Beranda / Fantasi / Pendekar Cahaya / Mendapatkan Kekuatan Fisik

Share

Mendapatkan Kekuatan Fisik

Penulis: Omesh
last update Terakhir Diperbarui: 2022-07-22 16:38:24

Bayu berpaling memandang John dan kemudian melanjutkan, “Pada awalnya sampai kerajaan Antakara berdiri Raja Martinus tidak pernah terlihat dekat dengan seorang wanita manapun, walaupun banyak sekali perempuan yang mengaguminya dan pasti dengan senang hati dijadikan istri atau hanya selir sekalipun. Baru setelah Raja Martinus berpikir untuk berhenti memperluas wilayah Antakara, beliau mulai memikirkan penerus cita-citanya yaitu seorang anak. Karena itulah beliau mengangkat putri dari seorang sahabatnya bernama Maheswari menjadi permaisurinya. Sepertinya hal inilah yang menyebabkan Raja Antakara sampai sekarang tidak pernah memiliki selir.”

John termenung, kekaguman pada ayahnya semakin bertambah setelah mengetahui betapa setianya sang ayah kepada ibunya.

“Lalu bagaimana dengan meninggalnya Bayu, apa yang terjadi?” John kembali bertanya.

“Raja Martinus meninggal dengan tenang di usia tua, beliau ditemukan tak bernafas lagi dalam keadaan bermeditasi.” Bayu berhenti sebentar menghela nafas lalu melanjutkan.

“Rakyat Antakara tidak pernah membicarakan bagaimana beliau meninggal tetapi lebih menarik menceritakan bagaimana beliau menjalani hidup.” Bayu mengakhiri ceritanya.

John mengangguk-angguk puas mengetahui apa yang diperbuat ayahnya di permukaan bumi.

“Nah Bayu, sekarang giliranmu menceritakan kisahmu sendiri, bagaimana engkau bisa mengunjungi tempat kami ini.”

Bayu mengambil minuman dari lemari pendingin lalu meminumnya, rasanya aneh, manis dan seperti ada yang meletus-letus dilidahnya. Kemudian dia memulai lagi menceritakan semua yang dialaminya sejak kudeta oleh pamannya dan pengkhianat Bagaskoro, sampai dia dibawa oleh Nayaka sesuai peta warisan Ayahandanya.

John mendengarkan dengan penuh perhatian, lalu menanggapinya, “Wah, sekarang kau memiliki tanggung jawab yang sangat besar Bayu, menyelamatkan Antakara dari cengkeraman angkara murka Bagaskoro, jangan sampai negeri yang dibangun dengan jerih payah ayahku hancur karena nafsu serakah seseorang.”

“Ya, tapi apa dayaku, aku tidak bisa keluar dari sini, dan tidak mungkin mengalahkan Bagaskoro dengan kekuatanku sekarang,” Bayu mengeluh putus asa.

“Jangan khawatir, aku memiliki sahabat kecil mungkin seumuran denganmu, tetapi dia seorang jenius yang sudah berhasil membuat mesin yang mampu memindahkan kita kemana saja ke tempat yang kita inginkan.”

“Benarkah?” Bayu menegakkan badannya kelihatan bersemangat, setelah tahu dia bisa kembali ke permukaan bumi, tapi tak lama lesu lagi, “Walaupun aku bisa kembali ke Antakara, tapi aku tetap tidak bisa mengalahkan Bagaskoro.”

John merasa kasihan melihat Bayu putus asa.

“Begini Bayu, meskipun aku tidak bisa membuka segel cakramu tapi aku bisa memberimu kekuatan yang lain. Serumku dapat meningkatkan kekuatan fisikmu melebihi batas normal hingga beberapa kali lipat kekuatan manusia biasa.”

“Berapa lama aku bisa mendapatkan kekuatan itu?”

“3 bulan. Besok aku akan mulai melakukan pemeriksaan ke tubuhmu, lalu memberikan suntikan serum dengan dosis yang disesuaikan kemampuan tubuhmu. Kemudian selama sebulan engkau harus melakukan latihan angkat beban serta lari untuk meningkatkan kekuatan dan kecepatan fisikmu. Proses ini diulangi pada bulan kedua dan ketiga,” Demikianlah dengan sabar John menjelaskan program peningkatan kekuatan fisik ini.

“Baiklah, aku siap menjalaninya John.”

Selama 3 bulan penuh Bayu menjalankan program latihan yang diarahkan oleh John. Terlihat perubahan yang sangat mencolok pada tubuh Bayu, yang awalnya kurus dan tampak lemah, saat ini menjadi kekar dengan otot-otot yang menonjol keluar, dan tubuhnyapun bertambah tinggi, sepintas lalu memang mirip dengan John.

Setelah cukup puas dengan hasil kerjanya pada Bayu, John menyarankan agar Bayu mulai mempelajari kitab bumi. Tanpa tenaga dalam, jurus-jurus dalam kitab bumi dilatih dengan mengandalkan kekuatan fisiknya.

Tampaknya bukan hal yang sulit bagi Bayu, dalam waktu 3 bulan semua gerakan jurus dari unsur-unsur yang tercantum dalam kitab bumi sudah dikuasainya, bahkan teori tentang cara pengolahan tenaga dalam pada setiap unsur juga dihafalnya.

Ketika dipraktekkannya gerakan-gerakan dari tiap unsur itu, dia merasakan perbedaannya.

Gerakan dari unsur tanah memiliki kuda-kuda yang kokoh kuat dengan gerakan tangan terbuka mirip seperti mendorong. Dengan kekuatan fisiknya saat ini angin yang ditimbulkan dari gerakan tangannya saja bisa membuat benda-benda ringan di sekitarnya beterbangan seperti daun-daun, debu dan pasir.

Gerakan unsur air. Dengan kuda-kuda ringan dan terus bergeser bagaikan aliran air. Demikian juga gerakan tangan yang bergelombang dengan 2 jari, telunjuk dan jari tengah mengacung berfungsi untuk menotok titik-titik saraf mematikan di tubuh lawan. Dengan kekuatannya sekarang Bayu mampu menotok selembar papan tebal hingga berlubang.

Gerakan unsur udara. Kuda-kuda sangat ringan bahkan mengambang. Pada unsur ini semua gerakan dilakukan sangat cepat dan ringan, pada unsur ini memang sepertinya khusus untuk gerakan mengelak dan menghindar. Posisi jari tangan seolah mencengkeram sesuatu, Bayu tidak mengerti apa manfaatnya, maka dianggapnya sebagai cakar.

Gerakan unsur api. Kuda-kuda mantap, dengan gerakan tangan yang ringan seperti perpaduan kuda-kuda tanah dan gerakan tangan udara. Posisi tangan awal mencengkeram saling berhadapan kemudian masing-masing menyerang ke bagian tubuh vital lawan. Dengan kekuatannya saat ini Bayu mampu mencengkeram hancur sebatang bambu.

Gerakan unsur logam. Baik kuda-kuda maupun gerakan tangan sangat kuat. Banyak sekali gerakan menangkis dan bertahan. Walaupun ada gerakan menyerang tetapi sangat sederhana dan langsung, seperti menusuk dan menebas, maka posisi tangan adalah terbuka dengan jari rapat.

Bayu sendiri merasa kaget, dia dapat mempelajari kitab bumi ini dengan cepat, walaupun tanpa tenaga dalam.

Dia ingin tahu apakah yang dipelajarinya sudah betul atau tidak, karena selama ini dia berlatih tanpa bimbingan guru, hanya Myra yang sering diajaknya berdiskusi membahas gerakan-gerakan yang dilatihnya.

Maka suatu ketika bertanyalah Bayu pada John, “Apakah saat ini di Agartha ada orang yang menguasai Kitab Bumi secara lengkap seperti tuan Martin dulu?”

John dengan cepat menjawab, “Ada, Ramos, setelah ayahku dialah orang di Agartha yang kemampuannya bisa disamakan dengan ayahku sebelum beliau mempelajari Kitab Langit.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pendekar Cahaya   Epilog

    Di sebuah gua dekat air terjun, terlihat seorang yang mengenakan pakaian serba hitam hingga hanya matanya yang terlihat. Orang itu menggerakkan tangannya membentuk lingkaran. Dari lingkaran itu muncul cahaya dan kemudian bagaikan tabir yang terbuka, di dalam lingkaran itu menunjukkan sebuah ruangan lain yang bukan bagian dari gua itu.Orang itu melangkah melalui lingkaran yang bercahaya itu, memasuki sebuah ruangan yang cukup luas. Ruangan itu penuh peti yang tergeletak di lantai dan beberapa senjata yang tergantung di dindingnya. Orang berpakaian hitam itu mendekati sebuah pedang yang tergantung di dinding, menghunus pedang itu, tapi digantungnya kembali. Ia hanya mengambil sarung pedangnya. Lalu orang itu kembali melewati lingkaran bercahaya itu, yang langsung menghilang setelah orang itu melewatinya. Sedangkan di sebuah tempat yang dikenal orang sebagai bukit Tengkorak. Pada masa ratusan tahun setelah kejadian seseorang mengambil sarung pedang tadi. Di kamar sang Ratu penguasa bu

  • Pendekar Cahaya   Tewasnya Sang Pengkhianat

    Semua orang mengalihkan pandangannya ke luar ruangan, bahkan Nayaka yang posisinya terdekat dengan pintu langsung meloncat keluar. Tapi tak ada apa pun di luar istana, suasananya tenang-tenang saja. Nayaka sadar ini pasti tipuan licik Bagaskoro lagi. Ketika ia hendak memasuki ruangan kembali dilihatnya Bagaskoro sudah menyandera Raja Bhanu dengan mencengkeram lehernya.Nayaka membatalkan niatnya untuk masuk ke ruangan, ia berputar menuju pintu belakang istana. Sementara Bagaskoro mengancam semua orang akan membunuh Raja Bhanu.Sang Raja berkata pada Bayu, “Adi, aku dan ayahku sudah melakukan kesalahan padamu. Bunuhlah pengkhianat ini, jangan pedulikan aku, engkau yang berhak atas takhta ini.”Bayu ragu, ia mencoba memberikan penawaran pada Bagaskoro, “Bagaskoro lepaskan Kanda Bhanu, maka aku akan membebaskan Prastowo.”Bagaskoro tertawa, “Hahaha setelah itu kau akan menyerang dan membunuhku, kau kira aku tidak tahu niat busukmu.”Bayu menjawab, “Jangan kau anggap semua orang seperti

  • Pendekar Cahaya   Pertarungan Akhir

    Bagaskoro sangat geram, giginya gemeretuk menahan emosinya, “Aku tidak peduli, akan kubunuh semua orang yang ada di ruangan ini.” Mata Bagaskoro memerah, ia sudah kehilangan nalarnya, dihunusnya pedang pengisap bintang.Bayu segera mengeluarkan sarung pedang pengisap bintang dari selongsong timah hitamnya.Bagaskoro tidak terkejut, ia sudah menduga sarung pedang itu berada di tangan musuh-musuhnya. Tapi ia tidak khawatir, karena yang terpenting adalah tenaga dalam khusus saat pedang pengisap bintang digunakan. Bagaskoro menyerahkan pedang pengisap bintang pada Ki Lurah Gondomayit, dan disuruhnya untuk menjauh. Ki Lurah mengerti maksud Bagaskoro. Ia segera menjauh agar pengaruh pedang pengisap bintang tak terasa lagi. Bagaskoro berharap Bayu akan melemparkan sarung pedangnya agar tak terkena pengaruhnya. Tapi kali ini dugaannya salah. Bayu hanya memasukkan sarung pedang itu kembali ke dalam selongsong timah hitamnya. Bagaskoro tertawa, “Hahaha, ayo kita mulai.” Ia bersiap-siap denga

  • Pendekar Cahaya   Impian Yang Kandas

    Bagaskoro mengangkat tangannya, lalu berkata dengan suara lantang, “Terima kasih saudara-saudara. Aku hanya seorang diri tidak ada artinya tanpa dukungan kalian semua. Maka mulai sekarang marilah kita bersama-sama menciptakan suasana aman dan tenteram di dunia persilatan serta dengan setia menjadi penopang negeri yang kita cintai ini, Antakara.”Para penonton kembali bertepuk tangan dan berseru, “Setuju!!! Kami siap menerima perintah Ketua!”Bagaskoro sekali lagi mengangkat tangannya, “Untuk lebih menjalin keakraban di antara kita, aku mohon saudara-saudara jangan membubarkan diri dulu. Aku telah menyiapkan sebuah perjamuan untuk kita. Silakan dinikmati.”Di mana pun sebuah perjamuan selalu dinantikan dalam sebuah acara. Para penonton bersorak gembira, mereka merasa tidak salah mendukung Tuan Bagaskoro, yang ternyata sangat royal pada mereka.Di tengah keriuhan orang mengambil makanan, ada seorang prajurit yang baru turun dari kudanya dan berseru, “Di mana Tuan Penasihat! Cepat! Aku m

  • Pendekar Cahaya   Pemimpin Dunia Persilatan

    Keadaan menjadi gelap, lalu ‘Jboooooooom’ kilatan cahaya dari ledakan tenaga dalamnya menyilaukan mata semua orang, ketika mata mereka tertutup, tubuh mereka terpental disambar kekuatan angin panas dan bara api dari batu dan kerikil yang berhamburan menghajar mereka. Tak seorang pun yang masih bisa berdiri, Bhirowo yang terdepan merasakan pengaruh ledakan panas itu paling hebat. Ketika keadaan menjadi gelap Bhirowo tersentak, jelas ini bukan jurus sembarangan, tapi sudah terlambat, tubuhnya bagaikan masuk ke neraka, jeritannya menyayat hati, hilang sudah keangkuhannya, tubuhnya telentang melepuh dan mata terbelalak. Mulutnya masih sempat bergumam, “Jurus apa itu ...” sebelum nyawanya melayang meninggalkan raganya.***Di arena pertandingan, hari ke-tiga, dan ke-empat, Baroto berhasil menaklukkan lawan-lawannya. Setelah mengalahkan Tuan Dewangga dan Bayu di hari ke-dua, berturut-turut Baroto menundukkan Tuan Paskalis, Tuan Bimantoro dan Tuan Mahesa Ludira. Sekarang tinggal tersisa Tuan

  • Pendekar Cahaya   Kamera

    Raja Darpa terkejut, ada prajuritnya yang berani memukul Prastowo. “Hei, siapa kau?”Prajurit itu dengan tenang berjalan mendekati Raja Darpa. “Maaf Yang Mulia, nama hamba Bayu Narendra. Hamba adalah Pangeran Antakara. Yang Mulia sudah menyerang negeri hamba karena terpengaruh hasutan dari Bagaskoro dan putranya Prastowo. Tunggulah sebentar, teman hamba akan segera datang membawa buktinya.”Tak seberapa lama muncullah di tengah ruangan seorang gadis cantik bermata kelabu. Ia mendekati Raja Darpa. Sang Raja terkejut. Ia mengenali gadis itu. “Bukankah kau penyusup yang mencoba meracuni aku.”Kirani membungkuk hormat, “Nama hamba Kirani Yang Mulia. Saat itu hamba hanya berkunjung ke Buntala untuk mencari Prastowo, sama sekali tidak bermaksud meracuni Paduka.”“Lalu siapa yang menaruh racun dalam minumanku?” tanya sang Raja.“Dia!” Kirani menunjuk Prastowo.“Tidak mungkin, Prastowo menantuku, untuk apa dia mencoba meracuniku?” Raja Darpa tidak percaya pada keterangan Kirani.“Sabar Yang M

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status