"Hehehe ... kamu ini lucu Dinda Nirmala .. lha wong namanya juga Ayahnya .. ya jelas mirip to ..! Ya seperti inilah wujud asliku, rupa Santana itu mewarisi perwujudan asliku, ya seperti inilah rupaku yang asli Dinda," terang Biswara kembali berusaha meyakinkan istrinya tersebut, dan setelah beberapa kali dijelaskan nampak Putri Nirmala Sari mulai mengamati seluruh postur tubuh suaminya itu mulai dari ujung rambut hingga ujung kaki, dan tidak bisa Putri Nirmala pungkiri bahwa rupa asli suaminya itu ternyata sangatlah sempurna, ganteng dan juga gagah, setiap gambaran lelaki sempurna secara fisik ada semua pada diri suaminya itu, mulai dari rambut yang hitam bergelombang dengan panjang sebahu, terus dada yang bidang, hidung yang mancung, alis hitam yang melengkung bak umpama busur panah Sri Rama, juga tubuh yang tegap lengkap dengan otot-otot yang kekar yang semakin mempertegas akan keperkasaannya."Kanda Biswara? Benarkah kamu ini Kanda Biswara suamiku?" tanya Putri Nirmala nampak terbe
"Heeeik! Heh ... rasanya aku sedikit lega .." ujar Putri Nirmala Sari terdengar bersendawa, setelah itu karena dia merasa tidak ngantuk lagi nampak sang putri bermaksud untuk melakukan ritual malam, namun sebelum menyiapkan beberapa keperluan ritual nampak Putri Nirmala bermaksud untuk merapikan kembali tempat tidurnya, namun betapa terkejutnya Putri Nirmala disaat dia mengibas-ngibaskan kain yang dia gunakan untuk selimut tiba-tiba saja ada sebuah benda yang terlempar dan kemudian jatuh ke lantai kamarnya.Klutik!"Hoh apa itu?" ujar tanya Putri Nirmala Sari nampak agak kaget melihat benda yang terlempar itu tadi, kemudian Putri Nirmala Sari pun bergegas menuju ke arah tempat benda itu tadi terlempar dan kemudian langsung duduk jongkok untuk mengambilnya."Apa ini?" ujar tanya Putri Nirmala, dikarenakan memang penerangan lampu kamar yang memang Putri dimatikan jadi cahaya yang masuk ke dalam kamar itu cuma biasan dari lampu penerang yang ada di luar kamar, namun setelah tangan sang p
"Eh suka Bu, suka sekali, bahkan saking sukanya saya sering juga merawat kuda-kuda milik Paman Adhinata dan para murid-muridnya.""Oh iya ..? Kalau begitu rawat juga dong kuda-kuda milik Ibu .. dan sekalian kalo misalnya kamu ingin mendirikan perguruan silat di sini Ibu juga mendukung.""Tidak Bu, Santana tidak ingin mendirikan perguruan silat, karena menurut saya dari pada mendirikan perguruan silat baru mendingan saya ikut membesarkan perguruan milik Paman Adhinata saja yang memang sudah memiliki banyak murid," jawab Santana beralasan, padahal alasan sebenarnya itu karena sampai saat ini Santana masih belum menemukan sosok yang mampu untuk menerima ilmu kesaktian yang ia miliki."Kok gitu Santana? Kamu kurang percaya diri ya ..?" tanya Putri Nirmala Sari menggoda."Mmm begitulah, tapi gini-gini kan berani melawan Raja Arya Dipasena," balas Santana dengan pedenya."Hehehe iya deh .. Ibu percaya .. jadi beneran kamu ini ada rencana balik lagi ke hutan Barong?" tanya Putri Nirmala dan
"Benar Gusti Pangeran ... akan hamba perkenalkan mereka satu persatu .." mulailah Adhinata memperkenalkan ketujuh pendekar itu dengan menyebutkan namanya asal-muasalnya hingga keahlian yang mereka miliki, dan betapa kagumnya Pangeran Santana begitu mendengarkan penjelasan dari Adhinata, karena ternyata para pendekar yang berjumlah tuju itu tidak cuma ahli dalam urusan kesaktian saja akan tetapi mereka juga memiliki kemampuan dalam urusan tata negara, mulai dari masalah hukum, ekonomi, peribadatan dan juga ahli negosiasi."Hmmm ... aku senang sekali mendengarnya Paman Adhinata .. sebelumnya saya ucapkan dulu selamat datang dan juga selamat bergabung kepada Tuan-tuan Pendekar ..." ucap Santana sambil memandangi wajah ketujuh para pendekar itu secara bergantian, dan meskipun terbilang masih amat sangat muda namun kewibawaan Pangeran Santana nampak tidak bisa ditutup-tutupi lagi, setidaknya itulah yang juga dirasakan oleh para pimpinan pendekar-pendekar itu, mereka semua nampak kompak men
"Tuan Adhinata sebenarnya juga tidaklah keliru .. yah .. cuma penempatannya saja yang kurang pas, karena saya juga yakin kalau sanggahan Tuan itu juga berdasarkan asas nurani .. yang tidak bisa melihat kezaliman yang terus berlarut-larut," terang Pendekar Jaya Kesuma terdengar cukup bijak, sebuah ucapan yang menggambarkan tentang keahliannya sebagai seorang negosiator yang ulung."Baiklah .. berarti untuk tugas ini gimana kalian berdua benar-benar sudah siap kan?" tanya Pangeran Santana meyakinkan."Dengan sepenuh hati Gusti Pangeran .." jawab keduanya dengan kompak."Baiklah .. untuk yang lain saya minta supaya mempersiapkan masing-masing pasukannya, jadi apabila sewaktu-waktu ada perintah untuk bergerak kalian semua sudah siap!""Baik Gusti Pangeran, akan kami laksanakan apa yang Gusti titahkan .."Begitulah akhirnya .. setelah berpamitan Adhinata dan Pendekar Jaya Kesuma pun segera bergegas keluar dan kemudian langsung mengambil kudanya."Gimana Tuan Adhinata? Apakah kita langsung
"Adhinata .. kenapa malah dia yang datang ...? Kenapa kok beda dengan kabar yang disampaikan oleh setan Noyo Genggong ...? Lagian ada apa Adhinata kembali lagi ke sini? Apakah dia ada hubungannya dengan yang disampaikan oleh setan Noyo Genggong? Mungkinkah sekarang Adhinata sudah menjadi bagian dari perampok dan tergabung dalam komplotan Bojapradata?" ucap Raja Arya Dipasena bertanya-tanya pada dirinya sendiri."Baiklah dari pada penasaran, lebih baik aku segera menemui mereka saja."Lalu Raja Arya Dipasena pun segera bergegas menuju ruang balai tempat penerimaan tamu kerajaan. Sementara itu di ruang balai tempat penerimaan tamu nampak Adhinata memperhatikan setiap sudut ruangan, dan tidak cuma itu mata mantan wakil Patih Kerajaan Karmajaya itu juga mengawasi bagian luar ruangan, nampaknya ksatria jomblo itu sedang berusaha untuk mengingat kembali masa lalunya sewaktu masih tinggal di dalam lingkungan istana itu.'Hmmm ... rupanya sudah banyak perubahan yang dilakukan oleh Raja Arya D
Sementara itu para prajurit yang ditugaskan membawa Adhinata dan Pendekar Jaya Kesuma nampak berlaku sangat kasar pada dua utusan Pangeran Santana itu."Hayo, yang cepat jalannya!" bentak prajurit pengawal sambil mendorong-dorong tubuh Adhinata dan Pendekar Jaya Kesuma. Lalu setelah beberapa saat berjalan menyusuri lorong yang gelap akhirnya mereka pun tiba di penjara bawah tanah, ditempatkan di sana karena Adhinata dan Pendekar Jaya Kesuma dianggap orang yang sangat berbahaya bagi kekuasaan Raja Arya Dipasena.Gruuak,, grak,, gubrak,,!! suara pintu besi penjara bawah tanah itu terdengar cukup keras dan bising."Hayo, cepat masuk!"Dugs, dugs!"Aduh, aduh ..!" Adhinata dan Pendekar Jaya Kesuma ditendang dari arah belakang hingga membuat dua orang utusan Pangeran Santana itu jatuh tersungkur masuk ke dalam ruang penjara yang cukup gelap itu.Memang keadaan penjara bawah tanah itu samasekali tidak diberi penerangan lampu oleh pemerintah kerajaan jadi kondisinya sangat gelap, dan kalau l
Lalu dengan garangnya Raja Arya Dipasena pun langsung menghardik Pendekar Jaya Kesuma."Hei kau Jaya Kesuma! Dimana Adhinata?!""Dia telah berhasil lolos dari tempat ini Arya Dipasena," jawab Jaya Kesuma dengan santainya."Kurang ajar! Bahkan kau juga sudah berani menyebut namaku dengan tanpa Raja!" bentak Raja Dipasena."Yah, itu memang sudah seharusnya! Karena kamu memang tidak pantas menyandang gelar sebagai seorang Raja, juih najis memanggilmu dengan sebutan Raja!" balas Jaya Kesuma dengan tanpa merasa takut sedikitpun."Bedebah! Kau sudah benar-benar bosan hidup Jaya Kesuma! Rasakan ini ...! Hiyyat .. hiyyat ..!" dengan rasa amarah yang memuncak Raja Dipasena pun langsung menyerang Jaya Kesuma dengan mendaratkan tendangan ke arah wajahnya, meskipun dalam suasana yang gelap namun itu bukanlah penghalang bagi pendekar selevel Arya Dipasena untuk menyasar pada sasaran yang tepat."Dugs ...!""Uuah ...!" tendangan keras itu benar-benar telak menghantam kepala Pendekar Jaya Kesuma hin