Puncak putus asa terletak di pulau agak terpencil. Untuk mencapai ke sana, butuh tiga hari perjalanan dengan kuda, setelah itu menaiki sampan sampai separuh hari baru kemudian mereka akan sampai ke pulau.
Tidak semua orang yang berada di pesisir pantai mau mengawal sampai ke pulau itu, mereka menolak karena di wilayah pulau dikurung oleh banyak karang-karang tajam. Sion dan Limey harus mencari seseorang yang bersedia mengantar dan jago dalam menghapal jalan.
“Kalau ingin pergi ke pulau Putus Asa, kau bisa mengandalkan Maucian. dia seorang pelaut paling mumpuni di pesisir ini.” Terang seorang nelayan kepada Limey. “Hanya saja bayaran Maucian mahal.”
Limey memandang kea rah Sion, Sion yang mendengar keterangan tersebut mengangguk, lalu ucapnya. “Antarkan saja kami pada si Maucian itu.”
Si nelayan tersebut mengangguk lalu kemudian memberi isyarat pada kedua tamunya untuk mengikuti dirinya ke tempat si Maucian.
Sion
Tentu saja yang pertama kali menginformasikan hal itu adalah Limey, dan Sion dengan gerak lincah memukul-mukulkan tongkatnya ke tanah dan terus masuk ke dalam rumah. Limey masuk ke dalam gubuk yang berantakan, dan menemukan seorang laki-laki tua yang terluka parah.“Bagaimana perawakannya?” tanya Sion ketika Limey menginformasikan ada yang terluka.“Tua, jenggot dan alisnya panjang. Sion, bisa tolong aku mengangkatnya, aku nggak kuat!”Sion membantu Limey. Laki-laki tua itu dibaringkan di dipan reyot yang ada di ujung ruangan. Dipan itu sama berantakannya. Semua benda yang ada terserak dan berguling tidak beraturan. Buku-buku berantakan. Limey segera memeriksa keadaan laki-laki tua tersebut, pertama diperiksanya lengan nadi, tapi terkejut karena Limey merasa ada yang aneh pada tangan laki-laki tua tersebut. tubuh lelaki itu lumpuh, aliran darahnya sendiri terasa aneh. tidak normal.“Sion!” panggil Limey cepat.Si
Sion diam, kekesalan yang dirasakannya membuncah, Sion memukulkan tongkatnya pada kotak uangnya, kotak uang pecah berantakan dihantam imdok. Uang-uang Zeni berceceran, ketika melihat uang tersebut, Limey teringat Amon yang mata duitan, ada rasa aneh masuk ke dalam hatinya. di sini, di sebuah tempat di pengasingan yang sepi, puluhan juta Zeni bertebaran tanpa arti ketika seseorang kecewa kehilangan keinginannya.Limey mendekat, lalu kemudian memegang lengan Sion, dipandangnya Tabib Gila, “Tuan tabib, bagi Sion anda adalah harapan terakhirnya…” ucap Limey.“Maaf, aku tidak bisa menolongmu!” Tabib Gila menunduk. "Tangan dan kakiku sudah tidak bisa dipakai bekerja seperti dahulu. kalau saja aku sempat menurunkan kemampuan terakhirku pada seseorang, mungkin aku masih bisa sembuh." ucap Tabib gila dengan perasaan masgul.Ketika keadaan terasa demikian menyedihkan, mendadak Sion langsung memeluk Limey. Limey terkejut, Sion menggerakkan ta
menjelang tengah hari semua persiapan telah sempurna, Limey siap melakukan operasi pertamanya terhadap manusia yang masih hidup."Kau jangan khawatir Nak, aku akan menemani operasimu." ucap Sang tabib pada Limey."terimakasih kalau begitu." ucap Limey dan merasa lega.Operasi dimulai, dan berjalan selama lima jam. Sion telah dibius dengan opium. Perdarahan yang terjadi karena luka sayatan sudah bisa dinetralisirnya dengan obat yang diajari tabib. Limey sangat hati-hati untuk yang pertama, tabib Gila menemani. dengan duduk dikursi dia mengamati semua yang dilakukan Limey untuk mengawasi dan memberi arahan.Setelah semuanya selesai, Limey membebat keseluruhan mata Sion dengan kain kasa yang dirajut dari bahan halus yang bersih yang ada di alat pengobatan tabib Gila.gadis itu merasa lega, dia mencuci tangannya yang penuh darah dan lalu kemudian memeluk tabib gila sambil menangis."Kau hebat nak, kau hebat!" puji tabib gila.Limey menyek
Limey menyorotkan obor ditangannya pada kotak, dia pun sama penasaran apa isi kotak tersebut. kenapa sang tabib gila demikian berkeras untuk mereka menggali kotak tersebut. kalau isinya uang sepertinya tidak mungkin. tabib gila bahkan menolak uang puluhan juta Zeni yang ditawarkan Sion. apa sebenarnya isi dalam kotak itu.gadis itu menanti tidak sabar.“Buku?” tanya Sion setelah tangannya dikeluarkan dari kotak. pemuda itu mengeluarkan buku-buku yang sangat banyak dari dalam kotak.“Kitab kembar, itu adalah ilmu tentang obat-obatan yang sudah aku kumpulkan seumur hidupku, ada 10 jilid. Dan satu lagi, kitab paling langka, kitab phoenix, pasangannya sudah dicuri oleh muridku yang durhaka! Berikan kitab itu pada Limey!” perintah tabib pada Sion."Di dalam kitab itu ada berbagai macam penelitianku selama bertahun-tahun tentang obat-obatan, akupuntur, totok jari, kitab silat dan juga kita phoenix. kitab langka itu pasangan kitab Naga. b
Dua bulan setelah kesembuhan mata Sion, Limey sekali lagi berniat hendak melakukan operasi penyambungan urat syaraf milik Tabib Gila. Operasi yang membutuhkan waktu lebih lama dari operasi Sion. persiapan untuk hal tersebut juga lebih banyak.Berkat belajar dari kitab yang diberikan Tabib Gila, Limey lebih tahu bagaimana mempercepat penyambungan syaraf, obat untuk pemulihan dan juga cara untuk membuat syaraf bekerja dengan cepat.Kali ini Limey meminta Sion membantunya. Sion hanya cukup menjadi pendamping dalam operasi tersebut. Membantunya menyerahkan alat-alat yang dibutuhkan.“Untuk operasi sebesar ini, kita membutuhkan darah.” Ucap Limey pada Sion.“Aku akan memberikan darahku.” Kata Sion.Limey menggeleng, “Tidak bisa. Darahmu dan darahku sama, oleh sebab itu waktu operasimu kemarin, aku menggunakan darahku untukmu. Tapi tabib berbeda. Darahnya lain dengan kita.”“Lalu bagaimana caranya?”
Maucian membuang muka, lalu kemudian berkata pada Sion yang menawannya.“Kau ingin apa padaku? Membunuhku?”“Tidak, kami membutuhkan bantuanmu sekali lagi tuan kepala perompak. Bawa kami kemarkasmu.”“Untuk apa aku melakukan itu?! Apa untungnya bagiku.”“Tidak ada. Hanya saja aku menjamin nyawamu.” Jawab Sion.Maucian sesaat terlihat melirik ke arah Limey. Hal tersebut tak lepas dari perhatian Sion. Pemuda itu merasa perhatian yang aneh yang diperlihatkan pada Limey. Dia menjadi tidak suka dan merasa muak dengan sikap lelaki paruh baya tersebut.Maucian mendesah, lalu kemudian berkata, “Baiklah. Tapi, aku minta kalian juga tidak menyentuh semua anak buahku. Kalau kau bersepakat untuk hal itu, aku akan menuruti keinginan kalian.”Sion melirik ke arah Limey. Gadis itu mengangguk, lalu Sion mengambil tongkatnya, lalu kemudian berkata, “Baiklah kita sepakat.”S
Pada bulan ke 7 terjadi kehebohan di Ranah Sembilan. Pusaka dari partai bintang dicuri. Ini pencurian ke 4 di tiga titik perguruan, hal ini menimbulkan kehebohan tersendiri. Bulan ketujuh ini juga telah disepakati pertemuan dengan para pemuka 8 perguruan putih. Di hari itu langit cerah, matahari sesekali sembunyi di balik mega, lalu menyembul dan balik lagi. Seorang gadis dengan caping dan dua pedang sedang duduk di tepian hutan di bawah sebatang pohon. Dia membuka perbekalannya, mengambil satu roti dan mengigitnya. Perjalanan kali ini melelahkan, dan dia merasa bosan. Lalu ketika gadis bercaping tersebut sibuk mengunyah, beberapa bayangan melesat dan tiga orang laki-laki langsung berjejer di dekatnya. Gadis bercaping mendesah. “Kalian siapa?” tanya gadis bercaping. “Heh, tutup bacotmu. Kamu orang sudah melukai teman-teman kami!!” seru satu orang yang paling depan. Rambut orang itu panjang, ada kait cantik di rambutnya. Semuanya memakai seragam yang hampir se
“Kamu ikut makan juga?” tanya Bixi“Ya. Kenapa?”“Kau punya uang?”“Tentu saja punya.” Jawab Kinan.Bixi tersenyum senang, “Kalau gitu kau traktir aku!” seru Bixi.“Kamu juga punya uang kan?”Bixi cemberut, lalu kemudian mendekatkan tubuhnya ke dekat Kinan, “Uangku tinggal sedikit, tadi di pasar aku banyak beli mainan…” lalu kemudian dia kembali lagi duduk, nyengir, “Kau kan teman seperjalananku, jadi enggak masalah kan bayarin aku…”“Siapa yang jadi teman seperjalananmu!!”Bixi mengernyitkan keningnya, “Bukannya kamu yang mengikutiku. Kita jadi teman seperjalanan kan?”Kinan diam, merasa kesal sendiri. Benar juga, ngapain juga dia ngikutin laki-laki ini. Kinan segera menepuk dahinya sendiri, setengah menyesali tindakannya. Bixi melambaikan tangannya, meminta seorang pelayan datang.