Sudah tiga hari Asoka pingsan, dan selama tiga hari itu juga, Ratih menjaganya di ruang pemulihan istana. Pangeran Aksara agaknya cemburu melihat adiknya jatuh hati dengan seorang misterius yang tidak jelas asal-usulnya.
Beberapa kali sang pangeran menghasut adiknya agar pergi meninggalkan Asoka sendiri di ruang pemulihan dengan alasan, Asoka memiliki darah iblis sampai bisa membangkitkan kekuatan hitam pengancur ruang latihan.
Tapi Putri Ratih Kumara tidak peduli; mungkin Asoka adalah cinta pertamanya, apalagi sang putri mendapat pengawalan ketat dari raja, bahkan tidak boleh pergi keluar istana meskipun sudah mewarisi Teknik Sebelas Muka Pendosa dari mendiang ibundanya.
“Biarkan aku di sini, setidaknya sampai Asoka siuman dari pingsannya!”
“Ta-tapi…”
“Tidak ada tapi! Kakak tidak mempunyai hak untuk mengatur hidupku. Jika kakak tidak suka dengan pilihanku, mari kita bertarung! Jika aku kalah, aku akan menuruti
“Keputusanmu terlalu egois. Mengangkat dua murid baru jadi murid khusus pemegang lencana naga? Jangan bercanda. Ini hanya membuat dengki semua muridmu, terutama mereka yang sudah mencapai tingkat lencana giok.”Abah Suradira menentang keputusan adik kandungnya yang merupakan wakil ketua Perguruan Api Abadi.Tentu saja pengangkatan Asoka dan Bayu sebagai murid lencana naga, ditolak oleh Abah Suradira dan tiga tetua perguruan lainnya. Polemik pasti terjadi, apalagi mereka tidak tahu alasan kenapa Asoka dan Bayu yang diterima jadi murid lencana naga.Sejauh ini hanya Ki Damawangsa yang berhasil meraih lencana naga, itu pun setelah mengimbangi kekuatan kakeknya sendiri yang kala itu memimpin perguruan.“Percaya padaku!” Ki Damawangsa bangkit dari tempat duduknya.“Mereka terlampau istimewa di mataku. Menempatkan mereka di barisan murid lencana perak merupakan kehinaan terbesar. Apa kakang tidak sadar kekuatan dahsyat dalam
Perguruan Api Abadi sebenarnya memiliki seorang pendekar lagi yang kekuatannya di atas Abah Suradira, tapi orang tersebut memilih jalan pertapaannya sendiri; pergi dari perguruan demi menyucikan hati dari segala energi hitam.Belasan tahun silam -sebelum Asrama Api Naga disegel karena energi hitam yang terlampau besar -lelaki itu minta izin pada Abah Suradira agar membawa seperempat energi hitam asrama terlarang ke puncak bukit.Kelak ketika ada murid perguruan yang memiliki bakat dan keistimewaan berbeda dari murid-murid lain, Abah Suradira diminta meletakkan murid tersebut di asrama untuk menguji, seberapa besar bakat dan tekad yang dimiliki sang murid.Hanya segelintir orang yang mengetahui hikayat Galuh Wardhana, mantan susuhunan istana Amangkurat yang sekarang hancur lebur karena serangan Perguruan Elang Hitam.“Jangan pergi … tidak ada lagi yang bisa menahan energi hitam Asrama Api Naga selain dirimu.” Abah Suradira sempat melaran
Sekembalinya Asoka ke perguruan, dia disambut oleh beberapa murid lencana emas. Padahal saat Seleksi Musim Panas berlangsung, mereka mencemooh Asoka karena kemenangan itu seolah merendahkan semua murid lencana emas.Tapi Lelanang Mana terus meyakinkan anggotanya bahwa Asoka memiliki energi yang bahkan jauh lebih dahsyat dari energi milik Banitura, ketua murid lencana giok.Mereka akhirnya percaya ketika kabar kematian Ye Qiu tersebar ke seluruh perguruan.Tidak ada yang menyangka kalau Ye Qiu merupakan penghianat yang dikirim khusus oleh Wusasena untuk menghancurkan Perguruan Api Abadi dari dalam.Cemooh itu akhirnya berubah jadi pujian dan kekaguman ketika mereka tahu Asoka lah yang mengalahkan Ye Qiu melalui pertarungan sengit di Hutan Raksasa Putih.Awalnya mereka tidak percaya, tapi Pangeran Kundalini yang menyampaikan informasi itu secara langsung. Seketika semuanya mengangguk, terlebih pangeran memiliki kedudukan mulia di mata pendekar-pendek
Abah Suradira dan Ki Damawangsa kebetulan sedang bercengkerama di dekat sungai dekat gerbang belakang perguruan. Dalam hitungan detik, Empu Nara tiba di belakang mereka berdua dengan bantuan Pegas Api Biru.“Ke-ketua, ada masalah di Asrama Api Naga!”Abah Suradira terkejut, tapi tidak dengan Ki Damawangsa, pertapa tua itu malah tertawa. “Bukankah sudah kuperingatkan, energi hitam iblis itu tidak mau menerima kekuatan Asoka dan Bayu.Ki Damawangsa digendong Empu Nara melesat lebih dulu menuju asrama, sementara Abah Suradira menaiki tongkatnya yang sudah dialiri energi alam.Mereka segera menyembuhkan Bayu yang kejang-kejang, menotok pemuda itu dengan ilmu Totok Jari Api Biru untuk membatasi kekuatan hitam agar tidak masuk lebih banyak lagi ke tubuh Bayu.Selesai mengatasi Bayu, mereka tiba-tiba merasakan aura kematian dahsyat hingga Empu Nara meringkuk tak berdaya. Abah Suradira memimpin dua anak buahnya. “Cepat kita sembuhka
“Kau mau pergi ke mana?” tanya Empu Nara yang ternyata bersembunyi di balik tumpukan kayu asrama. “Semua murid tidak diperkenankan pergi dari perguruan sebelum mendapat izin langsung dari Abah Suradira.”“Aku tidak peduli. Ada urusan penting yang harus aku selesaikan.” Asoka tidak menoleh dan segera berlari menggunakan ilmu meringankan tubuh.“Sekali tidak tetaplah tidak!”Asoka merasa terganggu dengan kehadiran Empu Nara, jiwa berontaknya kembali terbakar. “Lantas apa gunanya peraturan dibuat kalau bukan untuk dilanggar?”“Bedebah!”Dengan bantuan Ajian Sepuh Angin, pemuda berkuncir melesat jauh lebih cepat dari pada seekor elang yang berburu. Tapi lagi-lagi kesialan menimpa dirinya ketika Empu Nara bergerak sepersekian detik lebih cepat, lantas memukul kepala Asoka menggunakan tongkat batu hingga Asoka jatuh ke tanah.“Sakit, Guru!” Asoka coba memberontak,
Asoka berdiri dengan kuda-kuda yang pernah diajarkan Ki Seno Aji; kuda-kuda khusus untuk menarik energi alam dengan jarak lima puluh meter di sekitar.Mulai khawatir jika tubuh Asoka tidak kuat menahan derasnya energi yang masuk, Gatra sedikit mengurangi intentitas api hitam yang dia suntikkan. Namun selang dua detik, Gatra kembali menaikkan intentitasnya begitu tahu ada yang aneh dengan energi alam perguruan.“Yang kau lakukan itu percuma, energi alam di perguruan ini dikumpulkan di satu tempat.” Gatra coba mengingatkan Asoka, terlebih setelah dia merasakan energi besar yang semakin lama semakin dekat.Jengkel karena pemuda sableng itu tidak menghiraukan ucapannya, Gatra lantas berteriak tepat di telinga kiri Asoka.“Kepala batu, cepat rubah kuda-kudamu! Kau tidak bisa mengandalkan energi alam yang ada di perguruan karena energi itu sudah dikunci di suatu tempat. Alirkan saja energi alam yang tersisa di dalam tubuhmu agar kekuatan Pedan
Mendapat tekanan yang begitu dahsyat dari gelombang energi milik murid lencana giok, Asoka mulai kehilangan fokus. Kuda-kuda menyerangnya hancur, tidak lagi sempurna.“Jangan pedulikan mereka … aku akan terus melindungimu. Yang perlu kau lakukan hanya fokus membangkitkan lima persen energi Dewa Api yang tersimpan dalam mustika merah.” Gatra coba membentuk perisai energi menglilingi tubuh Asoka.“Gelombang energinya terlalu kuat,” desis pemuda berkuncir yang berusaha membenarkan kuda-kudanya.“Tutup matamu dan tetaplah fokus!”Menuruti perintah Gatra, pemuda itu segera menutup mata yang disambut keheranan tiga tetua perguruan. Mereka tidak menyangka Asoka melakukan hal konyol di tengah pengepungan dan serangan besar yang telah mereka persiapkan.Pedang Kalacakra yang mulanya berukuran satu setengah jengkal, tiba-tiba memanjang dan besinya memunculkan pendar merah yang bentuknya menyerupai naga.Api h
Dengan tangan keropos karena efek kekuatan Pedang Naga Sulong, pemuda berkuncir terus melesat tidak peduli dengan rasa sakit yang terasa semakin dahsyat.Mendesis di sebuah cekungan kecil dekat sungai Hutan Larangan, seekor ular hitam menghampiri Asoka, namun langsung disambar oleh Gatra.“Ini ular jadi-jadian,” kata Gatra. “Aku curiga Wusasena sudah mengetahui keberadaanmu.”Asoka memandang gurunya heran, bagaimana Gatra bisa tahu kalau itu ular siluman, bukan ular hutan asli. Tanpa menanyakannya pada Gatra, gagak itu lebih dulu mengaliri paruhnya dengan kanuragan mustika merah.Mata ular itu berubah merah, memancarkan sorot sinar yang sifatnya penghancur. Dedaunan kering tiba-tiba lenyap terkena sorot sinar ular siluman, lebih-lebih balokan kayu di samping Asoka ikut membara.Jika saja Gatra tidak menggunakan api biru untuk memadamkan kebakaran, niscaya seperempat Hutan Larangan ini gundul akibat ulah siluman ular.