Hari yang dinanti pun tiba. Rombongan Klan Iblis Tanduk api berangkat satu hari menjelang pertandingan. Berkat pelatihan Bima, banyak pendekar Klan Iblis Tanduk Api meningkat pesat. Bahkan Raja Baka naik hingga ke tahap akhir Ranah Keabadian. Mereka mengendarai kereta kuda menuju ke tuan rumah, Klan Iblis Penggoda. "Yanshi, sekarang aku tak akan merasa sungkan lagi kepada keluargamu, berkat saudaraku semua berjalan dengan sangat baik," kata Raja Baka kepada istrinya yang bernama Yanshi. Yanshi tersenyum. "Berkat dia juga aku tidak harus mati setelah putra mahkota lahir, dia bagaikan seorang Dewa Penolong," sahut Yanshi. Raja Baka tersenyum. "Aku sendiri sudah kagum padanya sejak pertama bertemu dia. Waktu itu aku hampir saja mati oleh Abiseka. Dia menolong ku, bahkan memberikan kekuatan Abiseka padaku, saudara Bima memang seorang penolong," kata Raja Baka. Mereka berdua saling tersenyum. Bima meraih tangan Ratu Azalea. Mereka saling berpandangan. "Nanti saat kita di dunia ma
Para wanita iblis berpakaian tipis itu membungkuk hormat saat Raja Baka dan Ratu Yanshi memasuki gerbang Klan Iblis Penggoda. Klan yang seluruhnya di huni oleh wanita itu adalah tempat para Iblis Tanduk mencari kesenangan. Terutama mereka yang tidak mendapat jodoh di klannya sendiri. Saat Bima dan Ratu Azalea melewati mereka, semua mata memandang takjub. "Pria itu sangat gagah! Bahkan lebih gagah dari Raja Baka!" puji seorang Iblis Penggoda. "Lihat tanduknya, sungguh sangat kokoh dan kuat! Pasti dia sangat hebat di atas ranjang!" Ratu Azalea yang mendengar itu menunduk dengan wajah merah. Para Iblis pria yang melihat Ratu Azalea beramai-ramai memandangi wanita cantik jelita tersebut. Kedatangan Ratu Azalea sungguh membuat Klan Penggoda gempar. Lantaran kecantikannya tak ada yang menandingi. Seorang Iblis Tanduk Hitam mencoba mencolek tubuh Ratu. Namun belum juga tangannya sampai, tangan Iblis itu tiba-tiba terbakar hebat. Iblis Tanduk Hitam itu menjerit minta tolong. Bima mena
"Tentu saja," sahut Raja Baka. Raja Iblis Merah menatap dengan sinis. "Mana pendekar yang akan menjadi wakil Klan mu? Aku ingin melihatnya," kata Raja Iblis Merah. Raja Baka menoleh ke belakang. Bima mengangguk. Dia segera berjalan bersama Ratu Azalea menuju ke depan mendatangi Raja Iblis Merah dan Ratu Iblis Penggoda. "Saya Bima, yang akan mewakili Klan Iblis Tanduk Api," kata Bima sambil sedikit membungkuk memberikan hormat. Raja Iblis Merah menatap Bima beberapa saat lamanya. Lalu matanya melirik Ratu Azalea yang selalu mendampingi Bima. "Pasangan yang serasi, tapi, bukankah wanita ini adalah seorang manusia?" tanya Raja Iblis Merah. Bima mengangguk. "Namun dia bukan manusia biasa, usianya mungkin lebih tua darimu Raja Iblis Merah," kata Bima. "Hoho, panggil saja aku Raja Soka,hmmm... Kau bilang lebih tua dariku? Memang berapa usia manusia ini?" tanya Raja Soka. Bima tersenyum. "Usia istriku lebih dari dua ribu tahun," kata Bima dengan tenang. Semua terperanjat kecuali
Keesokan harinya semua Iblis tertuju pada satu tempat. Yaitu arena pertarungan yang di beri nama arena kematian. Arena itu besar dan luas. Berada di tengah danau buatan. Para penonton berada terpisah dari arena. Danau tersebut berisi siluman air yang akan memakan siapa saja peserta yang jatuh ke bawah sana. Bima duduk di bangku peserta bersama puluhan peserta lainnya. Sementara Ratu Azalea duduk bersama Ratu Yanshi dan deretan tamu terhormat lainnya. Moderator dari Klan Iblis Penggoda terbang mengendarai burung merak raksasa. Merak adalah lambang keindahan. Sama halnya dengan keindahan yang ada pada Klan Iblis Penggoda. Merak itu berputar mengitari gelanggang yang terpisah dengan tribun penonton tersebut. "Turnamen bela diri untuk memeriahkan pernikahan tuan putri Yanshi akan segera dimulai! Peraturan pada turnamen ini cuma satu seperti biasa. Hidup atau mati. Segala cara dan kekuatan di perbolehkan di dalam gelanggang Arena. Ingat! Danau ini dihuni siluman peliharaan Klan kami,
Pedang Darah milik Bima bergerak cepat menebas Balakosa. Namun Bima terkejut melihat seringai di bibir Balakosa. "Kamu pikir aku akan kalah semudah itu?" ucap Balakosa sebelum pedang Darah menebas dirinya. Tubuh Balakosa hancur menjadi debu ungu. Lalu secara perlahan tubuh itu kembali ke wujud Balakosa. "Hmm... Ilusi?" batin Bima. "Setelah kau menyentuh ilusi racun ku ini, kau akan merasakan seluruh sarafmu terkikis. Lalu, kau akan mati rasa dan tak bisa bergerak. Hikhikhik, bukankah ini terlalu mudah bagiku?"Balakosa melesat ke arah Bima. Apa yang diucapkan Balakosa tidak salah. Bima mulai merasakan tubuhnya sulit digerakkan. "Apakah racun itu bisa menembus pertahanan api milikku?" batin Bima. "Sekarang matilah! Hahaha!" pedang Raja Ular milik Balakosa menusuk ke arah punggung Bima. Namun meski sulit bergerak, Bima masih bisa mengendalikan tenaga dalamnya. "Dinding Es!" teriak Bima. Sebuah balok es tebal muncul secara tiba-tiba dari dalam lantai menahan pedang milik Balakos
"Mari dibunuh!?" tanya Bima. "Benar, aku sendiri tidak tahu secara langsung. Hanya saja kabarnya merebak hingga seluruh penjuru benua besar, namanya sangat terkenal, hingga kematiannya pun menjadi hal besar di dunia," kata Iblis Es. "Bagaimana Raja Ular bisa dibunuh?" tanya Bima. "Menurut pendapatku, yang membunuhnya adalah muridnya sendiri, dia adalah leluhur Iblis Racun. Aku bisa melihat ciri dari Iblis racun yang kau hadapi, aku yakin dia bukan Iblis, melainkan manusia yang menjelma menjadi Iblis!" ujar Iblis Es. "Menjelma menjadi Iblis...? Apakah kemampuannya sama dengan milikku?" tanya Bima. "Bisa jadi itu adalah kemampuan yang diwarisi secara turun temurun. Kamu bisa tahu jika kau bisa mengalahkannya. Ajian Raja Ular ini bisa kau hadapi dengan Sembilan Kutukan Neraka, tak perlu khawatir, saat kau sudah menangkis serangan, gunakan pedang es untuk mengakhiri nya," ucap Iblis Es sambil tersenyum. "Seperti biasa, kau selalu penuh akal Iblis Es," puji Bima. Balakosa berteriak
Bima melangkah di lorong dengan wajah mengernyit kesakitan. Senjata rahasia Balakosa telah menembus tulang es miliknya. Meski racun itu tidak menyebar karena di tekan oleh hawa dingin, namun rasa sakitnya membuat hampir tak bisa menahannya. Di tengah jalan terlihat Ratu Azalea yang berlari menghampiri nya. Wajah wanita itu terlihat cemas. Apalagi saat melihat tangan kanan Bima yang berubah warna menjadi ungu. "Racun Raja Ular..." lirih Ratu dengan wajah khawatir. Raja Baka pun datang dengan wajah yang tak kalah cemas. "Saudara, kita pergi ke tabib klan dulu," ajak Raja Baka. Bima mengangkat tangannya dan menggelengkan kepala. "Lebih baik bawa aku ke ruangan untuk istirahat. Aku harus mengeluarkan racun ini," kata Bima. Raja Baka segera membawa Bima ke ruangan khusus tamu yang ada di istana Ratu Yanshi. "Raja, tinggalkan kami tak apa, jangan membuat Ratu Yanshi khawatir," kata Ratu Azalea. Raja Baka mengangguk. Dia pun pamit dan pergi meninggalkan Bima dan Ratu Azalea di kama
Setelah semalam beristirahat, kekuatan Bima benar-benar telah pulih. Ratu Azalea pun sudah kembali pulih setelah Bima memberikan pil jiwa kepadanya. "Ratu, saat terjadi pertarungan, jangan melakukan hal nekat seperti kemarin. Aku akan berusaha menahan kekuatan ku agar tidak terlalu berdampak kepada para penonton," kata Bima. Ratu Azalea tersenyum sambil menyambar tangan Bima. Mereka pun berjalan bergandengan tangan. "Lawanmu kali ini adalah ahli ilusi, apakah kakang sudah menyiapkan cara untuk melawan nya?" tanya Ratu Azalea. Bima menatap Ratu dengan dalam. "Tenang saja, ilusi bukanlah lawan yang terlalu berat. Meski aku belum tahu kekuatan sebenarnya dari lawan ini, tapi percayalah padaku aku akan baik-baik saja." jawab Bima. Ratu Azalea mengangguk sambil tersenyum. Bima merasa sejuk dan tenang melihat senyuman manis sang Ratu. "Iblis Tanduk Hitam yang bernama Lembu Ireng itu akan melawan Iblis Tanduk Emas bernama Buntala. Kira-kira menurutmu siapa yang akan menang saudara?" t
Bima sedikit terkejut mendengar kata-kata terkahir Iblis Es sebelum tertidur. "Guru dari Nyai Wingit?" batin Bima sambil menatap Nyai Wingit yang tergeletak di atas tanah.Dia mendekati wanita tersebut. Ternyata wanita tersebut masih hidup. Bima segera pasang kuda-kuda sambil menatap tajam ke arah wanita tersebut.Nyai Wingit terlihat kepayahan saat berdiri. Matanya menatap tajam kearah Bima."Bedebah...Bisa-bisanya aku kalah darimu..." umpat Nyai Wingit.Bima tersenyum lebar. Dia ingat tujuan utamanya adalah menangkap wanita itu mengekstraknya menjadi pil."Kau sudah tak bisa berbuat apa-apa bukan?" tanya Bima lalu bersiap mengambil ancang--ancang."Mau apa kau!?" teriak Nyai Wingit dengan wajah panik.Saat ini dia tak mempunyai kekuatan sedikit pun untuk melawan. Sedangkan Bima masih segar bugar."Menangkap mu," kata Bima dengan wajah terlihat sangat bahagia. Hal itu karena mata Bima melihat inti jiwa dari Nyai Wingit terlihat jelas. Hal itu dikarenakan kekuatan Nyai Wingit telah
"Cepat! sebelum terlambat!" ucap Ratu Azalea keras.Gerbang Hitam dan Gerbang Biru segera mengikuti Ratu Azalea keluar dari penginapan. Ternyata di luar keadaan sudah sangat kacau. Semua orang berlarian dengan wajah ketakutan. "Apa yang terjadi Ratu!?" tanya Gerbang Hitam.Dia melihat dari atas langit sebelah barat dan terlihat ribuan pedang es raksasa sedang melayang turun ke bumi. "Itu...bukankah itu kekuatan Pendekar Bima!?" tanya Gerbang Biru.Ratu Azalea tak menyahut. Dia mengeluarkan tombak emas miliknya."Jika aku tak bisa menahan ledakan kekuatan dari dua tenaga dalam itu, maka kita semua akan mati..." kata Ratu dengan wajah serius.Gerbang Hitam dan Gerbang Biru paham dengan keadaan saat ini. Mereka segera duduk bersila disebelah kanan dan kiri Ratu Azalea."Kami akan membantu. Tenang saja Ratu, kekuatan kami berdua bisa membentuk perisai yang bisa menahan serangan Dewa sekali pun!" kata Gerbang Hitam."Tak perlu banyak kata,cepat keluarkan perisai kalian! Dua kekuatan itu
Bima menatap Nyai Wingit yang terlihat baik-baik saja setelah bentrok kekuatan. Iblis Es yang menyadari sesuatu langsung tanggap dengan keadaan Nyai Wingit. Dia menduga di dalam tubuh Nyai Wingit ada sesuatu yang lain, yang melindungi tubuh asli Nyai Wingit.Mata Nyai Wingit bersinar terang. Bibirnya kembali menyeringai."Manusia, di dalam hatimu ada iblis jahat yang yang terpendam, jika kamu tidak segera menjauh darinya maka kamu akan ikut dia ke dalam neraka!" kata Nyai Wingit. Bima terkejut dengan suara Nyai Wingit yang seperti suara seorang pria."Apa urusanmu peduli pada diriku! Siapa kau!?" tanya Bima balik.Nyai Wingit tertawa terbahak-bahak. Suaranya memang suara seorang pria. Besar dan berat."Kau tanya siapa akku!? Apakah kau siap mendengarnya?" Bima menatap tajam. Iblis Es mengepalkan tinjunya. Dia bisa merasakan aura yang tidak asing dari sosok yang ada di dalam tubuh Nyai Wingit.."Tak perlu banyak berlagak, katakan siapa kau!?" tanya Bima dengan nada keras. Nyai Wingit
Blaaaarrrr!!!Ledakan dahsyat dengan hawa dingin yang luar biasa merebak. Nyai Wingit yang berada di udara tak bisa menghindar dari serangan tersebut. Tubuhnya langsung membeku setelah terkena serangan Ledakan Es.Namun Bimma merasakan Nyai Wingit masih hidup dan mampu bertahan dari serangan miliknya tersebut."Pantas saja Iblis Bayangan kalah darinya...Rupanya dia kuat dan sangat berbahaya...!" batin Bima.Dia segera memanfaatkan waktu tersebut untuk menolong Iblis Bayangan. Dengan satu lompatan,Bima telah berada di dekat Iblis Bayangan yang terkapar di bawah pohon. Untung saja Bima meredam kekuatannya sehingga Iblis Bayangan tidak terkena dampak dari serangan Ledakan Es miliknya."Hei, apakah kau masih hidup?" tanya Bima sambil mengguncang tubuh Iblis Bayangan. Mata Iblis tersebut terbuka. Dia menyeringai lebar. Bima sedikit merinding melihat luka pada tubuh Iblis Bayangan."Bagaimana kau bisa terluka seperti ini?" tanya Bima."Dia sangat kuat...jurus ilusi milikku tidak berguna mel
Bima telah selesai mengekstrak tubuh Ki Sutan menjadi sebuah pil berwarna biru pucat. Aura dari pil tersebut cukup menyengat. Dia segera menyimpan pil tersebut ke dalam cincin nya dimana cincin itu tersimpan empat senjata dewa miliknya.Di saat yang sama Subali datang dengan membawa tubuh Ki Romo. Bima tersenyum summringah seperti melihat ikan segar. Iblis Es di dalam tubuh nya saling berpandangan dengan Iblis Tanduk Emas."Bima menjadi manusia yang lebih kejam dari kita para iblis..." kata Iblis Es."Dia mempunyai bakat alami seorang iblis, kita yang iblis malah masih berada dibawah manusia," sahut Iblis Tanduk Emas."Iblis bukanlah yang bertindak.Kita hannya menghasut mereka,namun manusia melakukan nya di luar perkiraan kita...""Kalau sudah seperti itu manusia melempar kesalahan mereka kepada kita para iblis," timpal Iblis Tanduk Emas.Dua Iblis itu tertawa. Bima hanya geleng-geleng kepala seolah hanya mendengar dua orang tua yang sedang berbincang di sore hari."Kamu boleh kembal
Tangan Darah mencoba bangkit berdiri. Meski dengan gontai dia berhasil berdiri kembali. Sekujur tubuhnya melepuh terkena serangan Petir Semesta milik Ki Romo.Sedangkan Ki Romo tak lebih baik dari Tangan Darah, setelah terpental keras tubuhnya malah justru melesat ke arah perisai emas milik Ratu Azalea.Saat tubuhnya menghantam perisai emas milik Ratu Azalea, Ki Romo merasa tubuhnya remuk dan terbakar.Beberapa saat lamanya dia tak bisa bangkit berdiri kerena tubuhnya tak bisa dia gerakan.Tangan Darah berjalan kearah Ki Romo dengan langkah perlahan. Wujudnya yang terlihat hancur menambah keangkeran sosok pengikut Bima tersebut."Harus dibunuh...harus dibunuh..." gumam Tangan darah.Ki Romo mencoba mengangkat tubuhnya. Namun tidak bisa. Kakinya telah patah setelah menghantam perisai emas milik Ratu Azalea."Bagaimana bisa disini terpasang sebuah perisai yang sangat kuat...?bahkan lukaku justru aku dapat karena menghantam perisai aneh ini...!" batin Ki Romo masih mencoba untuk bangkit
Tangan Darah terpental setelah menangkis serangan beruntun dari Ki Romo,salah satu dari Tiga Setan Emas.Ki Romo yang dibantu oleh enam pengikutnya berhasil sedikit mendesak Tangan Darah."Siapa makhluk menyeramkan ini? kalau melihat serangan yang dia lancarkan aku tidak merasa asing. Pukulan itu seperti milik seorang pemburu Harta Karun yang pernah ramai dibicarakan oleh Yang Mulia. Dia adalah Datuk Manggala! Orang yang pernah mengalahkan Ketua Pemburu Senyap, Panglima Kerajaan!" batin Ki Romo dengan wajah berubah sedikit pucat.Kejadian Datuk Manggala mengalahkan panglima Kerajaan adalah sebuah cerita lama. Sebelum para pendekar kerajaan berkembang pesat seperti sekarang.Datuk Manggala pernah di ajak oleh kerajaan untuk bekerjasama dalam mencari sebuah harta karun yang konon bisa membawa mereka keluar dari pulau kutukan tersebut.Namun seperti yang di duga,Datuk Manggala tidak mau bergabung dan memilih untuk mencarinya sendiri.Panglima kerajaan mengancam akan mengurung Datuk Mangg
Wujud Bima saat ini telah berubah menjadi wujud Balaraja. Sosok iblis dengan tanduk berwarna emas.Ki Sutan yang melihat perubahan wujud Bima terkejut. Dia tak pernah menduga jika lawannya dari tadi adalah manusia setengah iblis.''Jadi kau manusia setengah iblis? Tak disangka sama sekali ada manusia selain tuan Anggoro yang juga mempunyai kekuatan ibis,huh! tapi kau berbeda dengannya. Aku tak takut sama sekali pada iblis sepertimu!" umpat Ki Sutan.Bima tersenyum sinis. Matanya menatap tajam ke arah Ki Sutan."Aku tak peduli dengan ocehan mu itu! ayo kita lanjutkan lagi pertarungan kita!" teriak Bima lalu menancapkan Pedang Darah ke tanah. 'Jurus Bayangan Ganda!" seru Bima dalam hati.Pedang Darah miliknya bersinar emas.Dari dalam pedang itu muncul dua sosok yang menyerupai Bima. Keduanya langsung menyerang dengan cepat ke arah Ki Sutan. Terkejut dengan serangan dua bayangan yang menyerupai Bima tak membuat Ki Sutan lengah. Dengan jurus Tinju Semesta, Ki Sutan menyongsong serangan
Bima bangkit berdiri. Dia merasakan dadanya sesak setelah terpental jauh karena ledakan Tinju Semesta milik Ki Sutan. "Kekuatan yang sangat dahsyat, apakah ini kekuatan khusus miliknya?" batin Bima sambil menatap ke depan. Ki Sutan berjalan dengan seringai di bibirnya. Tubuhnya terlihat lebih besar dari saat pertama Bima melihatnya. "Bisa bertahan dari serangan Tinju Semesta milikku, aku akui, kau satu-satunya pendekar kelas atas yang bisa melakukannya," kata Ki Sutan memuji. Bima tak menyahut. Dia berusaha mengembalikan jalan napasnya yang sempat sesak. "Tapi, kau hanya beruntung karena tinju ku ini tidak mengenai wajahmu secara langsung... Jika tinjuku berhasil mengenai wajahmu, mungkin kepalamu sudah hilang..." Ucap Ki Sutan lagi. Bima menyeringai. "Jangan banyak membual, coba saja kau buktikan, apakah benar tinju mu itu sesakit yang kau katakan?" tantang Bima. Ki Sutan menggeram marah. Dia melebarkan kedua kakinya lalu mengeluarkan kekuatan sejati miliknya hingga tanah ber