Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan

Pemuda Sakti Di Tengah Desa Penuh Godaan

By:  Charles FarizUpdated just now
Language: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Not enough ratings
50Chapters
2views
Read
Add to library

Share:  

Report
Overview
Catalog
SCAN CODE TO READ ON APP

Sebelum meninggal, kakak sepupu Arif memanggil Arif dan memberitahunya sebuah rahasia yang mengejutkan, yaitu putri kakak iparnya adalah anaknya ....

View More

Chapter 1

Bab 1

"Arif, apa kamu nggak tahu apa yang sudah kamu dan istriku lakukan di malam pernikahan kami? Kiki bukan keponakanmu, melainkan putri kandungmu! Aku menderita kanker paru-paru stadium akhir, hidupku nggak panjang lagi. Setelah aku pergi, kamu ... kamu jaga mereka baik-baik!"

Di sebuah rumah beratap jerami yang bobrok dalam Desa Sukasari, Arif Hidayat duduk di samping tempat tidur sambil mendengarkan kata-kata kakak sepupunya, Seno Lukardi. Begitu mendengar ucapan itu, dia hampir jatuh dari tempat tidur. Kepalanya terasa berdengung.

"Kak Seno, o ... omong kosong apa yang kamu bicarakan? Mana mungkin aku melakukan hal seperti itu dengan Kakak Ipar?"

Tenggorokan Arif terasa kering. Dia benar-benar dikejutkan oleh kata-kata Seno. Dia tidur dengan kakak iparnya di malam pernikahan mereka?

Kemudian, dia juga berhasil menghamili kakak iparnya, sedangkan Kiki yang dia kira adalah keponakannya selama setahun terakhir ternyata adalah putri kandungnya? Jika hal itu benar, bukankah dia akan menjadi pria yang benar-benar sangat berengsek?

Namun ... Arif memang mabuk sampai hilang ingatan di hari pernikahan Seno. Bukannya tidak mungkin juga dia berbuat macam-macam setelah mabuk, apalagi kakak iparnya itu adalah wanita yang sangat cantik. Jadi, dia juga tidak tahu apakah dia memang sudah melakukan sesuatu atau tidak.

"Uhuk, uhuk! Arif, yang kukatakan itu benar."

Seno melambaikan tangannya dengan susah payah, lalu berseru ke arah luar dengan terengah-engah, "Melati, masuklah!"

Baru saja Seno selesai berbicara, seorang wanita yang mengenakan baju terusan bermotif bunga, berambut kepang, bertubuh seksi, dan berwajah cantik pun berjalan masuk. Kepalanya tertunduk dan wajahnya terlihat merah. Dia menggendong seorang bayi perempuan yang bahkan belum genap setahun.

Mereka adalah kakak ipar Arif, Melati Wijaya, serta keponakan perempuannya yang masih kecil, Kiki.

Melati memiliki alis yang melengkung, pipi kemerahan, dan mata berbentuk almond. Dengan pinggang ramping, kaki jenjang, dan kulitnya yang putih, dia adalah salah satu dari tiga wanita tercantik di Desa Sukasari. Setiap pria yang melihatnya pasti sangat ingin memeluk dan menyayanginya.

Sementara itu, Kiki yang berada dalam pelukan Melati terlihat menggemaskan dan mungil.

Wajah Melati yang putih sedikit memerah. Dia jelas tahu apa yang dibicarakan Seno dan Arif.

Arif menatap Melati dan tenggorokannya terasa agak kering.

Melati yang cantik dan memiliki tubuh montok adalah gadis idaman setiap pria di Desa Sukasari. Arif sendiri juga pernah memimpikannya beberapa kali. Namun, Melati tetap adalah kakak iparnya. Dia tidak pernah berani memendam niat yang tak senonoh. Namun ... Seno malah mengatakan bahwa dia sudah meniduri Melati di malam pernikahan mereka!

Arif bahkan tak berani membayangkan adegan itu. Itu terlalu menggairahkan!

Pantas saja Seno terkena kanker. Setelah menikahi istri secantik ini, adik sepupunya malah menghamili istrinya di malam pernikahan mereka. Setelah diselingkuhi seperti itu, bagaimana mungkin dia tidak kesal sampai sakit?

Seno berkata, "Arif, kakak iparmu cantik dan berbudi luhur. Semua pria di desa juga mengincarnya. Jujur saja, kamu incar dia nggak?"

Arif merasa sangat serbasalah. Bagaimana dia harus menjawab pertanyaan ini?

"Arif, aku juga ngerti tanpa perlu kamu ngomong. Kamu itu seorang pria dan pasti mengincarnya. Aku akan kabulkan keinginanmu. Mulai sekarang, Melati akan jadi wanitamu, mencuci kakimu, dan menghangatkan tempat tidurmu. Tapi, kamu harus berjanji satu hal padaku."

Arif spontan bertanya, "Apa?"

Begitu kata-kata itu keluar dari mulutnya, wajah Arif memerah. Dia sangat berharap dirinya bisa lenyap ditelan bumi.

Melati yang ada di sampingnya juga tersipu dan tak berani mengangkat kepalanya.

Untungnya, Seno sepertinya tidak keberatan. "Arif, kamu harus janji padaku bahwa identitas asli Kiki akan jadi rahasia di antara kita bertiga selamanya. Bagi orang luar, bahkan di mata Kiki, dia itu putriku. Aku mau punya keturunan supaya ada yang urus makamku kelak."

Mulut Arif terasa kaku. "Kak Seno, a ... aku ...."

"Kamu nggak perlu ngomong apa-apa. Setelah aku pergi, kamu nikahilah kakak iparmu. Kalau kamu nggak setuju, aku akan menghantuimu meski sudah mati ...."

Suara Seno melemah. Sebelum selesai bicara, dia tiba-tiba mencengkeram lehernya. Dia menunjukkan ekspresi yang sangat kesakitan dan terengah-engah.

Melati berseru panik, "Arif, dia nggak bisa napas! Cepat bantu lancarkan napasnya!"

Arif bergegas maju. Akan tetapi, sebelum dia sempat menepuk-nepuk punggung Seno, Seno sudah tiba-tiba memuntahkan darah. Kemudian, kakinya kejang sejenak dan dia tidak lagi bergerak.

"Kak Seno!" panggil Arif dengan panik. Namun, Seno tidak memberikan reaksi apa pun.

Arif mengulurkan tangan ke arah hidung Seno, lalu wajahnya langsung memucat. Tidak ada embusan napas lagi.

Dari ekspresi Arif, Melati mengerti apa yang telah terjadi. Tubuhnya langsung terasa lemas, dan dia jatuh terduduk di kursi dengan tatapan kosong. Dia terlihat putus asa, entah itu karena dia sedang berduka atas kematian suaminya atau merasa bingung dengan nasib tragisnya sendiri.

Perasaan Arif juga campur aduk. Meskipun dia tidak dekat dengan Seno, mereka tetap adalah saudara sepupu dan dia juga merasa ada yang mengganjal di hati. Bagaimanapun juga, Seno telah mengungkapkan hal yang begitu mengejutkan kepadanya dan tidak menjelaskannya sebelum meninggal.

Arif adalah penduduk asli Desa Sukasari. Sejak kecil, orang tuanya sudah meninggal. Dia tumbuh besar dengan mengandalkan belas kasihan sesama penduduk desa. Mereka bahkan membantunya mengumpulkan uang sekolah supaya dia bisa bersekolah hingga SMA.

Namun, ketika hasil panen di desa memburuk dan kehidupan semua orang menjadi sulit, Arif tidak melanjutkan kuliah dan pulang untuk bertani. Sesekali, dia juga akan pergi memburu di pegunungan untuk menghasilkan uang.

Dengan keadaan ekonomi yang sangat terbatas, Arif juga masih lajang di usia 25 tahun. Oleh karena itu, pengalaman hidupnya sangat sedikit. Mana pernah dia mengalami hal seperti ini sebelumnya?

Saat ini, Arif sangat terpukul.

...

Satu jam kemudian, sebuah tenda duka sederhana didirikan di halaman rumah Seno. Alunan musik perkabungan menggema di seluruh Desa Sukasari. Ada banyak penduduk desa yang datang.

Seno tidak memiliki orang tua. Jadi, hanya Arif dan beberapa penduduk desa yang membantu mengurus pemakamannya.

Sementara itu, Melati menggendong Kiki sambil berlutut di depan tungku pembakaran uang kertas. Pakaian berkabung dengan warna seputih salju itu menonjolkan lekuk tubuhnya, juga membuatnya terlihat makin cantik dan menawan. Bahkan dalam suasana seperti ini, banyak pria yang tak dapat menahan diri dan meliriknya.

Arif berdiri di samping ibu dan anak itu. Dia menyapa penduduk desa yang datang untuk mengantar kepergian Seno.

"Uwaa!"

Tiba-tiba, Kiki yang ada dalam pelukan Melati mulai menangis. Suaranya mengalahkan alunan musik perkabungan di halaman dan menarik perhatian banyak orang.

Saat mendengar tangisan Kiki, entah kenapa dada Arif terasa agak sesak. Apakah mungkin ini yang namanya ikatan hati ayah dan anak? Mungkinkah Kiki benar-benar adalah putrinya?

Arif buru-buru melangkah maju dan bertanya, "Kak Melati, ada apa dengan Kiki?"

Melati menjawab dengan agak malu, "Kiki ... lapar."

Ucapan itu membuat Arif tertegun.

Kiki baru berusia satu tahun dan masih minum ASI. Namun, baik halaman depan maupun belakang, dan bahkan bagian dalam rumah juga dipenuhi penduduk desa. Bagaimana mungkin Melati bisa menyusuinya?

Arif juga dengan jelas menyadari bahwa ada beberapa pemuda yang menatap tajam ke arah Melati. Mata mereka seolah-olah sedang berkata, 'Bayinya lapar, cepat kasih dia ASI! Nggak perlu sembunyi-sembunyi waktu kasih ASI!'

Melati jelas juga menyadari tatapan itu. Dia tiba-tiba menggertakkan gigi dan menarik Arif ke samping. "Arif, aku mau menyusui Kiki. Tolong berdiri di depanku, ya. Jangan sampai kelihatan orang lain ...."

Jantung Arif berdebar kencang. "Kak Melati, kamu nggak takut kelihatan aku?"

Wajah cantik Melati terlihat pucat. Dia menghela napas dan menjawab, "Arif, aku juga nggak punya pilihan lain."

Sambil berbicara, Melati langsung membuka ikatan pakaian dukanya dan menyuapi Kiki.

Kiki mulai menyedot dan langsung berhenti menangis. Mulut kecilnya bergerak dengan penuh semangat.

Mata Arif langsung terasa panas.

"Ah!"

Saat Arif sedang tenggelam dalam fantasi, Melati tiba-tiba berseru.

Hati Arif pun terasa tegang dan dia buru-buru bertanya, "Kak Melati, ada apa?"

Melati melirik Arif dan menjawab, "Kiki menggigitku, tapi nggak apa-apa."

Arif menelan ludah. ​​Ternyata Kiki tahu apa yang enak ....
Expand
Next Chapter
Download

Latest chapter

More Chapters

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

No Comments
50 Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status