Share

-26-

Sejak kembali dari lapangan untuk menonton pertunjukan reog siang itu dada Rose terus berdentam-dentam setiap kali mengingat wajah Endaru. Waktu yang berlalu semakin meneguhkan perasaannya. Senyum terus terkembang di bibir belah Rose yang semerah ceri. Kadang kala dia menyalahkan diri sendiri. Perempuan itu menjadi lebih sensitif saat bayangan senyum warok muda itu berganti dengan wajah dingin Crussoe—suami yang terpaksa dinikahinya.

“Dit is verkeerd! Ik ben een respectabele vrouw. Ik moet geen aandacht schenken aan andere mannen dan aan mijn man.”[1]

Seiring berakhirnya musim panen, lapangan kademangan juga kembali lengang. Setiap akhir pekan Rose berkuda dan memeriksa ke sana meski tahu hanya akan ada rerumputan dan ilalang yang mulai meninggi. Dia berharap melihat Endaru tetapi yang tersapu mata adalah sekawanan ternak yang tengah memamah biak.

Suatu hari Rose tersesat hingga ke padang gelagah di perbatasan hutan ja

Locked Chapter
Continue to read this book on the APP

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status