Share

Nina Aulia

last update Last Updated: 2021-08-06 21:59:52

"Matt.” Panggil Mike yang melihat sahabatnya terus menegukkan minuman ke tenggorokan.

“Jangan mabuk, Matt!”

Harry pun memperingatkan sahabatnya itu. Pasalnya Matt pria paling ribet jika mabuk, ia akan banyak bicara dan sangat menyusahkan.

“No, aku tidak mabuk.” Ucap Matt.

“Kau memang tidak boleh mabuk. Bukankah malam ini, kau ingin ke rumah besar keluarga Osborne?” Tanya Mike.

Mereka berbicara dalam bahasa Inggris.

“Hmm.” Jawab Matt singkat.

Ia memang belum mabuk sepenuhnya, hanya sedikit berat di bagian kepala.

“Sepertinya, kau mabuk Matt. Lebih baik kau ke apartemenku.” Kata Harry yang kini sudah menjadi dosen di sebuah universitas ternama di London.

Pria berkacamata itu hendak membantu Matt untuk berdiri.

“Come on, Harry. Aku tidak mabuk.” Kata Matt yang berdiri sendiri saja sampai terjatuh-jatuh.

“Seperti ini kau bilang tidak mabuk? Apa kata kakakmu, jika mereka melihatmu seperti ini.” Tegas Mike.

“Oke, bawa aku ke toilet.” Ujar Matt.

Lalu, kedua sahabatnya membawa Matt ke tempat yang ia tuju. Di sana, Matt mencuci wajahnya. Ia mencoba menetralisir alkohol yang telah ia minum. Sesekali ia menegakkan kepalanya ke atas. Sungguh hidupnya tidak punya warna sama sekali. Ia seperti bosan dengan semuanya. Ia coba meyakinkan hati untuk tidak iri saat berada di kediaman mewah keluarga Osborne itu. ia harus mempersiapkan diri agar tidak iri dengan sang kakak yang telah menemukan kebahagiaannya. Ia pun tak ingin terlihat lemah di hadapan sang kakak.

Matt mencuci lagi wajah dan sedikit mengusap rambutnya dengan tangan yang basah.

“Kau sudah lebih baik?” Tanya Harry.

“it’s ok.”

“Good.” Jawab Harry, yang langsung di angguki Mike.

“Kalau begitu, aku antar kau pulang.” Ucap mike.

Kemudian, mereka keluar dari toilet itu dan beralih ke kediaman Osborne. Mike menyetir mobil itu dan mengantar Harry hingga apartemennya. Lalu mobil itu melaju ke kediaman Osborne.

Sesampainya di sana, Matt turun. “Thanks, Mike.”

“Oke, kau sudah sangat baik?” Tanya Mike lagi.

“Sangat baik.” Jawab Matt dan keluar dari mobil itu. Ia sengaja tidak membawa mobilnya.

Perlahan, Matt masuk ke dalam rumah itu. rumah yang biasanya sepi, kini sangat ramai, hingga suara tawa terdengar dari luar pintu utama.

Di dalam rumah itu, David dan keluarga istrinya sedang mempersiapkan makan malam bersama. Sepeninggal Jason, David perginke Bali dan bertemu dengan teman kuliahnya yang berasal dari Indonesia. Lalu, ia kepincut dengan teman istri sahabatnya. Walau perjalanan cinta David pun tak semulus jalan tol. Namun, akhirnya ia berhasil mempersunting gadis asal Malang yang bernama Sari. Saat ini, ia pun sudah memiliki putrab berusia delapan bulan.

“Hai, apa kabar semua? Wow, rumah ini terlihat ramai, tidak seperti biasanya yang sepi seperti kuburan.” Ucap Matt dengan wajah yang sedikit banyak memiliki wajah yang mirip dengan sang kakak.

Tiba-tiba Matt sudah ada di ruang keluarga tanpa permisi atau salam.

“Dia adikku, Mattew.” Ucap David pada istrinya yang dan kedua orang tua Sari yang bernama Teguh dan Ratih. Kebetulan mereka juga di ajak sang kakak untuk datang ke negaranya.

“Kamu punya adik, Nak?” Tanya Ayah Sari pada menantunya. Pasalnya orang tua Sari tak pernah tahu, jika menantunya memiliki adik.

“Punya, Yah. Dia adalah anak dari istri Daddy yang kedua, setelah bercerai dari mommy.” Jawab David yang tidak menceritakan detail tentang keluarganya.

Mommy yang David maksud adalah Elvira, yang juga ada di ruangan ini.

David berbicara menggunakan bahasa Indonesia pada Sari dan keluarganya, juga pada Nina asisten rumah tangganya. Kemudian, kembali menggunakan baha Inggris pada Sam, George, dan Matt.

“Oh.”

Teguh membulatkan bibirnya, begitu pun Ratih.

“Ganteng juga sepertimu, Nak.” Sahut Ratih.

“Ibu.” Sari memperingatkan ibunya bahwa saat ini keadaan sedang tidak baik.

Walau Matt merasa dirinya baik-baik saja. Namun, yang melihatnya tahu betul bahwa dirinya tengah sedikit mabuk.

“Apa dia istrimu?” Tanya Matt yang langsung menghampiri Sari dan melihatnya dari ujung kepala hingga kaki.

“Jaga matamu! Jangan melihat istriku sepert itu!” Ucap David menghalangi Sari yang sedang berhadapan dekat dengan sang adik.

“Wow, beginilah kakakku, posesive sekali.” Ucap Matt.

“Jaga sikapmu, Matt! Jika kau macam-macam, aku tidak akan segan untuk--”

“Untuk membunuhku? Aku memang hanya seorang adik yang lahir dari wanita jalang, tapi aku tetap saudaramu bukan. Kita memiliki jiwa dari pria yang sama. Kita memiliki selera yang sama. Bukan begitu?”

“Matt.” Teriak Sam, mencoba menghentikan aksi Matt agar tidak membuat keluarga Osborne malu di hdapan keluarga istri sang kakak.

Matt pun masih waras. Ia tak akan menganggu istri David, walau ia pun menyukai wajah yang seperti itu. Ia juga sadar, jika malam ini adalah malam spesial. Ia tak akan merusaknya, karena ia pun memiliki rasa takut yang cukup tinggi pada sang kakak. Apalagi dengan trade record David sebelumnya yang cukup bengal dan brutal. Ia yakin, David akan lebih brutal jika miliknya di sentuh, sama seperti dirinya.

“Matt. Tinggalkan tempat ini!” Ujar George, berusaha melerai perseteruan adik kakak ini.

“Ini adalah rumah ayahku, berarti rumahku juga. Aku ingin menginap di sini malam ini, besok dan lusa. Aku juga ingin menyambut kedatangan keluarga kakakku. Apa itu salah?” Tanya Matt sambil mengerdikkan bahunya.

Semua terdiam. Apalagi Ratih dan Teguh yang tidak faham betul bahasanya dan kondisi yang terjadi. Ardi dan Nina juga.

Elvira, ibu kandung David yang telah di pertemukan secara tidak sengaja di Jakarta pun memilih menyibukkan diri dengan Melvin, putra pertama David yang masih berusia delapan bulan. Ia pun tak mau banyak berurusan dengan anak mantan madunya itu.

Sam bangkit dari duduknya dan menghampiri Mattew.

“Matt, jika kau menganggap kami keluarga. Maka bersikaplah seperti keluarga.”

“Oke.”

“Hai, aku Matt adik David.” Ucap Matt, sambil mengulurkan tangannya pada Teguh. Teguh pun membalas uluran tangan itu.

Kemudian ia melakukan hal yang sama pada Ratih, dan Ardi, adiknya Sari. Lalu, pada Elvira.

Matt sempat tersandung saat ingin menghampiri Elvira dan menyalaminya. Kebetulan di sana ada Nina, asisten rumah tangga yang mengasuh putra David dan membantu istrinya di rumah. Ia dengan sigap membantu Matt untuk berdiri. Matt menatap wajah wanita yang tengah membantunya berdiri. Nina pun tersenyum ke arah Matt. Senyum yang membuat jantung Matt berdesir. Matt menatap mata Nina dan sejenak tersihir oleh parasnya yang lembut dan manis.

Setelah Matt bisa berdiri tegap, Nina langsung duduk di kursi yang tadi ia duduki. Arah mata Matt selalu tertuju pada gadis Asia itu. Namun, langkahnya tetap lebih dulu tertuju pada ibu tirinya, ibu kandung David.

“Hai, Mommy El. Apa kabarmu?”

“Baik, Matt.” Elvira tersenyum.

“Hai David junior.”

Matt mencubit pipi Melvin, Putra David yang tengah di gendong Elvira.

“Hai, cantik.” Mat tersenyum pada Nina. Senyum manis dengan suara lebih lembut dari sapaannya pada yang lain dengan mengulurkan tangan seperti seorang pangeran yang tengah mengajak dansa sang putri.

Nina bingung. Ia melihat ke arah Sari dan Sari mengangguk, meminta Nina untuk menuruti pria yang ada di depannya itu. Sedangkan Ardi, sudah terlihat geram, karena Matt menggoda Nina.

“Saya Nina Aulia.” Jawab Nina dengan senyum yang manis.

“Oh, so beautyfull. Aku suka.” Matt memandang Nina dengan intens, membuat kedua bola mata Matt dan Nina bertemu.

Nina yang tak mengerti perkataan Matt pun, tetap tersenyum manis. Ia hanya menghargai Matt yang merupakan adik dari majikannya itu.

“Nina, kenapa pasang wajah seperti itu sih.” Gerutu Ardi dalam hati.

Ardi, adik Sari memang cukup dekat dengan Nina, karena setiap kali ia bertandang ke apartemen sang kakak di Jakarta, Ardi selalu di temani oleh Nina kemana pun. Dan, saat ini entah mengapa Ardi merasa cemburu, ketika Nina di goda oleh Matt, padahal di Malang, Ardi pun memiliki pacar sejak SMA.

“Sudah sesi perkenalannya. Sekarang Ayo kita makan, aku sudah sangat lapar.” Ucap George, mencairkan suasana yang menegang saat kehadiran Matt muncul.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penakluk Wanita   Pulang kampung

    Matt dan Nina berada di dalam mobil. Mereka hendak pergi ke Bandung untuk menemui orang tua dan keluarga Nina yag berada di desa itu.Sesekali Nina melirik ke arah Matt yang serius menyetir. Matt pun ikut melirik ke arah Nina, sesaat mereka saling berpandangan dan tersenyum.“Kenapa?” tanya Matt.Nina menggeleng. “Ngga apa-apa.”Matt mengeryitkan dahinya.“Aku tuh suka takut sama pria yang bertato.” Ucap Nina yang memang selalu melihat ke arah leher Matt yang terdapat garis berbentuk Z.“Keluargamu juga takut dengan pria bertato sepertiku?” tanya Matt.Nina mengangguk, tapi tetap tersenyum.“Tidak semua pria bertato itu jahat, Sayang,” ucap Matt.“Iya, tapi di tempatku itu desa banget. Tidak modern dan pastinya kamu adalah orang asing yang baru datang di desaku.”“Oh ya? Pasti seru,” ucap Matt santai.“Bye the way, kit

  • Penakluk Wanita   Aku ingin itu

    Pagi ini Dinda bersiap untuk kembali ke Bali. Ia tak melihat Tristan sejak semalam. Entah pamannya itu marah atau tidak padany, ia tak peduli. Untung, hari ini ia akan kembali ke Bali dan tak melihat pamannya lagi.“Ma, Tristan sudah berangkat?” tanya Melati pada ibunya saat di meja makan.“Sudah, dia berangkat dengan penerbangan paling pagi,” jawab Nenek Dinda.“Oh.”“Memang Om Trsitan kemana, Ma?” tanya Dinda ingin tahu..“Om mu sudah berangkat lagi ke Australia. Ternyata kantor pusatnya di sana, menarik dia kembali ke sana, karena teman yang menggantikan posisinya di sana kecelakaan,” jawab Kakek Dinda.Tristan memang berkuliah di Australia dan mendapatkan pekerjaan di sana. Sudah cukup lama Tristan bekerja di negara itu, hingga mendapatkan posisi yang bagus. Pernah ia mencoba untuk berhenti dari pekerjaannya dan ingin menetap di Malang saat Dinda lulus SMA, tapi akhirnya Tristan

  • Penakluk Wanita   Pipimu merah

    Matt mengendarai mobilnya hingga sampai di halaman rumah sang kakak. Di sana, sudah terlihat mobil David yang terparkir. Matt masih tersenyum mengingat betapa anehnya wanita yang baru saja ia antar pulang dari bandara.Setelah mematikan mesin mobil, Matt keluar dan mendapati Nina tengah bermain bersama Melvin dan Quinza di halaman rumah itu.“Melvin mana ya.. Quinza cantik.” Nina di tutup kedua matanya dengan kain dan berusaha menangkap Melvin dan Quinza yang sedang berlarian mengelilinginya.Matt tersenyum ke arah gadis lembut itu.“Ssstt.” Matt menutup bibirnya dengan jari telunjuk ke arah Melvin dan Quinza.Melvin dan Quinza hanya tertawa cekikikan tanpa suara, pasalnya Matt sengaja berjongkok agar Nina mengira bahwa dirinya adalah Melvin.“Nah, ya. Melvin ke tangkepetangkep.” Nina memeluk kepala Matt yang ia kira adalah Melvin.Matt merasa di atas angin, karena Nina memeluknya kepalanya erat sam

  • Penakluk Wanita   Benar-benar gadis aneh

    Dinda masih belum pulang ke Bali. Ia meminta izin pada Tasya dan rekan-rekannya yang ada di sana untuk bermalam dua hari lagi di Jakarta, karena hari ini ia mengantarkan Ardi untuk berangkat ke Florida.“Matt, Supir Mas David tidak bisa ke sini karena sedang mengantarkan klien. Bisakah kau mengantarku untuk mengantarkan Ardi ke bandara?” tanya kakak iparnya.Matt mengangguk. “Apa Nina juga ikut?”Sari menggeleng. “Dia menjaga anak-anak saja di rumah, sekalian memberi arahan pada pengasuh baru yang akan menggantinya nanti.”Matt kembali menganggukkan kepalanya.Tak lama kemudian, Matt mengganti baju dan bersiap untuk mengantarkan Sari menjemput keluarganya di Panti asuhan, lalu mengantar Ardi ke Bandara. Sementara di tempat yang berbeda, Dinda pun bersiap ke Bandara untuk melepas kekasihnya di sana.“Din, Mama tidak bisa menemanimu ke Bandara, karena mendadak mama harus menemani papa, saudara jauh pap

  • Penakluk Wanita   Babak pertama selesai

    David beserta istri dan anaknya melajukan mobil menuju Panti asuhan milik ibu David yang kini di kelola oleh orang tua Sari. sedangkan Matt, mengikuti mobil sang kakak bersama Nina.“Rumahmu di mana Nin?” tanya Matt pada Nina, kerena di mobil ini hanya ada mereka berdua.“Di Bandung. Tapi di Desanya.”“Bandung itu di mana?” tanya Matt lagi.“Di Jawa Barat, tempatnya sejuk. Nanti akan aku ajak kamu ke sana.”“Boleh, kapan?”“Apanya?” Nina tadi yang mengajak Matt ke kampungnya, tapi dia juga yang bingung jika ternyata Matt benar-benar akan datang ke sana. Pasalnya tadi, Nina hanya sekedar berbasa basi.“Ke rumahmu.”“Untuk apa?” tanya Nina.“Bertemu keluargamu.”“Untuk apa?” tanya Nina lagi.“Kamu maunya untuk apa? Melamar?” Matt tersenyum jahil.Sontak Nina terkejut. Seda

  • Penakluk Wanita   Jantung berdegup kencang

    Dinda bersama kedua orang tua dan Kakek Neneknya sedang menikmati makan malam.“Berapa lama kamu di Bali, Din?” tanya Baskoro, Kakek Dinda.“Kalau cepat dua tahun, Opa,” jawab Dinda.“Semoga cepat selesai ya, sayang. Terus kamu visa praktek di sini,” imbuh Risma, Nenek Dinda.“Belum, Oma. Perjalanan Dinda masih jauh kalau ingin praktek. Dinda belum ikut tes Ujian Kompetensi Dokter Indonesia. Setelah mendapatkan itu, baru Dinda bisa praktek dan benar-benar menjadi dokter,” jawab Dinda.“Memang untuk meraih cita-cita itu harus sabar dan penuh perjuangan, Din,” kata Wisnu, Ayah Dinda.Sejak kecil, ia memang ingin sekali menjadi seorang dokter. Dulu, ia sering main dokter-dokteran dengan sang paman dan beberapa kali Tristan meminta di periksa alat vitalnya kala itu. Dinda yang masih kecil pun hanya memegang dan memijat seperti arahan sang paman tanpa mengerti maksudnya.Tak lama

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status