Share

Beda bahasa

last update Last Updated: 2021-08-06 22:00:36

Sejak semalam, kedua mata Matt tak bisa di pejamkan. Sosok wajah Nina selalu membayangi pikirannya. Entah mengapa, gadis itu mampu mmbuatnya tertarik, padahal perawakan Nina sangat jauh wanita-wanita yang selama ini mengisi waktu luang Matt.

Matthew menginap di rumah besar keluarga Osborne bersama David dan keluarganya. Ia bangun, lalu membuka jendela kamar. Matanya berkeliling menikmati matahari yang bersinar dan hamparan bunga serta rumput yang tertata rapih di halaman belakang rumah itu. Halaman belakang yang luas seperti sebuah taman.

Kemudian, mata Matt terdiam lama pada sosok wanita yang dari semalam wajahnya berseliweran dalam pikiran. Gadis itu terlihat sedang menyuapi bayi berusia sembilan bulan. Matt tersenyum sambil bersidekap memegang dagunya. Ia melihat senyum yang tulus dari seorang pengasuh. Melvin yang tengah duduk di stroler itu pun tertawa bersama pengasuhnya sambil menikmati sarapan pagi.

Matt bergegas memakai pakaiannya. Ia turun dan menghampiri gadis itu di taman. Sesampainya di taman, ia kembali tersenyum. Walau ia pun tak tahu bagaimana cara berkomunikasi dengan Nina.

“Hai.” Sapa Matt.

Nina langsung menoleh dan tersenyum. “Hai.”

Kedua nya terdiam. Matt pun bingung ingin berkata apa, karena mereka sama-sama tidak mengerti dengan bahasa masing-masing.

“Kamu sudah makan?” Tanya Matt dengan bahasa Inggrisnya.

“Hmm..”

Nina memasang wajah tak mengerti, hingga akhirnya Matt menggunakan bahasa tubuh.

Matt mengangkat tangan dan menyuapi ke mulut, memeragakan cara makan.

Nina menggeleng, karena memang dia belum sarapan. Lalu, Nina pun balik bertanya dengan menggunakan bahasa tubuh juga.

Matt menggeleng.

“Cofee?”

Nina menawarkan akan membuat kopi untuk Mat dengan mengangkat gelas Melvin.

“Hmm... Kamu mau membuatkanku kopi?” Tanya Matt dengan gerakan tangan dan bibir yang lsow motion.

Keduanya tertawa, karena mereka seperti orang bisu.

“Oke, aku buatkan kopi. Titip Melvin.” Kata Nina dengan bahasanya, meninggalkan Melvin yang telah menghabiskan makanannya bersama sang paman.

Matt hanya mengangguk, walau tak mengerti apa yang di katakan Nina. Ia hanya tau Nina akan membuatkannya kopi. Ia bertekad setelah ini, ia akan belajar bahasa Indonesia.

Tak lama kemudian, Nina membawa secangkir kopi ke taman itu. Matt tersenyum melihat Nina yang terus berjalan mendekat ke arahnya, sambil membawakan secangkir kopi untuknya.

“Ini.” Nina menyerahkan cangkir itu dengan senyum yang manis.

“Thank you.”

Nina mengangguk.

Mereka kembali terdiam. Matt bingung bagaimana memulai pembicaraan, begitu pun Nina. Hingga Akhirnya, Sari datang menghampiri putranya.

“Hai, Sayang sudah mandi?” Tanya Sari pada bayinya dan langsung mengangkat Melvin dari stroler itu.

“Belum, Bu. Den Melvin baru saja selesai sarapan.”

“Sudah makan ya, wah.. habis ya makanannya. Makin embul kamu.” Ucap Sari pada putranya, sambil mengusel ke perut bulat Melvin.

“Ma..ma..” Ucap Melvin tertawa, karena geli.

“Hai, Matt.” Sapa Sari pada adik suaminya.

“Hai.” Jawab Mat tersenyum pada kakak iparnya.

“Baiklah, aku mandikan Melvin. Silahkan kalian berbincang lagi.” Kata Sari dengan menggunakan bahasa Inggris.

“Aku tidak bisa berbicara dengannya.” Kata Matt pada sari sesaat sebelum Sari pergi. Matt melirik ke arah Nina.

“Dia tidak mengerti bahasaku dan aku tidak mengerti bahasanya.” Matt berkata lagi pada Sari.

Sari hanya tersenyum sambil menggendong Melvin.

“Kalau begitu belajarlah bahasa Indonesia, Matt.” Jawab Sari.

“Ajari aku, Sari!” Rengek Mat.

“Minta izin dulu pada kakakmu.” Ucap Sari tersenyum , lalu pergi meninggalkan Matt dan Nina yang masih duduk berdua di taman itu.

Setelah kakak iparnya itu pergi, Matt dan Nina semakin canggung. Biasanya dia tak pernah se canggung ini dengan wanita, atau biasanya wanita itu akan dengan senang hati langsung berdiri dan duduk di pangkuan Matt. Namun, tidak dengan Nina yang menjujung tinggi adat ketimuran.

Nina menoleh ke arah Matt, begitu pun Matt. Nina tersenyum dan Matt lagsung membalasnya.

“Saya permisi.” Nina berdiri dan segera ingin meninggalkan taman itu. terkadang jantungnya berdetak kenang saat melihat Matt tersenyum karena Matt terlihat sangat tampan.

Namun, degupan itu tidak sekencang, ketika bersama Ardi.

“Wait!” Kata Matt.

Nina menoleh ke arah Matt, walau ia pun tak mengerti adik dari majikannya ini ingin berkata apa.

“Hmm..”

Matt Masih ragu ingin mengatakan apa.

Lalu, ia menggeleng, membuat Nina bingung dan berakhir dengan senyum, kemudian melanjutkan kembali berjalan ke dalam rumah itu.

“Huft.. aku harus belajar bahasa Indonesia, harus.” Gumam Matt, yang memang terobsesi untuk mendapatkan istri orang Indonesia.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penakluk Wanita   Pulang kampung

    Matt dan Nina berada di dalam mobil. Mereka hendak pergi ke Bandung untuk menemui orang tua dan keluarga Nina yag berada di desa itu.Sesekali Nina melirik ke arah Matt yang serius menyetir. Matt pun ikut melirik ke arah Nina, sesaat mereka saling berpandangan dan tersenyum.“Kenapa?” tanya Matt.Nina menggeleng. “Ngga apa-apa.”Matt mengeryitkan dahinya.“Aku tuh suka takut sama pria yang bertato.” Ucap Nina yang memang selalu melihat ke arah leher Matt yang terdapat garis berbentuk Z.“Keluargamu juga takut dengan pria bertato sepertiku?” tanya Matt.Nina mengangguk, tapi tetap tersenyum.“Tidak semua pria bertato itu jahat, Sayang,” ucap Matt.“Iya, tapi di tempatku itu desa banget. Tidak modern dan pastinya kamu adalah orang asing yang baru datang di desaku.”“Oh ya? Pasti seru,” ucap Matt santai.“Bye the way, kit

  • Penakluk Wanita   Aku ingin itu

    Pagi ini Dinda bersiap untuk kembali ke Bali. Ia tak melihat Tristan sejak semalam. Entah pamannya itu marah atau tidak padany, ia tak peduli. Untung, hari ini ia akan kembali ke Bali dan tak melihat pamannya lagi.“Ma, Tristan sudah berangkat?” tanya Melati pada ibunya saat di meja makan.“Sudah, dia berangkat dengan penerbangan paling pagi,” jawab Nenek Dinda.“Oh.”“Memang Om Trsitan kemana, Ma?” tanya Dinda ingin tahu..“Om mu sudah berangkat lagi ke Australia. Ternyata kantor pusatnya di sana, menarik dia kembali ke sana, karena teman yang menggantikan posisinya di sana kecelakaan,” jawab Kakek Dinda.Tristan memang berkuliah di Australia dan mendapatkan pekerjaan di sana. Sudah cukup lama Tristan bekerja di negara itu, hingga mendapatkan posisi yang bagus. Pernah ia mencoba untuk berhenti dari pekerjaannya dan ingin menetap di Malang saat Dinda lulus SMA, tapi akhirnya Tristan

  • Penakluk Wanita   Pipimu merah

    Matt mengendarai mobilnya hingga sampai di halaman rumah sang kakak. Di sana, sudah terlihat mobil David yang terparkir. Matt masih tersenyum mengingat betapa anehnya wanita yang baru saja ia antar pulang dari bandara.Setelah mematikan mesin mobil, Matt keluar dan mendapati Nina tengah bermain bersama Melvin dan Quinza di halaman rumah itu.“Melvin mana ya.. Quinza cantik.” Nina di tutup kedua matanya dengan kain dan berusaha menangkap Melvin dan Quinza yang sedang berlarian mengelilinginya.Matt tersenyum ke arah gadis lembut itu.“Ssstt.” Matt menutup bibirnya dengan jari telunjuk ke arah Melvin dan Quinza.Melvin dan Quinza hanya tertawa cekikikan tanpa suara, pasalnya Matt sengaja berjongkok agar Nina mengira bahwa dirinya adalah Melvin.“Nah, ya. Melvin ke tangkepetangkep.” Nina memeluk kepala Matt yang ia kira adalah Melvin.Matt merasa di atas angin, karena Nina memeluknya kepalanya erat sam

  • Penakluk Wanita   Benar-benar gadis aneh

    Dinda masih belum pulang ke Bali. Ia meminta izin pada Tasya dan rekan-rekannya yang ada di sana untuk bermalam dua hari lagi di Jakarta, karena hari ini ia mengantarkan Ardi untuk berangkat ke Florida.“Matt, Supir Mas David tidak bisa ke sini karena sedang mengantarkan klien. Bisakah kau mengantarku untuk mengantarkan Ardi ke bandara?” tanya kakak iparnya.Matt mengangguk. “Apa Nina juga ikut?”Sari menggeleng. “Dia menjaga anak-anak saja di rumah, sekalian memberi arahan pada pengasuh baru yang akan menggantinya nanti.”Matt kembali menganggukkan kepalanya.Tak lama kemudian, Matt mengganti baju dan bersiap untuk mengantarkan Sari menjemput keluarganya di Panti asuhan, lalu mengantar Ardi ke Bandara. Sementara di tempat yang berbeda, Dinda pun bersiap ke Bandara untuk melepas kekasihnya di sana.“Din, Mama tidak bisa menemanimu ke Bandara, karena mendadak mama harus menemani papa, saudara jauh pap

  • Penakluk Wanita   Babak pertama selesai

    David beserta istri dan anaknya melajukan mobil menuju Panti asuhan milik ibu David yang kini di kelola oleh orang tua Sari. sedangkan Matt, mengikuti mobil sang kakak bersama Nina.“Rumahmu di mana Nin?” tanya Matt pada Nina, kerena di mobil ini hanya ada mereka berdua.“Di Bandung. Tapi di Desanya.”“Bandung itu di mana?” tanya Matt lagi.“Di Jawa Barat, tempatnya sejuk. Nanti akan aku ajak kamu ke sana.”“Boleh, kapan?”“Apanya?” Nina tadi yang mengajak Matt ke kampungnya, tapi dia juga yang bingung jika ternyata Matt benar-benar akan datang ke sana. Pasalnya tadi, Nina hanya sekedar berbasa basi.“Ke rumahmu.”“Untuk apa?” tanya Nina.“Bertemu keluargamu.”“Untuk apa?” tanya Nina lagi.“Kamu maunya untuk apa? Melamar?” Matt tersenyum jahil.Sontak Nina terkejut. Seda

  • Penakluk Wanita   Jantung berdegup kencang

    Dinda bersama kedua orang tua dan Kakek Neneknya sedang menikmati makan malam.“Berapa lama kamu di Bali, Din?” tanya Baskoro, Kakek Dinda.“Kalau cepat dua tahun, Opa,” jawab Dinda.“Semoga cepat selesai ya, sayang. Terus kamu visa praktek di sini,” imbuh Risma, Nenek Dinda.“Belum, Oma. Perjalanan Dinda masih jauh kalau ingin praktek. Dinda belum ikut tes Ujian Kompetensi Dokter Indonesia. Setelah mendapatkan itu, baru Dinda bisa praktek dan benar-benar menjadi dokter,” jawab Dinda.“Memang untuk meraih cita-cita itu harus sabar dan penuh perjuangan, Din,” kata Wisnu, Ayah Dinda.Sejak kecil, ia memang ingin sekali menjadi seorang dokter. Dulu, ia sering main dokter-dokteran dengan sang paman dan beberapa kali Tristan meminta di periksa alat vitalnya kala itu. Dinda yang masih kecil pun hanya memegang dan memijat seperti arahan sang paman tanpa mengerti maksudnya.Tak lama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status