Lalu begitu terbangun jakawulung melihat sinar rembulan dari celah batu yang berhasil dia geser kemarin.
Kemudian dia pun bangkit dan berjalan mendekati celah itu.
"Oh ... kiranya ini sudah hampir fajar, semalam aku tertidur pulas sekali dan badanku sekarang terasa sakit dan pegal-pegal," tutur Jakawulung dengan mata menerawang keluar goa.
Lalu diapun menghentak-hentakkan kakinya ke lantai goa sambil mengibas-ngibaskan tangan untuk sekedar melemaskan otot-otot.
"Perutku terasa lapar sekali sudah dua hari ini aku belum makan," ujarnya sambil kembali duduk bersandar pada batu yang menutup mulut goa itu.
"Eyang Reksa ... kenapa semalam engkau tidak memberiku minum seperti kemarin? Andai saja engkau memberiku minum tentu hari ini aku bisa melanjutkan mendorong batu ini," ujar Jakawulung sambil menatap langit-langit goa yang mulai terlihat karena dapat sorot dari celah batu.
"Apa iya aku mesti tidur lagi? Supaya aku bisa ketemu dengan Eyang Reksa dan kemudian aku minta minuman darinya? Ah konyol, mana ada mimpi bisa direncanakan? Apalagi diulang?" ujar Jakawulung bertanya pada dirinya sendiri.
Cukup lama Jakawulung merenungi nasibnya itu hingga tidak terasa diapun kembali tertidur.
Dan lagi-lagi dia pun kembali didatangi oleh Eyang Reksa dalam mimpinya, namun kali ini pertapa sakti itu nampak seperti memperolok Jakawulung.
"Dasar pendekar bodoh ... kalau kau pingin kuat datanglah padaku," ujarnya sambil duduk bersila di awang-awang.
"Baiklah Eyang, aku akan datang padamu ..." balas Jakawulung sambil melangkah mendekat.
Dan begitu telah dekat Jakawulung melihat Eyang Reksa mengulurkan tangannya, lalu Jakawulung pun mencoba meraih tangan Eyang Reksa itu.
Namun sayang, begitu Jakawulung mencoba meraih tangan Eyang Reksa ternyata tangannya itu tidak sampai untuk meraih tangan pertapa sakti itu. karena merasa penasaran lalu dia pun bermaksud untuk melompat supaya bisa meraih.
"Hap, Iyyah ...!"
Nampak Jakawulung melompat dengan sekuat tenaga. Namun sayang, bukannya bisa meraih tangan Eyang Reksa tapi dia sendiri malah jatuh tersungkur ke depan.
Brukks ...!
"Waduh ...!" seru Jakawulung yang kesakitan karena telah mendapati mukanya nyungsep ke lantai goa.
Sambil meringis karena menahan sakit Jakawulung mencoba untuk bangun.
"Ya Dewa Jagat Batara ... kenapa aku selalu sial terus? Tolong aku Dewa ... Romo ... Biyung ... keluarkan aku dari dalam goa ini," teriak Jakawulung minta pertolongan, dia juga terlihat meratapi nasibnya itu.
Lalu dia meraih keris Rogoh Pati senjata pusakanya itu dan kemudian mencoba untuk bangkit.
Dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki Jakawulung nampak berjalan kembali masuk ke dalam goa, lalu akhirnya dia pun sampai ke dalam ruangan tempat jasad Eyang Reksa terbaring.
Sesampainya di situ Jakawulung nampak berhenti sejenak, lalu dia pun memandangi seluruh sisi ruangan tersebut. Tiba-tiba matanya tertuju ke arah sebelah kanan jasad Eyang Reksa.
Nampak dari arah itu Jakawulung seperti melihat ada lorong.
"Oh itu seperti ada lorong, semoga itu merupakan jalan yang bisa menembus ke luar."
Lalu dengan berhati-hati dia pun berjalan menuju ke arah lorong tersebut, hingga ketika dia sudah dekat dengan jasad Eyang Reksa dan sinar dari jasad itu menerpa tubuhnya tiba-tiba dia seperti merasakan seperti ada kekuatan yang masuk ke dalam tubuhnya.
Sempat dia merasa kaget ketika tubuhnya seperti tersengat hawa yang panas, namun tidak lama setelah itu dia merasa tubuhnya kembali segar bugar dan seperti memiliki kekuatan baru yang belum pernah dia miliki.
Jakawulung yang sebelumnya merasa tubuhnya sudah lemah tak berdaya namun setelah tersentuh oleh sinar dari jasad eyang Reksa itu dia merasakan seperti mendapatkan kekuatan yang sangat besar.
Melihat perubahan aneh yang terjadi pada dirinya, Jakawulung tiba-tiba teringat dengan kata-kata yang diucapkan oleh Eyang Reksa di dalam mimpinya itu.
'Kalau kau pingin kekuatan datanglah padaku'
Yah mungkin inilah yang dimaksud oleh Eyang Reksa dalam mimpiku itu.
Setelah terdiam beberapa saat, Jakawulung kembali memandangi wajah pertapa sakti itu. Meski sudah tidak bernyawa namun nampak jelas aura yang memancar dari wajahnya itu cukup membuktikan bahwa dia itu benar-benar manusia yang sangat langka dan selama ini baru kali ini dia menemui pertapa yang memiliki kehebatan luar biasa meski tubuhnya telah menjadi mayat.
Sesaat setelah selesai bergumam dalam kekagumannya itu, Jakawulung pun bermaksud kembali menuju lorong yang hendak dia tuju itu.
Lalu diapun terus melangkah maju, dan karena lorong itu sempit dan tidak tinggi maka Jakawulung pun memasukinya dengan agak merunduk. Dia terus berjalan dalam kegelapan menyusuri lorong yang becek dan berkelok-kelok itu.
Dan setelah cukup lama dia berjalan menyusuri lorong itu akhirnya dari tempatnya itu dia melihat seperti ada cahaya terang di depan sana.
"Oh, itu seperti ada sinar terang, semoga saja itu benar jalan menuju keluar," ujar Jakawulung dengan perasaan harap-harap cemas.
Jakawulung sama sekali tidak menyadari bahwa lorong yang dia tempuh itu adalah lorong yang memiliki jalur melingkar yang ujungnya akan kembali ke ruang dalam goa tempat awalnya tadi, adapun sinar terang yang dilihatnya itu tidak lain adalah sinar dari jasad sakti Eyang Reksa Jagat.
Betapa kaget dan kecewanya Jakawulung begitu dia tiba di dalam ruangan goa itu, setelah menempuh perjalanan sambil merunduk namun akhirnya berujung ditempatnya semula.
Dengan perasaan kecewa dan amarah yang memuncak Jakawulung pun ngamuk sejadi-jadinya. Dengan kekuatan baru yang dimilikinya itu dia pun mengobrak-abrik seisi ruangan dalam goa itu.
Batu-batu yang ada di sana dia pukul, dia tendang hingga hancur berantakan.
"Keparat! Bedebah! Hiyyaaatt ... hiyyaaatt ...!"
Sesaat setelah membuat ruangan Goa menjadi berantakan, Jakawulung berhenti sejenak. Lalu dengan nafas yang tersengal-sengal dia nampak membentak-bentak mayat Sakti itu.
"Hai mayat sakti! Kau mau membantu aku keluar dari sini apa tidak!? Kalau kau mau membantu, maka engkau tidak akan aku ganggu! Tapi kalau tidak, maka akan kuhancurkan jasadmu itu sebagaimana aku hancurkan seluruh isi ruangan goa ini!" gertak Jakawulung dengan sombongnya.
Karena merasa sangat sedih dan pikirannya yang kalut Jakawulung pun nampak seperti orang yang gila, dia sudah tidak ingat lagi kalau dia bisa bertahan hidup di dalam goa itu karena telah mendapatkan kekuatan dari jasad Eyang Reksa itu.
Dalam keadaan yang sudah berada diluar kontrol dia melangkah mendekati jasad Eyang Reksa itu. Dan seperti yang semula begitu tubuh Jakawulung tersentuh sinar dari jasad Eyang Reksa dirinya pun kembali merasakan hal yang sama, dia merasa seperti tersengat hawa panas yang diikuti dengan munculnya kekuatan dari dalam tubuhnya.
Karena merasa tubuhnya semakin kuat lalu dengan garangnya Jakawulung pun mengambil ancang-ancang untuk melompat dan menendang jasad Eyang Reksa itu.
"Haaup. Hiyyaaatt!" Jakawulung pun melompat tinggi ke udara.
Namun begitu tubuh Jakawulung telah berada di udara sebelum kakinya berhasil menyentuh jasad Eyang Reksa, tiba-tiba saja tubuh Jakawulung terpental melasat ke arah mulut goa dan akhirnya membentur dinding goa yang mengakibatkan dinding itu hancur dan meninggalkan retakan dan cekungan yang sangat besar pada dinding Goa tersebut.
Sungguh sangat menakjubkan kegaduhan yang terjadi di dalam goa itu. Sebuah kegaduhan akibat dari kebrutalan seorang pendekar yang sedang frustasi.
Lalu kemudian, meski tubuh Jakawulung itu terpental dengan sangat keras dan menghancurkan dinding Goa ...
Bersambung ...
Namun dia tidak merasa sakit sedikit pun apalagi terluka. Tidak sama sekali.Setelah tubuh dan kepalanya menghantam dinding Goa itu, Jakawulung seperti tersadar dari kegilaannya, dia bahkan merasa sangat malu dengan mayat sakti itu, karena baru saja dia telah lancang dan berani untuk menendang mayat Eyang Reksa Jagat, padahal kekuatan yang dimilikinya juga berasal dari mayat sakti itu.Dan dia juga telah sadar bahwa untuk sekedar menyentuhnya pun dia tidak akan pernah bisa apalagi sampai menendang.Bahkan dia sendiri juga sudah merasakan ganjaran dari tindakan kurang ajarnya itu."Oh iya, dari pada aku menghancurkan tembok dan bebatuan ini bukankah lebih baik aku menghancurkan batu yang menutupi mulut Goa itu? Yah, aku akan coba menghancurkan batu itu," ujar Jakawulung sambil bergegas menuju ke mulut Goa.Dan tidak lama kemudian Jakawulung pun sudah berdiri di depan bat
Dia berjalan menyusuri jalanan desa, meskipun mukanya sudah ditutupi dengan cadar dia terlihat masih menundukkan kepala sepanjang perjalanannya itu.Dan setibanya di pasar Biswara langsung mencari Nenek Tlenik."Oh itu rupanya Nenek Tlenik, aku akan langsung saja ke sana," tutur Biswara sambil berjalan menghampiri wanita tua itu. Dia yang semula bermaksud menitipkan dagangannya itu, kini malah ingin menjualnya sendiri.'Lebih baik aku jual sendiri saja dagangan ku ini, aku gak mau ngerepotin Nenek Tlenik,' ucapnya dalam hati."Nek... aku ikut jualan disini ya?""Lho ini tempat jualannya Pak Sumitro dan Mbok Jamban...""Iya Nek.. tapi saya sudah minta ijin," balas Biswara."O ya sudah kalau gitu, silahkan saja, memang Pak Sumitro dan istrinya kemana to Ngger...?" tanya Mbok Tlenik."Beliau
Dan tidak lama kemudian asap yang berbentuk macan itu pun menyingkir dan tiba-tiba hilang.Setelah itu Biswara pun segera melangkah masuk ke dalam Goa, dan begitu sampai di ruangan tempat jasad Eyang Reksa berada Biswara melihat ada seorang laki-laki yang sedang tergeletak tidur dilantai.'Oh ... ini rupanya pendekar yang di maksud oleh Eyang Reksa, kasihan sekali. Dia terlihat sudah kumuh sekali, rambut, jenggot dan kumisnya juga sudah memanjang,' ucap Biswara dalam hati.'Dia nampaknya benar-benar tidur dan sama sekali tidak mengetahui kedatanganku. Yah ... lebih baik orang ini segera aku bangunkan saja.'Kemudian Biswara pun segera duduk berjongkok di samping Jakawulung yang sedang tidur dengan pulsanya itu dan langsung membangunkannya."Pak ... bangun Pak ... Pak tua ... bangun ..." ujar Biswara sambil memegang kaki orang tua yang tidak lain adalah Jakawulung si pen
"Jadi gini Tuan, soal matinya Eyang Reksa itu bukan karena Tuan Jakawulung dan kedua teman Tuan itu yang telah membunuhnya ...""Lha wong saya ikutan menyergap kok! Dan waktu itu eyang Reksa langsung jatuh ketika kita akan menggabungkan Ajian Parjanya Astra ..." terang Jakawulung nampak kukuh dengan pendapatnya itu."Lha kalau memang benar yang membunuh Eyang Reksa adalah Tuan-tuan bertiga, lalu kenapa kedua teman Tuan itu malah terbunuh dan hancur tubuhnya setelah Eyang Reksa menjadi mayat?" tanya Biswara membungkam pendapat Jakawulung."Lha iya itu yang saya tidak habis pikir sampai saat ini," jawab Jakawulung nampak terlihat bengong."Hehehe ... jadi gini Tuan Jakawulung ... kalau Tuan ingin tahu kejadian yang sebenarnya ...""Iya, iya gimana kejadian yang sebenarnya?" sahut Jakawulung sambil membenahi posisi duduknya."Sebelum Eyan
"Mungkin sudah tiba saatnya aku untuk mati ...""Jangan bilang begitu Kanda Raja, saya kira penyakit Kanda Raja masih bisa disembuhkan ...""Saya akan tetap mengusahakan bagaimana mana caranya Kanda Raja bisa sembuh, saya akan menyuruh Senopati Adhinata untuk mencari mayat sakti seperti isyarat yang kudapatkan lewat meditasi kemarin malam," tutur Permaisuri Bhanuwati."Terus masalah urusan negara bagaimana? Aku tidak ingin membebani rakyat dengan pajak atau upeti dalam hal apapun," titah Raja Jayantaka."Iya Kanda Raja, kemarin saya juga sudah memerintahkan kepada Paman Patih Badrika untuk mengumpulkan para punggawa Kerajaan guna membahas masalah ini, dan nanti akan saya sampaikan kalau masalah pajak itu hanya akan dibebankan kepada semua para pejabat saja, mulai yang ada dilingkungan istana sampai ketingkat lurah yang ada di desa-desa dengan disesuaikan tingkatannya dan kondisi wilayah masing-masing," t
"Baiklah Gusti Ratu kalau begitu saya akan berangkat sekarang untuk mencari mayat sakti seperti yang Gusti Ratu Bhanuwati maksud.""Bagus Senopati Adhinata, aku percaya padamu, doaku menyertaimu semoga kamu berhasil.""Sendiko dawuh Gusti.""Berangkatlah ...!"Lalu kemudian Senopati Adhinata pun langsung bergegas ke rumahnya untuk sekedar mengambil beberapa perlengkapan yang mesti dibawanya, dan karena dia memang masih hidup sendiri alias masih belum punya istri maka dia hanya berpamitan kepada pelayan dan prajurit penjaga saja."Hei, prajurit dan pelayan ... kemarilah ...!"Lalu prajurit penjaga yang berjumlah tiga orang dan dua pelayan perempuan itupun bergegas mendekat memenuhi panggilan Sang Senopati."Iya Gusti Senopati ... ada titah apa yang harus kami lakukan?" jawab prajurit sembari menundukkan kepalanya."Aku akan memberi
Setelah memperhatikan para murid Ranggawuni yang sedang berlatih, Senopati Adhinata tidak melihat sahabatnya ada di situ, lalu kemudian dia mendekati para murid yang terlihat sedang duduk istirahat.Dan begitu melihat ada orang asing yang hendak menghampirinya, murid yang sedang duduk itu pun langsung berdiri."Ada perlu apa Tuan? Ada yang bisa dibantu?""Ee... maaf saya mau ketemu guru kalian Tuan Ranggawuni. Apakah beliaunya ada?""Tuan guru Ranggawuni sedang pergi Tuan, saya ditugaskan untuk mengawasi para murid yang sedang berlatih.""O begitu, apakah Dimas tau Tuan Ranggawuni perginya kemana?""Tuan guru Sedang pergi ke hutan berburu, apakah Tuan ada perlu? mungkin nanti bisa saya sampaikan, atau mungkin Tuan mau menunggu Tuan Guru Ranggawuni pulang?""Ya, saya akan menunggu sampai guru kalian pulang, karena saya ada keperluan yang sangat penting dengan Tuan Ranggawuni""Oiya kalau begitu silakan duduk dulu Tuan."
Yang diadakan oleh Kerajaan Karmajaya terlihat kaget dengan Sayembara itu.'Apakah mayat sakti ini kira-kira mayatnya Eyang Reksa Jagat itu ya? Kalau memang iya kok pihak istana sudah tahu dengan keberadaannya? Padahal selama ini yang tahu dengan mayat itu kan cuma aku? Atau mungkin ada mayat sakti yang lain?' tanyanya dalam hati.'Kalau memang benar itu mayat sakti Eyang Reksa Jagat aku kurang yakin akan ada orang yang mampu membuka pintu gaib Goa itu, apa lagi sampai membawanya, bahkan pendekar seperti Kolonyowo dan Bagaspati saja telah tewas dibuatnya, kecuali dia itu memang benar-benar pendekar sakti mandraguna dari aliran putih sebagaimana Eyang Reksa itu sendiri berasal' ucap batin Jaka wulung.Di saat Jaka wulung masih memikirkan sayembara itu tiba-tiba dia yang sedang duduk bersila di dalam rumahnya merasakan hembusan angin yang sangat kuat, bahkan saking kuatnya hembusan angin itu membuat tiang-tiang yang