Share

Bab 10

Penulis: Charles Fariz
Ketika melihat Lestari berjalan dengan anggun ke arahnya, Arif merasa seolah-olah setiap langkah sandal hak tinggi itu jatuh tepat di atas jantungnya. Dia berharap calon istrinya bisa secantik dan sekarismatik Lestari ....

Mata Lestari yang indah berubah dingin saat menyadari ekspresi terpesona Arif. Dia mengambil segepok uang kertas berwarna merah dari dompetnya, lalu meletakkannya di atas meja kopi.

"Ambillah uang ini, totalnya ada 20 juta. Terima kasih sudah menolongku."

Arif mengerutkan kening dan berujar, "Bos, aku memang cuma seorang petani, tapi aku juga nggak akan paksa orang untuk balas budi. Pria bernama Kamal itu mengancammu dengan jamur pinus. Aku punya jamur pinus premium. Kamu mau beli?"

Sambil berbicara, Arif membuka keranjang bambunya dan aroma segar jamur pinus langsung memenuhi seluruh kantor.

Lestari langsung kehilangan ketenangannya dan bergegas maju untuk melihat isi keranjang bambu itu.

Keranjang bambu kecil itu penuh dengan jamur pinus yang masing-masing seukuran lengan bayi. Matanya yang indah sedikit terbelalak, sedangkan suaranya agak bergetar. "Ini benar-benar jamur pinus premium!"

Arif tersenyum dan menyahut, "Bos, kualitas jamur pinus nggak usah diragukan lagi! Mau beli?"

"Mau!" Ekspresi dingin Lestari sedikit menghangat. Dia masih tidak percaya masalah terbesarnya telah terpecahkan dengan semudah ini?

"Aku beli jamur pinus premium Kamal dengan harga 8 juta per setengah kilo. Kualitas jamur pinusmu bahkan lebih tinggi lagi dari punya dia. Aku bersedia membelinya dengan harga 10 juta per setengah kilo. Apa kamu puas dengan harga ini?"

Harga 10 juta per setengah kilogram sudah 2 juta lebih tinggi dari perkiraan Arif. Matanya pun berbinar.

"Puas! Bos Lestari memang punya keahlian menilai barang!"

Lestari mengeluarkan timbangan elektronik dan menimbang jamur pinus itu dengan cekatan. Dia juga sekalian menimbangkan buah liar Rini yang Arif bantu jualkan.

"Harga 2 kilo jamur pinus premium ini 40 juta. Untuk buah liarnya, kuberi harga dua kali lipat, 200 ribu per keranjang."

Sambil berbicara, Lestari mengeluarkan beberapa tumpuk uang kertas berwarna merah dan menyerahkannya kepada Arif. Senyum tipis tersungging di wajahnya. "Totalnya 40,2 juta. Simpan baik-baik uangnya."

Arif dengan senang hati memasukkan uang itu ke sakunya dan bertanya, "Bos, apa kamu terima jamur pinus premium hasil budidaya manusia?"

Senyum Lestari seketika membeku. Dia menjawab dengan kening berkerut, "Pak Arif, kalau kamu butuh uang, aku bisa memberikannya kepadamu. Anggap saja itu imbalan atas bantuanmu hari ini. Tapi, kamu nggak perlu membual."

Arif terlihat kesal. "Bos, apa maksudmu? Kamu kira aku lagi menipumu?"

Lestari menyahut dengan dingin, "Jamur pinus tumbuhnya sulit banget, apalagi yang kualitas premium. Jamur pinus nggak mungkin bisa dibudidayakan manusia."

Hari ini, Arif telah menyelamatkannya, juga memberinya jamur pinus premium sehingga dia tidak perlu memusingkan pesta jamur pinus malam ini. Meskipun tidak mengatakannya secara gamblang, Lestari yakin Arif hanya sedang membual.

Dinilai dari penampilan Arif yang sederhana, jamur pinus ini kemungkinan besar diperolehnya karena beruntung. Mengatakan bisa membudidayakan jamur pinus premium adalah kebohongan besar.

Semangat kompetitif Arif pun berkobar karena merasa direndahkan. Dia berujar, "Hanya karena orang lain nggak mampu melakukannya, bukan berarti aku juga nggak bisa. Berhubung kamu nggak percaya, gimana kalau kita bertaruh?"

Lestari mengerutkan kening dan bertanya dengan wajah tegang, "Bertaruh?"

Arif menjawab, "Benar. Aku akan pulang dan menanam jamur pinus malam ini. Kalau aku bisa antarkan jamur pinus segar dan berkualitas premium untukmu besok, aku menang. Kalau nggak, aku kalah."

Wajah cantik Lestari berubah dingin. Menanam jamur pinus premium dalam semalam? Arif ternyata memang hanya sedang membual.

"Oke, aku akan bertaruh denganmu."

Arif menatap bibir Lestari yang kemerahan. Dia bertekad untuk membuat wanita angkuh dan sombong ini merasakan akibatnya.

Dia tiba-tiba berkata dengan berani, "Yang namanya taruhan harus ada hadiah. Kalau aku kalah, aku akan kembalikan dua kali lipat dari 40 juta yang baru saja kamu berikan. Tapi kalau aku menang, kamu harus menciumku. Berani nggak?"

"Kamu .... Dasar orang nggak sopan!"

Wajah cantik Lestari memerah karena murka. Kesan baiknya terhadap Arif pun hancur sepenuhnya. Dia awalnya mengira Arif adalah orang baik, tetapi Arif ternyata adalah bajingan tidak tahu malu yang setipe dengan Kamal.

Arif mencibir, "Bos Lestari takut kalah?"

Lestari memasang tampang dingin dan hendak mengusir Arif. Namun, dia tiba-tiba berubah pikiran. Arif sedang bertaruh untuk melakukan sesuatu yang mustahil. Kenapa dia harus takut?
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 50

    Beberapa saat kemudian, Rania baru menutup wajah meronanya, lalu bertanya dengan terbata-bata, “Kak Arif, ngapain kamu nonton video itu?”Arif pun tersenyum. Meskipun kakak ipar mengatakan Arif telah menidurinya pada malam pengantin, tetapi Arif telah mabuk dan tidak mengingat apa pun. Seandainya benar ada kejadian seperti itu, dia juga tidak teringat apa-apa dan boleh dikatakan tidak memiliki pengalaman sama sekali.Sekarang, Rini memiliki perasaan terhadap Arif. Dia pun mesti belajar sedikit pengetahuan terlebih dahulu. Setelah Arif berhasil menaklukkan Rini, dia tidak percaya Rini tidak akan memberi tahu kenyataan pada malam pengantin abang sepupunya!“Aku cuma ingin duluan belajar untuk calon istriku nanti?”Rania menunduk. Dia mencubit-cubit jari tangannya dengan gugup, lalu berkata, “Teman sekolahku kirim banyak video kepadaku. Kalau Kak Arif ingin nonton, silakan saja.”Usai berbicara, Rania menambahkan, “Tapi Kak Arif, aku nggak nonton sama sekali. Kamu jangan salah paham ya.”

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 49

    Ketika kepikiran hal ini, Arif pun tersenyum lebar.Pada saat ini, pada penduduk desa sudah mengerumuni Rania. “Rania, cepat daftarkan nama kami.”Rania sungguh merasa gembira. Ini pertama kalinya dia diperlakukan ramah oleh para penduduk desa setelah dia kembali ke desa. Dia segera mengeluarkan kertas dan pena yang sudah dipersiapkan, lalu berkata dengan suara keras, “Semuanya jangan buru-buru. Semuanya akan kebagian kok!”Lima menit kemudian, akhirnya Rania sudah menyelesaikan pendaftaran. Para penduduk desa merasa sangat puas, lalu memujinya, “Rania itu orang pertama di desa yang tamatan universitas, kerjanya cepat dan tangkas!”“Aku ingat waktu kecil dulu, Rania selalu mengekor di belakang Arif, bahkan pernah mengatakan ingin menikah dengan Arif!”“Sampai sekarang Arif belum menikah. Bagaimana kalau Rania jadi istrinya saja?”Wajah Rania spontan merona. “Paman, Bibi, aku berbaik hati membantu kalian mencari pekerjaan, kenapa kalian malah jadikan aku sebagai bahan candaan?”Suara t

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 48

    Begitu ucapan itu dilontarkan, para penduduk desa juga merasa agak ragu. Mereka memang ingin mencari nafkah, tapi mereka juga ingin tetap tinggal di desa.Demi upah 40-60 ribu, mereka benar-benar tidak perlu menyinggung Wawan, apalagi ribut sampai ke pemerintahan setempat.Bahkan Rania juga mulai merasa ragu. Dia yang telah membujuk para penduduk desa untuk menekan Wawan, tapi mengenai berapa upah yang akan diberikan kepada warga, dia tidak berani mengambil keputusan, semua itu mesti menunggu penjelasan Arif.Hanya saja, Rania tetap berkata, “Paman, Bibi, kalian semua melihat Kak Arif dari kecil. Aku percaya Kak Arif nggak akan merugikan kalian!”Wawan melihat para penduduk desa yang mulai goyah. Dia pun menunjukkan senyuman puas. Dia sudah mengelola Desa Sukasari selama bertahun-tahun, apa mungkin dia tidak sanggup menghadapi bocah miskin seperti Arif dan gadis muda seperti Rania?Arif malah berani mengatakan akan membuat Wawan memohon Arif untuk menyewa rumahnya. Sepertinya Arif seda

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 47

    Gambaran ajaib benar-benar terjadi. Energi spiritual berwarna keemasan itu bergabung dengan tanaman herbal dan berputar-putar di dalam ember kayu.Sekitar sepuluh menit kemudian, tanaman herbal dan energi spiritual telah bergabung, membentuk seember cairan spiritual yang berwarna transparan. Cairan itu tidak berwarna dan tidak beraroma, seperti air saja.Arif berkata dengan antusias, “Bagus sekali. Ramuan spiritual mesti diencerkan. Asalkan aku menuang cairan spiritual ke dalam sumur, nggak ada yang akan menemukan rahasia bercocok tanam jamur pinus!”Ketika kepikiran hal ini, rasa penat di hati Arif langsung menghilang. Pada saat ini, langit sudah sepenuhnya gelap. Saking gembiranya, Arif bahkan tidak bisa tidur. Dia pun duduk di atas tempat tidur, lalu memejamkan matanya untuk mulai latihan.…Keesokan paginya, Arif dibangunkan oleh suara ricuh di depan pintu rumah. Dia membuka matanya, lalu mengenakan sepatu sebelum keluar. Pada saat ini, ada belasan penduduk desa sedang berkumpul d

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 46

    Arif terus menatap Rini. Napasnya juga mulai tidak karuan. Dia sedang mencari tahu jati diri Kiki. Riko yang mengetahui kenyataan malah tidak bersedia untuk memberitahunya.Namun Arif sungguh tidak menyangka bahwa Rini juga mengetahui kenyataan pada hari pernikahan abang sepupunya waktu itu!Arif sungguh merasa antusias. Sebelumnya dia mencari ke sana kemari, tetapi tidak menemukan jawabannya. Sekarang tanpa mencari, dia justru menemukan jawabannya tanpa perlu usaha sama sekali. Jika Arif tahu Rini juga mengetahui masalah itu, untuk apa dia bertanya pada Riko!“Kak Rini, masalah ini sangat penting bagi aku. Kamu mesti beri tahu aku!” Mata indah Rini berkilauan. Dia bertanya dengan bingung, “Kamu sendiri jelas dengan apa yang kamu perbuat, untuk apa tanya aku?”Arif sungguh merasa panik. “Kak Rini, waktu itu aku mabuk dan nggak ingat apa-apa lagi. Kamu cepat beri tahu aku, sebenarnya apa yang terjadi waktu itu?”Tatapan Rini kelihatan berkilauan, tetapi dia tidak segera menjawab.Arif

  • Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan   Bab 45

    Tangan Sari sudah disandarkan ke atas pintu. Asalkan dia membuka pintu, dia pun dapat melihat gambaran Rini berpelukan dengan Arif.Jantung Arif berdebar kencang. Dia bahkan tidak berani bernapas dengan terlalu kencang. “Kak Rini, kamu jangan bandel lagi!”Kalau sampai kepergok oleh Sari, belum pasti Sari akan menghukum Rini, tetapi Sari pasti akan memukul Arif fan mengusirnya keluar dari rumah. Pada saat itu, Arif-lah yang akan dipermalukan.“Kenapa kamu malah takut sama dia?” Rini berusaha untuk menenangkan Arif. Kemudian, terdengar nada bicara tinggi dari luar pintu. “Ibu, aku dan Arif lagi ngomong masalah serius. Kalau kamu ikut campur, bisa jadi malah nggak akan berhasil!”Di luar pintu, Sari sungguh kelihatan galau. Dia merasa Rini dan Arif sedang melakukan hal buruk di dalam kamar. Namun setelah dipikir-pikir, ada dia yang berjaga di depan pintu, mereka berdua seharusnya tidak akan melakukan hal di luar batas. Sari sungguh berharap Rini bisa berhasil mencari tahu cara Arif menca

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status