas, meskipun suaranya terdengar lemah. “Kita harus menghadapinya bersama.”Sosok itu melangkah maju, tubuhnya melayang di atas tanah seperti bayangan yang hidup. Saat ia bergerak, langit semakin gelap, dan angin berputar lebih kencang, menciptakan tornado mini di sekitar altar. “Kau masih belum mengerti, Yara,” suara itu semakin jelas dan menembus pikiran mereka. “Kau bukan hanya berhadapan dengan bayangan yang kau kenal. Kau sedang berhadapan dengan takdir yang lebih besar. Dan takdirmu… adalah menjadi

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 56:

    Bayangan itu meraung, melangkah maju, dan tiap pijakan membuat tanah pecah. Jin Wu segera berdiri di antara altar dan makhluk itu, mengangkat tombaknya. “Kalau kau adalah sisi gelap Tian… maka aku yang harus menghentikanmu. Demi dia. Demi kami.”Bayangan mengangkat tangan besar dan mencengkeram udara. Dari kehampaan, sebuah pedang gelap muncul, berkilat seperti obsidian cair.Jin Wu menelan ludah, lalu melompat—dua bayangan bertabrakan. Tombak dan pedang beradu, menimbulkan gelombang kejut yang mengguncang seluruh puncak gunung. Batu-batu runtuh dari tebing, namun Yara tetap fokus, menggumamkan tiap bait mantra dengan mata tertutup. “Jiwa yang tercerai... terang yang tersimpan dalam gelap... kembalilah…”Darah mengucur dari lengan Jin Wu. Pedang bayangan itu membelah udara seperti kilat, melukai tubuhnya tanpa ampun. Tapi ia terus menyerang, dengan seluruh kekuatan dan tekad yang Lei Tian wariskan padanya.

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 55:

    Lei Tian mencengkeram gagang pedangnya. Matanya berkilat. “Bayangan sudah mulai bergerak.”Dari balik celah bebatuan, sesosok tubuh samar muncul—tingginya hampir dua meter, wajahnya tanpa mata, hanya lubang hitam dengan suara dengung mengerikan keluar dari mulutnya. Makhluk itu melayang di atas tanah, tangan-tangannya seperti ranting kering menggapai. “Bayangan luka,” gumam Jin Wu. “Ini yang terbentuk dari jiwa-jiwa yang menolak diampuni.”Lei Tian maju tanpa ragu. “Biarkan aku yang hadapi. Kalian terus naik.” “Jangan bodoh,” seru Yara. “Kita bertiga!”Lei Tian menoleh, tatapannya tajam namun ada ketulusan di sana. “Yara. Aku butuh kau menjaga Jin Wu. Di atas sana… hanya satu dari kita yang boleh membaca mantra.” “Apa maksudmu?!” Jin Wu memutar tubuhnya. “Kau bilang kita bertiga—” “Aku bohong.”Hening. Hanya desau angin dan suara napas tercekat Yara

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 54:

    Suasana membeku. Lei Tian memejamkan mata, menundukkan kepala.“Aku tak minta dimaafkan. Tapi aku ingin kau tahu… aku pun tak pernah tidur nyenyak sejak hari itu.”Jin Wu menarik napas panjang, lalu menenggak arak dari cangkirnya. Ia menghela napas keras, lalu berkata lirih:“Tiga tahun lamanya aku ingin membunuhmu.”Mendengar itu Lei Tian tak terkejut. Ia hanya menatap lurus ke depan, tenang. “Kenapa tidak sekarang saja? Hentikan semua ini sebelum aku berubah menjadi sesuatu yang lebih buruk dari Chaos.”Jin Wu beralih memandangnya. Untuk pertama kalinya, wajahnya menampakkan luka yang tak terlihat—rasa kecewa, kehilangan, dan keraguan.“Karena… meski aku membencimu, aku juga tahu… kau satu-satunya yang bisa menyelamatkan dunia ini,” katanya sambil menatap jauh.Lei Tian perlahan berdiri. Debu tanah menempel di lutut jubahnya. Angin berembus pelan, mengibarkan helai

  • Pemilik Kitab Seribu Bayangan   bab 53:

    Lei Tian mengangguk pelan. “Mereka tidak tahu… kegelapan belum benar-benar pergi.”Yara menyusul dari belakang, rambutnya dikepang dua, wajahnya lebih tenang dari biasanya. Ia membawa sekantong kue kacang dan menyerahkannya ke Lei Tian.“Untuk kenangan. Ini dari bibi tua penjual di ujung jalan. Dia bilang kamu dulu sering ngutang.” Lei Tian terkekeh kecil, menerima kantong itu. “Aku ingat… waktu itu aku kabur dari kejaran penjaga karena tak bayar.”Semuanya tertawa. “Kamu tidak pernah berubah,” sindir Yara, tersenyum tipis.Lei Tian membuang wajah, “Tapi aku takkan pernah punya waktu untuk berubah lebih jauh lagi, bukan?”Yara terdiam. Suasana beku sesaat. Matanya sedikit redup. Ia menggigit bibirnya sebelum berkata: “Jadi kau benar-benar akan pergi… ke dimensi bayangan?”Lei Tian menatap langit. “Jika aku tetap di sini, aku akan menjadi ancaman seperti Chaos

Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status