Share

1321. Part 21

last update Terakhir Diperbarui: 2025-07-12 01:01:10

Pandangan mata Baraka segera tertuju ke arah tangan orang tersebut. Tampak Cincin Manik Bidari melingkar di jari tengah pada tangan sebelah kanan. Mata cincinnya yang berwarna putih intan itu tidak terlihat karena cara memakainya dibalik.

Mata cincin itu ada dalam genggaman. Karena dilihatnya Pak Tua itu tenang-tenang saja, maka Baraka pun menjaga sikap agar tetap tenang. Suling mustikanya masih dipegang dengan tangan kiri, berdirinya tegak, sedikit renggangkan kaki, tampak gagah dan tegar. Jaraknya berdiri sekitar tiga tombak dari si pengemis bungkuk itu.

"Pak Tua, apa maksudmu menipuku dengan cara seperti ini? Kumohon padamu, kembalikan cincin pusaka tersebut padaku."

"Kewaspadaanmu sangat lemah, Anak Muda. Kecepatan gerakmu pun kurang bisa diandalkan."

"Jadi kau hanya mengujiku, Pak Tua?"

"Aku tidak sekadar mengujimu, tapi memang ingin menahan cincin pusaka ini!"

"Kusarankan jangan memancing kemarahanku, Pak Tua."

"Aku tak peduli k

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pendekar Kera Sakti   1323. Part 23

    "Apakah kesaktianmu tak mampu ungguli kesaktian gadis itu?"Bongkok Sepuh diam sebentar, matanya tetap memandang ke bawah, ke pertarungan antara Dara Cupanggeni dengan Kapak Iblis dan Setan Akhirat yang sudah dimulai walau baru secara kecil-kecilan saja. Mata itu menerawang dalam memandang, karena mulut Bongkok Sepuh berkata datar, "Sunti Rahim sebenarnya guruku sendiri.""Hah...!" Baraka jelas-jelas terperangah. "Ja... jadi usiamu dengan Nyai Sunti Rahim lebih tua dia?""Lima belas tahun lebih tua dariku," jawab Bongkok Sepuh. "Ilmu pengawet ayunya itulah yang membuatku jatuh cinta padanya ketika itu. Dia tokoh wanita yang sakti, mendapat warisan ilmu dari eyangnya sejak berusia tujuh tahun. Separo ilmunya sudah diturunkan kepadaku, tapi aku tergoda oleh Bibi Gurumu, dan akhirnya kami berpisah. Aku terpaksa berguru kepada tokoh sakti lainnya. Namun kesaktianku tetap saja tidak bisa mengungguli Sunti Rahim.""Kenapa waktu itu Sunti Rahim tidak melabrak Bi

  • Pendekar Kera Sakti   1322. Part 22

    "Maaf, Ki Bongkok Sepuh. Kulakukan karena kau memaksaku untuk adu kecepatan. Aku tak mau kau kecam seperti saat kau berhasil membawa lari cincin itu."Bongkok Sepuh manggut-manggut dengan senyum tuanya. Terdengar suaranya yang pelan berkata, "Aku harus mengakui keunggulanmu yang melebihi gerakanku.""Aku tidak butuh pengakuan itu. Aku hanya butuh cincin pusaka itu.""Akan kuberikan setelah kau selesai mengatasi persoalanku. Ada baiknya kalau kau jangan bergerak lebih cepat dariku, supaya kau tahu arah yang kutuju nanti, Anak Muda!"Begitulah awal jumpa Baraka dengan si Bongkok Sepuh. Rupanya Bongkok Sepuh membawa Pendekar Kera Sakti ke sebuah perbukitan cadas. Tanahnya keras walau ditumbuhi pepohonan yang tak terlalu rindang. Di situ banyak tebing-tebing cadas yang tegak lurus namun tidak dalam. Masih memungkinkan dipakai melompat seseorang dari atas ke bawah.Pada salah satu bukit cadas yang menyerupai gundukan tanah tinggi itulah si Bongkok Sepuh

  • Pendekar Kera Sakti   1321. Part 21

    Pandangan mata Baraka segera tertuju ke arah tangan orang tersebut. Tampak Cincin Manik Bidari melingkar di jari tengah pada tangan sebelah kanan. Mata cincinnya yang berwarna putih intan itu tidak terlihat karena cara memakainya dibalik.Mata cincin itu ada dalam genggaman. Karena dilihatnya Pak Tua itu tenang-tenang saja, maka Baraka pun menjaga sikap agar tetap tenang. Suling mustikanya masih dipegang dengan tangan kiri, berdirinya tegak, sedikit renggangkan kaki, tampak gagah dan tegar. Jaraknya berdiri sekitar tiga tombak dari si pengemis bungkuk itu."Pak Tua, apa maksudmu menipuku dengan cara seperti ini? Kumohon padamu, kembalikan cincin pusaka tersebut padaku.""Kewaspadaanmu sangat lemah, Anak Muda. Kecepatan gerakmu pun kurang bisa diandalkan.""Jadi kau hanya mengujiku, Pak Tua?""Aku tidak sekadar mengujimu, tapi memang ingin menahan cincin pusaka ini!""Kusarankan jangan memancing kemarahanku, Pak Tua.""Aku tak peduli k

  • Pendekar Kera Sakti   1320. Part 20

    Baraka segera menuangkan wedang jahe yang dibawanya itu. Wedang dituang ke dalam tempurung yang juga dibawa-bawa oleh si pengemis ke mana pun perginya. Tiga kali Baraka menuangkan wedangnya ke tempurung itu, dan tiga kali si pengemis meminumnya dengan rakus."Kasihan sekali dia. Tampaknya sangat kehausan, sampai tiga tempurung agaknya masih kurang juga."Maka Baraka menuangkan wedang untuk yang keempat kalinya. Pengemis itu pun meminumnya kembali. Napasnya terengah-engah pertanda lelah meminum wedang keempat.Tetapi ketika Baraka berkata, "Badanmu pasti akan segar, Pak Tua. Apakah kau masih merasa haus?""Masih," jawab pengemis bungkuk itu. Maka Baraka menuangkan wedang ke dalam tempurung untuk yang kelima kalinya, keenam, ketujuh, kedelapan, dan seterusnya sampai akhirnya wedang dalam bumbung menjadi habis. Tinggal beberapa teguk saja yang tersisa."Masih adakah wedangmu yang tersisa?""Masih. Tapi... kurasa perutmu akan mbeledung jika terl

  • Pendekar Kera Sakti   1319. Part 19

    Wuuuttt...!Ia masih mampu bergerak cepat dan pergi membawa Lancang Puri. Rupanya ia menyimpan perahu di sebelah timur tebing. Di perahu itu terdapat tubuh Dewa Rayu yang masih terluka parah. Dengan perahu itu ia membawa pergi kedua orang tersebut ke Pulau Lanang, sementara Baraka segera membantu Angin Betina yang mulai sadar dan memegangi Kitab Lorong Waktu. Logo hanya diam saja, memandangi keadaan Angin Betina dengan wajah menampakkan kelegaannya.Sebenarnya Logo ingin ajukan usul untuk mengejar Nyai Gandrik, tapi belum-belum Baraka sudah berkata, "Biarkan dia lari. Siapa tahu dia jera dan tak mau menjadi pencuri lagi!"Angin Betina meraih pundak Baraka, lalu dibimbing untuk berdiri. Napasnya masih terengah-engah walau tak terlalu memburu. Kitab Lorong Waktu dicabut dari pinggangnya. Dipandanginya beberapa saat, lalu ia berkata kepada Baraka, "Aku akan minta pendapat Resi Wulung Gading dulu, bolehkah pelajari isi kitab ini sementara pemiliknya sudah dibunuh ol

  • Pendekar Kera Sakti   1318. Part 18

    Ternyata benda kuning emas itu adalah sekumpulan jarum beracun milik Lancang Puri. Rupanya Lancang Puri mendengar suara orang berlari dan ia mengikutinya sampai tempat tersebut. Jarum beracun ganas yang mematikan itu tak bisa dihindari lagi oleh Harimau Jantan. Tubuhnya mengejang dan dalam sekejap ia telah tumbang menjadi hangus seperti nasib kedua pendeta kakak-beradik itu. Semua pakaian dan goloknya juga ikut terbakar. Tetapi Kitab Lorong Waktu tetap utuh tanpa bekas hangus sedikit pun. Melihat Harimau Jantan mati hangus, Angin Betina segera menerjang mayat itu sebelum rubuh.Wuuutt...!Bresss...! Mayat itu terpental dan Kitab Lorong Waktu sudah berada di tangan Angin Betina.Lancang Puri berang. "Jahanam! Serahkan kitab itu!" teriaknya keras-keras.Angin Betina hanya memandang dengan mata galaknya tapi dengan senyum kemenangan. Sementara itu kitab diselipkan di sabuk hitam yang melilit pada pinggangnya. Pedang masih bersarung tetap digenggam di tangan

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status