Beranda / Fantasi / Pendekar Cahaya / Penelitian Di Agartha

Share

Penelitian Di Agartha

Penulis: Omesh
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-22 16:36:41

Sementara itu di sebuah ruangan pada gedung yang lain, ada seorang gadis usia 17an tahun yang memiliki wajah dan bentuk tubuh persis dengan Myra, hanya bola matanya berwarna kelabu, persis seperti mata John. Gadis ini bernama Kirani, dia tampak mengutak-atik sesuatu yang mirip burung gagak, yang tergeletak di meja di hadapannya.

“Tok tok tok” terdengar suara ketukan dari pintu ruangannya.

“Masuk! ... ” Kirani sedikit berteriak,

“Halo Kira, apa kabar, bagaimana kemajuan penelitianmu?” Orang yang masuk ternyata adalah John.

“Penelitian yang mana John? Robot-robot gagak ini?” tanya Kirani

“Bukan Kira, tapi mesin teleportasi, yang mengirim gagak-gagak itu” John menjelaskan maksudnya.

Kirani menunjuk sebuah tabung kaca seukuran orang dewasa di tengah ruangan sambil berkata “Sedang kusempurnakan lagi, sejauh ini hanya robot-robot gagak ini yang berhasil kupindahkan ke permukaan bumi, aku belum mencobanya pada makhluk hidup.”

John menanggapi, “Kita tertinggal jauh dari ayahku, beliau sudah 5 tahun yang lalu berhasil membuka tabir batas ruang dan waktu, sayang Kitab Langit tertinggal sehingga ayah terjebak pada masa lampau di permukaan bumi.”

Kirani atau yang biasa dipanggil Kira ini menjawab, “Menurutku tabir ruang bisa kita tembus dengan pengetahuan kita sekarang, aku yakin mesinku tak lama lagi bisa membuktikan hal itu. Tapi, waktu, sangat banyak faktor yang mempengaruhinya John. Misalnya anak yang baru saja datang dari permukaan bumi, bukankah dia itu keturunan dari ayahmu John, jika kita berhasil menjemput ayahmu, apa yang akan terjadi dengannya?”

“Entahlah Kira, berat rasanya kehilangan orang yang kita cintai” John menghela nafas teringat akan sosok ayah yang dicintai sekaligus dihormatinya, sementara ibunya sudah tiada, meninggal saat melahirkannya.

Kira termenung, dia teringat ucapan ayahnya saat di rumah tadi, “Kira serum ini tidak bisa menyembuhkan penyakitmu, engkau memiliki kelainan darah dan sumsum tulang belakang. Hanya dengan tenaga dalam yang tinggi seseorang bisa membersihkan sumsum tulang belakangmu dan sekaligus menukarkan darahnya dengan darahmu, hingga kau akan sembuh total.”

“Lalu apa yang akan terjadi dengan orang yang menolongku ayah,” Kira bertanya ingin tahu, karena dia menyadari ayahnyalah yang akan menyembuhkannya.

“Selama orang itu masih memiliki tenaga dalam yang cukup, dia akan baik-baik saja, kemungkinan terbesar penyakitmu akan pindah ke dalam tubuhnya, tetapi dengan tenaga dalamnya dia akan bisa bertahan.”

“Bagaimana bila tenaga dalamnya tidak cukup untuk bertahan ayah?” Kira terus mengejar.

Ayahnya hanya mengangkat bahu dan menggelengkan kepala dengan santai.

Percakapannya dengan John, membuat Kira tersadar, dia tidak mau menukarkan kesembuhannya dengan orang yang dicintainya.

“Hei Kira! Kau melamun ... “ Suara John mengagetkannya.

“Eh..oh.. tidak John aku ingin menanyakan padamu, apakah kau masih memiliki serum obatku?” Kira mencoba mengembalikan perhatiannya lagi.

“Tenang saja Kira, aku sudah mengembangkan serum super genetisku, dan karena serum obatmu adalah turunan dari serum superku maka aku yakin serum obatmu akan mampu menahan lebih lama kambuhnya penyakitmu.”

Kira tersenyum dan berkata, “John, John, tubuhmu sudah sekekar itu, apakah masih akan kau suntik dengan serum lagi?”

“Bukan untukku! Serum superku dibuat untuk Bayu. Lihatlah tubuhnya yang kurus kering itu, memprihatinkan sekali.” John tertawa membayangkan tubuh kecil Bayu.

***

Bayu menanyakan banyak hal kepada Myra, mulai dari sejarah Agartha sampai hal-hal kecil seperti menyalakan lampu dan pemanas air. Tak terasa John sudah kembali, “Bagaimana Bayu? Sudah pahamkah mengenai hubungan kita?”

Sambil tersenyum Bayu menjawab, “Iya John, atau seharusnya aku memanggilmu Kakek Buyut.”

“Ha ha ha ... sayang aku tidak bisa menjumpai ayahku, walaupun aku bisa ke negerimu tapi ayahku dan kita memiliki masa yang jauh berbeda, coba sekarang kau ceritakan sejarah negerimu Bayu, aku ingin tahu apa yang dilakukan ayahku di permukaan bumi.”

Bayu memejamkan mata, mencoba mengingat-ingat apa yang pernah diceritakan Ayahandanya dan juga Paman Nayaka tentang asal mula berdirinya kerajaan Antakara.

“Kerajaan Antakara didirikan oleh Raja Martinus yang ternyata adalah Tuan Martin ayahmu John,” Bayu memulai kisahnya.

“Pada saat itu semua penduduk di daerah di mana ibukota negeri Antakara sekarang berada menyembah seekor makhluk yang disebut ‘Naga’ karena kekuatannya sangat luar biasa. Penduduk secara rutin memberikan persembahan berupa hewan ternak mereka. Suatu saat ketika para penduduk sedang mengirimkan persembahan, mereka melihat di atas bukit sang Naga sedang memekik nyaring dan bergerak seolah-olah akan terbang ke angkasa tetapi kemudian menghilang, sebagai gantinya di atas bukit itu berdiri seorang laki-laki yang sangat gagah, dialah Raja Martinus. Cerita ini ternyata sesuai dengan cerita Myra saat tuan Martin berhasil menembus tabir ruang dan waktu. Dan sejak itulah Raja Martinus dianggap sebagai penjelmaan sang Naga. Rakyat juga semakin percaya karena kesaktian Raja Martinus saat itu benar-benar luar biasa, tak seorangpun sanggup menandinginya.”

“Bagus! Rupanya begitu kejadian yang dialami ayah di permukaan bumi.” John menepuk pahanya dan nampak antusias sekali mendengarkan cerita tentang ayahnya.

“Betul John, Raja Martinus dibantu beberapa orang penduduk yang juga memiliki ilmu cukup tinggi mulai meluaskan wilayah dengan menaklukkan suku-suku liar yang ada di sekitar itu hingga terbentuklah negeri Antakara saat ini.”

“Sebentar Bayu!” John memotong cerita Bayu, “Bagaimana dengan ibu tiriku, siapa yang menjadi istri ayahku di permukaan bumi?”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pendekar Cahaya   Epilog

    Di sebuah gua dekat air terjun, terlihat seorang yang mengenakan pakaian serba hitam hingga hanya matanya yang terlihat. Orang itu menggerakkan tangannya membentuk lingkaran. Dari lingkaran itu muncul cahaya dan kemudian bagaikan tabir yang terbuka, di dalam lingkaran itu menunjukkan sebuah ruangan lain yang bukan bagian dari gua itu.Orang itu melangkah melalui lingkaran yang bercahaya itu, memasuki sebuah ruangan yang cukup luas. Ruangan itu penuh peti yang tergeletak di lantai dan beberapa senjata yang tergantung di dindingnya. Orang berpakaian hitam itu mendekati sebuah pedang yang tergantung di dinding, menghunus pedang itu, tapi digantungnya kembali. Ia hanya mengambil sarung pedangnya. Lalu orang itu kembali melewati lingkaran bercahaya itu, yang langsung menghilang setelah orang itu melewatinya. Sedangkan di sebuah tempat yang dikenal orang sebagai bukit Tengkorak. Pada masa ratusan tahun setelah kejadian seseorang mengambil sarung pedang tadi. Di kamar sang Ratu penguasa bu

  • Pendekar Cahaya   Tewasnya Sang Pengkhianat

    Semua orang mengalihkan pandangannya ke luar ruangan, bahkan Nayaka yang posisinya terdekat dengan pintu langsung meloncat keluar. Tapi tak ada apa pun di luar istana, suasananya tenang-tenang saja. Nayaka sadar ini pasti tipuan licik Bagaskoro lagi. Ketika ia hendak memasuki ruangan kembali dilihatnya Bagaskoro sudah menyandera Raja Bhanu dengan mencengkeram lehernya.Nayaka membatalkan niatnya untuk masuk ke ruangan, ia berputar menuju pintu belakang istana. Sementara Bagaskoro mengancam semua orang akan membunuh Raja Bhanu.Sang Raja berkata pada Bayu, “Adi, aku dan ayahku sudah melakukan kesalahan padamu. Bunuhlah pengkhianat ini, jangan pedulikan aku, engkau yang berhak atas takhta ini.”Bayu ragu, ia mencoba memberikan penawaran pada Bagaskoro, “Bagaskoro lepaskan Kanda Bhanu, maka aku akan membebaskan Prastowo.”Bagaskoro tertawa, “Hahaha setelah itu kau akan menyerang dan membunuhku, kau kira aku tidak tahu niat busukmu.”Bayu menjawab, “Jangan kau anggap semua orang seperti

  • Pendekar Cahaya   Pertarungan Akhir

    Bagaskoro sangat geram, giginya gemeretuk menahan emosinya, “Aku tidak peduli, akan kubunuh semua orang yang ada di ruangan ini.” Mata Bagaskoro memerah, ia sudah kehilangan nalarnya, dihunusnya pedang pengisap bintang.Bayu segera mengeluarkan sarung pedang pengisap bintang dari selongsong timah hitamnya.Bagaskoro tidak terkejut, ia sudah menduga sarung pedang itu berada di tangan musuh-musuhnya. Tapi ia tidak khawatir, karena yang terpenting adalah tenaga dalam khusus saat pedang pengisap bintang digunakan. Bagaskoro menyerahkan pedang pengisap bintang pada Ki Lurah Gondomayit, dan disuruhnya untuk menjauh. Ki Lurah mengerti maksud Bagaskoro. Ia segera menjauh agar pengaruh pedang pengisap bintang tak terasa lagi. Bagaskoro berharap Bayu akan melemparkan sarung pedangnya agar tak terkena pengaruhnya. Tapi kali ini dugaannya salah. Bayu hanya memasukkan sarung pedang itu kembali ke dalam selongsong timah hitamnya. Bagaskoro tertawa, “Hahaha, ayo kita mulai.” Ia bersiap-siap denga

  • Pendekar Cahaya   Impian Yang Kandas

    Bagaskoro mengangkat tangannya, lalu berkata dengan suara lantang, “Terima kasih saudara-saudara. Aku hanya seorang diri tidak ada artinya tanpa dukungan kalian semua. Maka mulai sekarang marilah kita bersama-sama menciptakan suasana aman dan tenteram di dunia persilatan serta dengan setia menjadi penopang negeri yang kita cintai ini, Antakara.”Para penonton kembali bertepuk tangan dan berseru, “Setuju!!! Kami siap menerima perintah Ketua!”Bagaskoro sekali lagi mengangkat tangannya, “Untuk lebih menjalin keakraban di antara kita, aku mohon saudara-saudara jangan membubarkan diri dulu. Aku telah menyiapkan sebuah perjamuan untuk kita. Silakan dinikmati.”Di mana pun sebuah perjamuan selalu dinantikan dalam sebuah acara. Para penonton bersorak gembira, mereka merasa tidak salah mendukung Tuan Bagaskoro, yang ternyata sangat royal pada mereka.Di tengah keriuhan orang mengambil makanan, ada seorang prajurit yang baru turun dari kudanya dan berseru, “Di mana Tuan Penasihat! Cepat! Aku m

  • Pendekar Cahaya   Pemimpin Dunia Persilatan

    Keadaan menjadi gelap, lalu ‘Jboooooooom’ kilatan cahaya dari ledakan tenaga dalamnya menyilaukan mata semua orang, ketika mata mereka tertutup, tubuh mereka terpental disambar kekuatan angin panas dan bara api dari batu dan kerikil yang berhamburan menghajar mereka. Tak seorang pun yang masih bisa berdiri, Bhirowo yang terdepan merasakan pengaruh ledakan panas itu paling hebat. Ketika keadaan menjadi gelap Bhirowo tersentak, jelas ini bukan jurus sembarangan, tapi sudah terlambat, tubuhnya bagaikan masuk ke neraka, jeritannya menyayat hati, hilang sudah keangkuhannya, tubuhnya telentang melepuh dan mata terbelalak. Mulutnya masih sempat bergumam, “Jurus apa itu ...” sebelum nyawanya melayang meninggalkan raganya.***Di arena pertandingan, hari ke-tiga, dan ke-empat, Baroto berhasil menaklukkan lawan-lawannya. Setelah mengalahkan Tuan Dewangga dan Bayu di hari ke-dua, berturut-turut Baroto menundukkan Tuan Paskalis, Tuan Bimantoro dan Tuan Mahesa Ludira. Sekarang tinggal tersisa Tuan

  • Pendekar Cahaya   Kamera

    Raja Darpa terkejut, ada prajuritnya yang berani memukul Prastowo. “Hei, siapa kau?”Prajurit itu dengan tenang berjalan mendekati Raja Darpa. “Maaf Yang Mulia, nama hamba Bayu Narendra. Hamba adalah Pangeran Antakara. Yang Mulia sudah menyerang negeri hamba karena terpengaruh hasutan dari Bagaskoro dan putranya Prastowo. Tunggulah sebentar, teman hamba akan segera datang membawa buktinya.”Tak seberapa lama muncullah di tengah ruangan seorang gadis cantik bermata kelabu. Ia mendekati Raja Darpa. Sang Raja terkejut. Ia mengenali gadis itu. “Bukankah kau penyusup yang mencoba meracuni aku.”Kirani membungkuk hormat, “Nama hamba Kirani Yang Mulia. Saat itu hamba hanya berkunjung ke Buntala untuk mencari Prastowo, sama sekali tidak bermaksud meracuni Paduka.”“Lalu siapa yang menaruh racun dalam minumanku?” tanya sang Raja.“Dia!” Kirani menunjuk Prastowo.“Tidak mungkin, Prastowo menantuku, untuk apa dia mencoba meracuniku?” Raja Darpa tidak percaya pada keterangan Kirani.“Sabar Yang M

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status