Ketika mereka berjalan semakin masuk ke dalam hutan, mereka akhirnya tiba di sebuah tempat yang pemandangannya luar biasa Indah. Sekelompok pohon berdiri kokoh dan di tengah pepohonan itu tampak danau kecil. Kinan terperanjat karena melihat pemandangan luar biasa. Ada dua pondok satu di darat dekat pepohonan yang tumbuh besar dan tinggi, yang satu lagi di tengah danau. Pondok di tengah danau dibangun di atas batu-batu yang menjadi tiang penyangganya. Bentuk Pondok terlihat memanjang dan di desain indah. Lalu sekitarnya dia melihat air terjun kecil dan sebuah sungai kecil yang membelah tempat tersebut.
Ketika tengah terpukau sendiri memandang keindahan alam di hadapannya, Kinan tidak menyadari bahwa Bixi sudah melompat melewati danau dengan begitu ringannya seolah tengah berjalan di atas air. Mereka berdua menggunakan ilmu meringankan tubuh untuk bisa mencapai pondok di atas danau.
“Hi, Nona Kinan, mau sampai kapan kau terpaku begitu! tempat ini memang indah karen
“Hahahaha, pasti dia sangat cantik sampai kau terobsesi seperti itu—ceritakan padaku, lebih cantik dari Merope? Lebih centil dari Merope?”Gillian menggeleng, “tidak. Dia benar-benar perempuan berpikiran dingin. Cerdas, dan dia punya mata yang sungguh biru. Seperti birunya langit!!”deg!! Kinan terperanjat mendengar tuturan Gillian. Mata biru?! Mata yang hanya ada satu-satunya di dunia itu. Apa orang yang sedang dibicarakan lelaki bernama Gillian ini adalah perempuan yang sedang dicari Kinan selama ini. Memangnya berapa kemungkinan ada wanita lain yang memiliki mata yang sama seperti Limey?Bixi tertawa lagi, “Kau mengada-ada yang Gil, Mana mungkin ada orang yang memiliki mata berwarna biru! Kau ini aneh-aneh saja dik!” sergah Bixi sambil menggeleng kepala. memikirkan mungkin adiknya sudah setengah mabuk ketika bercerita tentang perempuan yang digilainya."Kau kira aku tidak bisa melihat kak. dia benar-benar memil
Kinan merasa risih diperlakukan dengan cara seperti itu oleh Bixi, digendong dengan posisi terbalik seperti itu. Rasanya Bixi memperlakukannya seperti sekarung beras, Karena merasa tidak enak, Kinan mencoba memberontak, namun Bixi dengan cara menyebalkan malah menepuk pantatnya sambil berkata.“diamlah! Aku tidak ingin kau jatuh ke dalam danau!” Lalu, ketika dirinya dan Bixi sudah sampai ke tepian, Bixi menurunkan dia yang langsung dilanjut dengan pukulan dari Kinan. Gadis itu mengarahkan tinjunya yang sudah dilapisi imdox.Melihat laju tinju tersebut, Bixi, dengan segera menangkis tinju Kinan, bahkan dengan segera tangannya di putar hingga tinju tersebut malah mengarah ke ruang kosong, dan dengan tangannya tersebut, Bixi mendesak Kinan sampai tubuhnya meluncur menuju danau.Kinan terkejut, tidak bisa menahan laju tubuhnya yang langsung meluncur, Kinan tidak sempat mencari tempat bertahan, pastinya dalam waktu sedetik saja pasti tubuhnya akan jat
Mau tidak mau Kinan merasa ngeri sendiri. Lelaki itu benar-benar seperti Zombie, yang tidak ada matinya walau tangan maupun lehernya sudah terpelintir tidak jelas. Manusia dihadapannya ini tidak bisa dibilang hidup. Bagaimana mungkin manusia seperti ini tidak merasakan sakit?!Kinan tidak membiarkan lelaki itu menyakitinya atau bertindak lebih jauh lagi. Dengan kakinya yang dilapisi imdok, ditendangnya lelaki itu hingga terpental menghantam gerbang yang berasal dari tumpukan tulang. Suara berdentamnya luar biasa, beberapa tulang jatuh, namun tulang yang lainnya tetap kokoh berdiri seolah menunjukkan bahwa gerbang itu terdiri dari tulang-tulang yang menyatu membentuk gerbang, dan bukan hanya sekedar tulang rapuh yang mudah hancur.Kinan berharap kali ini lelaki itu menyerah, atau dia terpaksa memenggal kepala lelaki itu. Tapi pemandangan dihadapannya terasa lebih aneh dan mengerikan. Lelaki yang kepalanya sudah setengah berputar, tangannya ya
Lelaki dengan bekas luka jahit di bibirnya itu segera mengeluarkan sesuatu dari tangannya, sebuah jarum panjang, seperi jarum akupuntur. Jarum itu lantas di tusukkan di sekitar dahi, telinga, dan kepala Kinan. Awalnya gadis itu hendak menggerakkan kepalanya, namun gelang belenggu yang mengikat kepala Kinan menghalangi gadis itu untuk menggerakkan kepalanya."Sialan! Apa yang kau lakukan padaku."Lelaki berpunuk itu menyeringai, "ini untuk kebaikanmu nona. Tusuk-tusuk jarum ini akan tetap menjaga otakmu aman. Sebenarnya aku bisa melakukannya bila kau tetap tertidur, karena mau terbangun jadinya kau harus melihat proses ini."Kinan berteriak, "apa yang mau kau lakukan padaku?!" jeritnya."Nona, kau sungguh sial, tuanku menginginkan kau jadi bahan percobaan kami selanjutnya," ucap lelaki berpunuk itu sambil terkekeh senang.Setelah menusuk bagian telinga, dahi dan ubun-ubun, lelaki itu lantas mengerakkan tempat pembaringan Kinan. Ternyata benda itu di
Lilin itu menimpa wajah Kinan, lalu kemudian terus mengalir ke bawah wajahnya, menelusuri setiap jengkal tubuhnya dan melapisi tubuh Kinan seperi lapisan lendir yang semakin lama semakin pekat kemudian mengeras. Kinan sudah tidak berkutik ketika lilin cair itu membalut tubuhnya hingga berbentuk seperti patung pualam tanpa wajah.Otak Kinan yang masih bekerja dengan ketakutan dan juga semua kenangan seolah berhenti untuk berpikir dan berhenti bekerja. Dalam waktu yang bersamaan dengan lilin yang terus mengaliri dirinya, kesadaran Kinan pun hilang.Setelah tubuh Kinan terlapisi sempurna, si lelaki dengan punuk ditubuhnya segera mendekat, lalu menggali tepat di hidung Kinan sebuah lubang. Lalu lubang yang dia buat itu ditancapkan sebuah potongan bambu.Setelahnya, lelaki berpunuk itu dengan susah payah menyeret patung Kinan untuk si dirikan dengan patung lainnya.**Perjalanan Limey
Sion duduk di atas pepohonan, hari sudah menjelang sore. Di atas pohon Sion dapat mengawasi sekitar hutan. Pergerakan, burung burung dan langit.Dahulu, dia sangat ingin melihat langit. Ketika matanya buta, dia begitu gila mendamba melihat Warna langit kembali. Langit yang berwarna biru, langit diwaktu fajar, ataupun langit senja yang memerah. Sion merindu semua itu.Kini, setelah dia melihat, Yang selalu dirindukan nya setiap hari adalah sosok Limey. Memandang gadis itu diam-diam, bernapas di sebelah Gadis itu membuatnya bahagia. Menatapi wajah Limey dan matanya yang berkilau biru, Sion bersyukur dia sudah dapat melihat kembali.Sion ingin menghabiskan waktunya bersama Limey. Menikmati setiap hari dengan menatapi wajah gadis itu, bersamanya menikmati usianya yang semakin pendek. Merangkai kenangan terakhir bersama gadis itu. Tapi, kini harapannya musnah dengan bergabungnya Delvi kembali.Sion menghe
Hanya ada dua ekor kuda. Satu kuda milik Delvi, dan satu lagi kuda yang dipakai Sion dan Kinan berbarengan."Kita akan jalan ke Utara," terang Delvi, "nanti akan sampai di ujung pulau. Kalau kita lihat pasti tahu. Disana kita harus meninggalkan kuda. Medannya tidak cocok untuk berkuda. Jadi kita berjalan kaki.""Berapa hari sebelum sampai ke sana?""Perjalanan menggunakan kuda membutuhkan waktu tiga hari." terang Delvi."Tiga hari tanpa berhenti?" sekarang LImey yang bertanya."Tentu saja dengan berhenti Mey. tiga hari hanya perkiraan kasar saja." kembali Delvi menjelaskan."Baiklah, sebaiknya kita berangkat. Semakin cepat semakin baik." Sion menghela kuda tersebut. Sang kuda terkejut, lalu kemudian meringkik dan melaju cepat. Limey buru-buru memegang pinggang Sion agar tidak melesat jatuh akibat dorongan gravitasi.Delvi mengikuti. Mereka memacu kuda secepat mungkin. Perjalanan panjangpun mulai ketiga orang itu lakukan.**
“tuan….” Desis Limey antara rasa percaya dan tidak.Amon menatap Limey. Tidak kalah terkejut, “Mey?”Amon merasa bermimpi. berkali-kali dalam benaknya terekam kehilangan gadis itu dua tahun yang lalu. berkali-kali penyesalan menyergapnya karena kurang kuat dan tidak bisa menepati janji melindungi dua wanita dalam hidupnya. dalam kondisi perasaan takjub dan tidak percaya Amon melenting turun dengan kecepatan kilat lalu segera mendekat ke arah Limey, menariknya sehingga Limey berdiri.Tangannya membelai pipi Limey sekaligus membersihkan wajah Limey yang kotor. Amon memandang Limey seakan merasa ini mimpi dan tidak mungkin kenyataan. Mata itu, sorotnya berwarna biru, seperti pantulan langit di atas sana. berkali kali lelaki itu memegang pipi, bahu dan juga rambut Limey yang sudah panjang.“Kau masih hidup?” desis Amon tidak percaya.“ya…” Limey dapat merasakan ada bening dimatanya yan