Share

4.Warisan Pedang Darah

Penulis: Gibran
last update Terakhir Diperbarui: 2024-11-27 09:16:12

Tiga tahun pun berlalu dengan cepat. Bimasena telah menguasai semua jurus dan kekuatan tenaga dalam yang Pendeta Barata ajarkan. Latihan yang Pendeta Barata berikan cukup berat. Namun dia berhasil lulus setelah menyelesaikan latihan tahap akhir,atau tahap ke tiga.

Bimasena ingat saat dia awal mulai berlatih . Pendeta Barata menyuruhnya memotong kayu, mengisi air, dan mencari batu mulia. Kata Pendeta Barata, batu mulia tersebut bisa menyalurkan tenaga dalam. Dan harga batu mulia itu sangat mahal. Satu batu berwarna merah bisa menghasilkan ratusan tail emas.

Tahap pertama pun dia lalui selama satu tahun, hingga dia bisa memotong seribu potong kayu dengan ukuran yang sama persis. Latihan ini adalah soal keseimbangan. Dan Bima berhasil dengan sempurna.

Dia pun mengisi air dengan cepat bahkan sambil berlari.Kegunaan latihan ini adalah untuk memperkuat otot-otot lengan dan otot bahu serta kakinya yang nantinya akan di jadikan kuda-kuda saat bertarung. Semuanya harus kuat.

Latihan ini bertujuan untuk memperkuat tubuh Bima, karena saat pertarungan terjadi, otot dan kekuatan sangat membantu membuatnya tetap berdiri meski dalam keadaan lelah sekali pun.

Dan saat dia mencari batu mulia di tebing yang curam, dia akhirnya bisa melompat dari sisi tebing ke sisi yang lain dengan mudah tanpa takut terpeleset. Itu artinya Bima telah mampu mengatur keseimbangan tubuhnya dengan baik. Meski di awal latihan dia sering jatuh bahkan terluka. Namun berkat kegigihannya, dia berhasil menguasai keseimbangan tubuhnya.

Sebenarnya Pendeta Barata hanya beralasan tidak bisa mengambil batu mulia tersebut. Kenyataannya dia malah hanya sekali lompat untuk menggapai batu mulia yang berjarak delapan meter tersebut. Membuat Bima semakin ingin menguasai ilmu meringankan tubuh milik orang tua tersebut.

Setelah setahun berlatih fisik dan berhasil menguasai cara memotong dan melompat, Bima pun mulai berlatih jurus di latihan tahap kedua.

Bima berlatih banyak jurus, baik jurus tangan kosong maupun jurus pedang. Pada tahap ini Bima harus bekerja keras menghafal gerakan cepat gurunya. Karena si kakek berharap daya ingat Bima akan terasah dengan baik. Dengan membaca sekali lalu menguasainya, musuh mana yang akan kuat menghadapinya?

Ditambah sang guru hanya memberinya pedang kayu untuk berlatih. Bukan pedang asli seperti yang di harapkan Bima. Di tambah Bima mempunyai satu tugas yang sangat tidak masuk akal baginya.

Tugas itu adalah memotong sepotong kayu menggunakan pedang kayu.

"Itu sesuatu yang tidak mungkin kakek guru..." ucap Bima waktu itu.

Pendeta Barata tersenyum, lalu langsung memukul kepala muridnya dengan kayu yang dia bawa. Spontan Bima berteriak kesakitan. Kepalanya pun benjol seketika. Entah sudah ada berapa benjolan selama dia menjadi murid orang tua tersebut. Yang jelas hampir setiap hari dia mendapat jatah benjolan.

"Di dunia persilatan ini, hal yang tidak mungkin dan menjadi mungkin itu banyak. Perhatikan ini baik-baik!" ucap Pendeta Barata.

Lelaki tua itu lalu meletakkan satu kayu sebesar lengan. Dia menaruhnya di atas penyangga. Lalu dengan sekali gerak...

Prak!

Kayu patah menjadi dua. Namun hebatnya pedang kayu di tangan Pendeta Barata tidak patah ataupun lecet sedikit pun.

Bima ternganga melihatnya. Dia tidak percaya pedang kayu yang lebih kecil itu bisa memotong kayu sebesar lengan.

"Sekarang apa kau percaya setelah melihat ini? tugasmu adalah mencapai tahap dimana kamu bisa memotong kayu dengan pedang kayu," kata Pendeta Barata.

"Bagaimana kakek guru bisa melakukannya? apakah ada triknya kek?" tanya Bima.

"Tidak ada, aku hanya percaya, bahwa yang aku pegang bukanlah kayu, melainkan pedang. Itu saja," kata Pendeta Barata.

Bima terdiam. Namun sejak saat itu dia mulai berlatih dengan giat. Ribuan kali dia mencoba dan selalu gagal. Bukan kayunya yang patah tapi pedang kayunya yang patah menjadi dua. Dia pun berkali-kali membuat marah gurunya karena mematahkan pedang yang tak terhitung jumlahnya. Padahal semua itu gurunya lah yang membuat. Pantas saja orang tua itu marah dan kesal.

Pendeta Barata juga melatih pikiran Bima agar percaya pada apa yang di yakini nya. Jika sugesti nya mampu membuat sesuatu menjadi kenyataan, maka menjadikan kayu sebagai pedang bukanlah hal yang sulit. Tapi proses itu butuh waktu yang cukup lama.

Oleh sebab itu, Pendeta Barata menyarankan Bima untuk bersemedi dan mendapatkan kekuatan pikiran itu dari semedi tersebut.

Bima pun akhirnya sering melakukan semedi didekat sungai kecil di belakang pohon besar. Hingga akhirnya setelah setahun berlatih dengan keras, dia berhasil mematahkan kayu dengan pedang kayu yang dia gunakan. Bima tersenyum puas.

Pendeta Barata pun tersenyum bangga. Jurus pedang dan tangan kosong sudah, kekuatan pikiran juga sudah, akhirnya Pendeta Barata mulai melatih Bima ilmu tenaga dalam.

Latihan ini tidak mudah. Tapi karena Bima telah menguasai ilmu pikiran, dia bisa lebih cepat mendalami nya. Dalam setahun Bima harus berhasil menghancurkan batu besar dengan tangan kosong. Tugas yang bagi Bima mustahil namun lagi-lagi ditunjukkan oleh gurunya, bagaimana batu itu langsung hancur dalam sekali pukul oleh tangan orang tua tersebut.

"Intinya hampir sama saat kamu berlatih memotong kayu dengan pedang kayu. Kekuatan mu yang kamu keluarkan dari dalam perut kamu gabung dengan kekuatan pikiran. Yakin bahwa kamu bisa menghancurkan batu dengan tinju, maka kamu akan berhasil di tahap yang sempurna," kata Pendeta Barata.

Mendengar itu Bima pun bersemangat dan terus berlatih siang dan malam. Terbayang di kepalanya kehancuran Perguruan Julang Emas di depan matanya. Dan itu dijadikan sebagai acuan dia untuk berhasil menjadi pendekar hebat!

Hingga akhirnya setelah setahun berlatih ilmu tenaga dalam, Bima pun berhasil menghancurkan batu besar dengan tinjunya!

Tinjunya yang sudah dipenuhi dengan luka akibat berlatih sekarang benar-benar berhasil menghancurkan batu sebesar kerbau dengan sekali pukul.

Meski penuh dengan luka, kini tinju kanan dan kirinya sudah bagaikan tinju besi. Bahkan tameng besi pun bisa dia bengkokkan dengan tinjunya.

Hingga akhirnya tibalah saat dimana Pendeta Barata mengatakan tentang rahasia kehancuran Perguruan Julang Emas. Selama ini dia sudah mencari kabar tentang kehancuran Perguruan tersebut. Dia mencari informasi itu saat Bima sedang berlatih.

Setelah tiga tahun, dia berhasil mengumpulkan banyak berita yang baginya cukup mengerikan jika di ceritakan seluruhnya kepada Bimasena. Sang Kesatria Terakhir perguruan tersebut.

Dan Pendeta Barata juga akan mewariskan sebuah pedang milik miliknya yang telah lama dia simpan di dalam tanah. Dia menguburnya di dalam peti besi. Hari itu dia menggalinya lagi setelah berpuluh-puluh tahun lamanya terpendam di sana.

"Ini adalah Pedang Darah milikku yang akan ku wariskan padamu. Bijaksana lah saat memakainya.Karena saat kau mulai membunuh, kau tidak akan pernah berhenti menggunakan pedang ini," ucap Pendeta Barata sambil menyerahkan peti kayu berisi pedang dengan hiasan batu mulia berwarna merah di bagian pangkal pedang.

Bima menerimanya dengan pandangan mata takjub. Matanya tak lepas memandang tubuh pedang tersebut.

"Batu itu mengandung tenaga dalam. Dia cocok dengan tenaga dalam milikmu. Karena aku yang mencocokkannya. Ketika kamu mengaktifkan tenaga dalam mu, batu itu akan memberikan sinyal dengan warnanya yang akan menyala. Saat itulah pedang itu akan menemukan kehebatannya," kata Pendeta Barata lagi.

Bima menarik pedang dari sarungnya. Dia kagum melihat pedang yang terlihat gagah tersebut. Ada aura dingin yang keluar dari tubuh pedang.

"Pedang ini luar biasa..." kata Bima memuji.

Pendeta Barata tersenyum.

"Dia telah memakan lebih dari sepuluh ribu nyawa. Aku ingin tahu, berapa nyawa yang akan kamu tumbal kan untuk Pedang Darah ini." sahut Pendeta Barata.

"Apakah kakek guru sudah tidak ingin terkenal lagi kek? kekuatan kakek masih sangat hebat untuk berhenti menjadi pendekar," kata Bima.

"Aku berbeda denganmu yang masih muda. Kamu punya dendam, aku sudah bebas dari segala kekejian dunia persilatan. Jadi aku ingin hidup tenang. Aku hanya membantumu untuk menumpas kejahatan orang-orang di dunia ini. Itu saja," kata Pendeta Barata lalu menyeruput teh panasnya.

"Lalu, mengenai kabar klan yang menjadi otak di balik kehancuran Perguruan Julang Emas, apakah kakek guru sudah tahu sejak awal?" tanya Bima sambil memasukkan pedang kembali ke sarungnya.

Pendeta Barata mengangguk.

"Musuh mu bukanlah lawan sembarangan. Aku sendiri sangat terkejut setelah tahu kebenarannya, tapi agar kamu tidak terpengaruh oleh jawaban yang aku berikan, kamu bisa menggali sendiri berita dari tempat terbawah. Yaitu Perguruan yang ikut andil dalam mendukung penghapusan Perguruan Julang Emas," kata Pendeta Barata.

"Perguruan apa itu kek? Aku akan mendatanginya, dan mencari tahu kebenarannya," ucap Bima berapi-api.

"Perguruan itu adalah Perguruan Katak Merah. Dari sana kamu akan tahu siapa saja yang ikut andil dalam kejadian tiga tahun yang lalu," kata Pendeta Barata.

"Kenapa kakek guru tidak mengatakan langsung kepadaku siapa saja yang ikut dalam pembantaian itu?" tanya Bima sedikit kecewa. Pendeta Barata menatap sejenak mata muridnya.

"Kamu akan bingung setelah tahu jawaban dariku. Itu sebabnya kamu harus mencarinya sendiri agar kamu lebih memahami lawan-lawan mu. Kamu juga bisa memperhitungkan lawan-lawan mu dengan timing yang tepat.Dan seiring dengan perjalanan waktu, kamu akan tegar setelah tahu siapa sebenarnya musuh mu itu," ucap Pendeta Barata.

Bimasena mengangguk paham. Dia menatap pedang bersarung merah yang sekarang ada di tangannya.

"Perguruan Katak Merah...Aku akan meratakan nya," ucapnya dengan mata yang menyorot tajam.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    320. Maharaja Manusia (Tamat)

    Dewa Surya tertawa keras hingga menggema ke langit dan menggetarkan tanah. Tak ada yang bisa menghentikan kekuatan nya. Bima tergeletak tak berdaya. Ratu Azalea pun sama meski tidak terlalu parah. Arimbi bersandar di batang pohon sambil memejamkan matanya. Qing Long tak berdaya dan hanya bisa berdiri dengan terhuyung. Tangan Darah, Subali, Aryo, Birawa dan Meng Sui masih terkapar entah masih hidup atau sudah mati setelah beradu kekuatan dengan Dewa Surya. Ling Xia dan Dua Gerbang Penjaga masih sibuk bertarung dengan para pendekar Kerajaan. Setelah Batu Keramat harapan terkahir yang bisa mereka gunakan untuk memukul balik telah di hancurkan oleh Dewa Surya, mereka semua putus asa. Sementara Dewa Surya yang masih terlihat kokoh meski tubuhnya penuh dengan luka kembali terbang ke langit setelah menyambar tubuh Ratu Azalea yang berada tak jauh darinya. Wulan yang tadinya sempat mengira Dewa tersebut akan membunuh

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    319. Rencana terakhir Gagal

    Dewa Surya berdiri dengan pakaian compang camping. Beberapa luka di tubuhnya terlihat meski tidak sejelas luka pada bahu kanan dan punggung nya yang di akibatkan oleh serangan kuku Pancanaka.Matanya menatap penuh amarah ke arah Qing Long lalu ke arah Bima yang sedang dirawat oleh Ayu Wulan Paradista."Makhluk-makhluk rendahan tidak tahu diri... Beraninya kalian membuat ku murka..." umpat Dewa Surya lalu melayang ke udara. Qing Long menatap tak percaya ke arah Dewa Surya. "Bagaimana bisa dia masih sanggup mengeluarkan kekuatan setelah dihantam serangan kami bertubi-tubi...?" batin Qing Long. Mata Dewa Surya bersinar putih. Seluruh urat di tubuhnya menyembul keluar pertanda dia tengah mengeluarkan sesuatu yang sangat dahsyat. "Akan aku musnahkan...." Kedua tangan Dewa Surya terangkat ke atas. Sinar matahari yang terang semakin terlihat terang dan panas! Bima yang sudah cukup kuat untuk berdiri se

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    318. Ajian Jiwa Naga Langit

    Ki Mangkubumi pun tewas setelah terkena serangan Sinar Pemusnah Kegelapan milik Ratu Azalea tepat di kepalanya hingga hancur. Setelah membunuh Ki Mangkubumi, Ratu Azalea segera melesat ke arah benteng yang baru saja bergetar setelah di hantam tubuh Bima.Namun belum juga sampai di benteng tebal tersebut, terdengar ledakan keras dan benteng tersebut hancur. Sesosok tubuh terpental dan melayang ke rumah para petinggi kerajaan. Sosok wanita berpakaian putih itu jatuh di sebuah taman rumah keluarga bangsawan kerajaan.Beberapa hiasan taman hancur terkena hantaman tubuhnya. Ratu Azalea menyusul sosok yang tak lain adalah Arimbi. Saat Dewa Surya akan menghabisi Bima yang sudah tidak berdaya karena di hajar begitu rupa oleh Dewa tersebut, Arimbi segera datang menolong. Namun dengan mudah Dewa Surya memukulnya hingga tubuh Arimbi terhempas ke dinding benteng."Arimbi...!" seru Ratu Azalea terkejut.Arimbi tak menyahut. Darah keluar dar

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    317. Duel Melawan Dewa

    Bima tak bisa bergerak beberapa saat lamanya setelah tubuhnya di lempar oleh Dewa Surya dari pusat kerajaan hingga keluar kerajaan. Tubuhnya merasakan sakit yang luar biasa setelah menghantam tiga benteng besar dan rumah-rumah batu di kerajaan. Kini dia berada jauh dari kerajaan Angin Timur. Matanya melihat api yang membubung tinggi di atas kerajaan tersebut. "Dewa itu sangat kuat... Gila, dia hanya melempar diriku namun rasanya seperti di hantam gada raksasa," batin Bima. Terlihat satu cahaya kuning melayang di atas kerajaan. Lalu banyak titik cahaya berkilau terlihat melesat ke arah Bima. Semakin lama, cahaya tersebut semakin terlihat jelas. Dan setelah tahu cahaya apa yang datang ke tempat Bima, pemuda itu terkejut lalu segera mengeluarkan sayap es milik nya. "Dewa gila! Dalam keadaan terluka pun masih bisa mengerahkan kekuatan segila ini!" Bima melompat ke udara dan menjauh dari tempatnya berada sebe

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    316. Kemunculan Dewa Surya

    Arimbi dan pasukannya yang tengah bertarung di tembok sebelah luar menatap ke arah langit di atas kerajaan Angin Timur tersebut."Aura yang sangat kuat terpancar dari dalam kerajaan...Ada apa di dalam sana?" batin Arimbi.Pasukan dua kerajaan yang tengah menggempur benteng dari arah selatan dan barat pun semua merasakan aura yang mengerikan menyeruak dari dalam kerajaan.Ki Mangkubumi berteriak kencang. Dari atas langit semua awan menyingkir sehingga cahaya matahari menerangi kerajaan dengan lebih terang. Bersamaan dengan itu muncul satu sosok bercahaya terang dari dalam tubuh Ki Mangkubumi.Sosok itu berwujud pemuda tampan dengan aura cahaya membungkus tubuhnya. Di sebelah kanan keningnya sebuah tanduk putih berkilau tumbuh. Di belakang tubuhnya sepuluh bola bercahaya terang melayang.Kelopak matanya yang terpejam terbuka secara perlahan. Bola matanya berwarna kuning terang. Senyum tipis menghias bibirnya."Ternyata

  • Pendekar Iblis (Warisan Iblis Tanduk Api)    315. Lawan Terkuat

    Anggoro merasa kesal karena keberadaannya tidak di anggap. Tebasan pedang tadi hampir mengenai sasaran. Namun Bima dan gurunya bergerak cepat menghindar.Saat itu juga Barata segera meluncur ke arah Anggoro melakukan serangan cepat. Anggoro bahkan tidak dapat melihat kecepatan gerakan Barata. Pedang hitam di tangan Barata menebas bahu Anggoro menyilang hingga ke pinggang.Bima takjub melihat kecepatan gurunya. Dia pun segera membantu Ratu Azalea yang tengah bertarung melawan Ki Mangkubumi.Anggoro tergeletak di atas lantai arena. Namun beberapa saat kemudian dia bangun dan lukanya telah pulih kembali."Bagaimana mungkin lukanya langsung pulih tanpa melakukan apa pun!? Bahkan kecepatan pulihnya lebih mengerikan jika di banding dengan ilmu Ganti Rogo..." batin Barata.Anggoro menyeringai lebar."Jadi di dalam tubuhmu pun ada kekuatan Iblis Neraka sama sepertiku," ucap Anggoro.Barata tersenyum kecil."A

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status