Share

82. Di Alun-Alun Kota Fanlang

Keesokan harinya, kota Fanlang menjadi lebih hidup dari biasanya. Orang-orang yang sebelumnya bersembunyi, kini berani menampakkan diri setelah mendengar suara lonceng dari alun-alun. Itu adalah tanda perintah untuk berkumpul.

Menyaksikan jenis kehancuran yang tercipta oleh pertarungan para ahli tingkat atas, semua orang menghirup udara dingin. Sejauh mata memandang, tanah yang seharusnya rata berubah menjadi sekumpulan kawah kecil.

Beruntung bahwa sebagian besar pertarungan itu berada di atas langit. Jika tidak, mereka hampir dipastikan mati terkena gelombang kejut dari jarak dekat.

Di sepanjang jalan menuju alun-alun, ribuan bisikan menyatu menjadi kegaduhan. Bagi mereka yang mengintip pertarungan tadi malam melalui lubang jendela maupun sela-sela dinding kayu segera menceritakan apa yang terjadi kepada yang lainnya. Sebagai akibatnya, kerumunan pun terguncang.

Namun terlepas dari rumitnya ekspresi mereka, ada satu jenis perasaan yang menonjol. Itu adal

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status