Share

Bab 117

Author: Liyusa_
last update Last Updated: 2025-10-10 19:20:33

Hari-hari berikutnya terasa berat bagi Alya. Ia lebih sering mengurung diri di kamar, duduk menatap langit-langit sambil memeluk lututnya.

Sesekali ia mendengar langkah kaki Revan dan dadanya langsung terasa sesak. Harapan terakhir yang ia gantungkan pada hubungannya dengan Revan hilang begitu saja, meninggalkan luka yang begitu dalam, sampai ia takut membuka diri lagi.

Revan, awalnya tetap diam. Ia memilih menahan diri, tidak ingin menambah beban Alya. Tapi di malam-malam yang sepi, rasa bersalah muncul begitu saja.

Ia teringat bagaimana ia membiarkan Alya menanggung semuanya sendiri, bagaimana ia membiarkan keluarganya menjodohkan dengan perempuan lain, dan bagaimana ia gagal memberi kepastian pada gadis yang telah mengandung anaknya.

Ia sadar, cuma bilang “maaf” nggak akan cukup. Sekarang, yang harus ia tunjukkan adalah lewat tindakan. Maka Revan mulai hadir perlahan, tanpa memaksa.

Hari demi hari, Revan tetap berada di sisinya. Ia membiarkan Alya menolak pelukannya, menolak kata
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 125

    Revan mendekat sedikit lagi, jarak di antara mereka nyaris hilang. Napas hangatnya terasa di kulit Alisha, membuat dada perempuan itu ikut bergetar.Tangannya yang tadi menurunkan sabuk pengaman, kini bergerak ke arah sisi tubuh Alisha, pelan, hati-hati.Alisha terpaku. Degup jantungnya berlari tak terkendali. Ada cahaya samar yang muncul di matanya, seolah lega karena untuk sesaat ia benar-benar mengira Revan akhirnya luluh.“Van…” bisiknya lirih, nyaris seperti helaan nafas yang lega. Bibirnya sedikit bergetar, tapi bukan karena takut melainkan karena berharap.Namun Revan tidak menjawab.Gerakannya justru berhenti tepat di sisi tubuh Alisha. Tatapannya keras, tidak melunak sedikit pun.Tangan itu beralih cepat.Klik.Suara pintu mobil yang hendak dibuka terdengar jelas, menggantung di udara.Alisha menahan napas.Revan menatapnya sekilas, tatapannya dingin, nyaris tanpa emosi.Dan tanpa satu kata pun ia mendorong pintu itu pelan.“Turun.”Suara Revan akhirnya terdengar, rendah tapi

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 124

    Namun tiba-tiba Revan mengangkat tangan, menepuk pelan tapi tegas bahu Alisha. Gerakannya cepat, membuat perempuan itu sedikit mundur.“Kalau aku bilang keluar,” suaranya rendah, datar, tapi tajam dan menusuk, “ya keluar.”Tatapan Alisha menegang, lalu bibirnya terbuka pelan.“Van, jangan–”Tapi belum sempat Revan menjawab, suara lain terdengar, suara gagang pintu berputar dari arah seberang.Pintu kamar di depan terbuka perlahan.Alya berdiri di sana.Dan pemandangan yang langsung tertangkap matanya membuat langkahnya terhenti. Revan berdiri sangat dekat dengan Alisha, terlalu dekat.Dari sudut pandang Alya, itu tampak seperti sesuatu yang intim. Apalagi Alisha sedang duduk di tepi kasur, dengan rambut terurai dan ekspresi antara pasrah dan menggoda.Kalimat “Van, jangan” yang baru saja terdengar dari bibir Alisha memantul di kepala Alya, seolah menguatkan apa yang baru saja ia pikirkan.Dada Alya serasa diremas. Ia tak tahu apa yang lebih menusuk, pemandangan itu, atau fakta bahwa h

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 123

    Malam itu, lobi hotel tampak lengang. Lampu gantung di atas meja resepsionis memantulkan cahaya kekuningan ke dinding marmer. Arman duduk santai di sofa besar sambil melihat layar ponselnya. Di sebelahnya, Maya tampak mulai gelisah, sesekali melirik ke arah lift. Alisha duduk berseberangan dengan kaki disilangkan rapi, wajahnya terlihat tenang, terlalu tenang untuk orang yang katanya sedang menunggu. “Papa udah kasih tahu Revan belum, kalau kita mau makan malam bareng?” tanya Maya akhirnya, nada suaranya terdengar agak kesal karena sudah terlalu lama menunggu. “Udah, Ma,” jawab Arman tanpa mengangkat kepala dari ponsel. “Mungkin dia masih siap-siap.” “Tapi ini sudah hampir setengah jam, Pa.” Maya mendengus kecil. “Masa siap-siap lama banget?” Arman akhirnya menurunkan ponselnya dan menatap Alisha. “Alisha, coba panggilin Revan sama Alya di kamarnya, ya.” “Baik, Om.” Alisha cepat-cepat berdiri, senyumnya manis tapi ada kesan dibuat-buat. “Aku panggilin sekarang.” Ia berdiri, m

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 122

    Dua jam perjalanan akhirnya berlalu dalam diam yang panjang. Tak ada percakapan berarti, tak ada tawa, hanya udara tegang yang menggantung di antara mereka.Ketika mobil akhirnya berhenti di depan hotel, Revan turun lebih dulu. Ia mematikan mesin, lalu berjalan ke arah bagasi untuk mengambil koper. Alya ikut turun tanpa banyak bicara, wajahnya tenang tapi jelas terlihat lelah.Alisha turun paling akhir. Sepatunya hak tingginya sempat tersangkut sedikit di pinggiran trotoar saat melangkah keluar. Ia berpura-pura kehilangan keseimbangan, lalu mengeluarkan suara lirih yang dibuat dramatis.“Ahh…!” serunya, setengah menjerit.Revan yang kebetulan berdiri tak jauh darinya refleks menoleh. Begitu melihat Alisha hampir jatuh, ia segera melangkah cepat dan menahan tubuh perempuan itu sebelum benar-benar menyentuh tanah.Tubuh Alisha sempat bersandar di dada Revan beberapa detik. Nafasnya terdengar sedikit terburu, tapi senyum tipis muncul di wajahnya.“Makasih, Van… untung ada kamu,” ucapny

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 121

    Mobil melaju di jalan raya, meninggalkan gerbang rumah yang perlahan menghilang di kaca spion. Suasana di dalam mobil terasa berat. Tak ada satupun yang bicara. Revan duduk di kursi kemudi dengan rahang mengeras, pandangannya lurus ke depan. Tangannya menggenggam setir erat, seolah sedang menahan sesuatu yang ingin meledak. Di sebelahnya, Alya duduk diam. Tatapannya kosong ke luar jendela, seolah pikirannya jauh dari sana. Ada sesuatu yang sedang ia tahan, campuran antara kesal, canggung, dan mungkin juga luka yang tak ingin terlihat. Dari kursi belakang, Alisha tiba-tiba bersuara. “Van,” panggilnya pelan, dengan nada yang dibuat selembut mungkin. Revan berdehem pelan, tidak menoleh. Pandangannya tetap lurus ke depan. Tak menyerah, Alisha sedikit mencondongkan tubuh ke depan, sengaja mendekatkan wajahnya ke sela dua kursi depan. Aroma parfumnya langsung menyeruak, tajam dan menusuk hidung. “Kalau kamu capek nyetir, aku bisa gantiin kok,” ujarnya sambil tersenyum kecil, nad

  • Pemuas Nafsu Kakak Tiri   Bab 120

    Suara mesin mobil tiba-tiba terdengar dari depan rumah, memecah suasana yang sempat hening. Maya yang tadinya berdiri di teras langsung menoleh, alisnya sedikit terangkat, sementara Revan dan Alya berhenti bergerak hampir bersamaan.Sebuah mobil putih berhenti tepat di depan pagar. Pintu terbuka perlahan, dan dari dalam keluar seorang perempuan dengan langkah ringan. Alisha.Rambutnya dibiarkan terurai sempurna, blus warna pastel yang ia kenakan tampak terlalu rapi untuk ukuran seseorang yang “kebetulan mampir.” Bibirnya dipoles lip gloss tipis, menambah kesan manis yang entah kenapa terasa dibuat-buat.Ia menutup pintu mobilnya dengan pelan, lalu tersenyum lebar. “Om Arman!” serunya ceria begitu melihat Arman keluar dari rumah.Arman, yang baru saja keluar dari toilet dan berdiri di ambang pintu, tampak sedikit terkejut tapi kemudian tersenyum tenang, seolah sudah menebak kehadiran itu sejak tadi. “Alisha? Ada apa, masih pagi kok sudah kesini?”Alisha menunduk sedikit, gaya sopan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status