Chapter: 229. Gubuk MegahKakek pertapa emosi dan menendang bokong Asoka. “Akhlakmu mbok yo dijaga! Kau ini sedang ada di rumah orang. Minimal, kau buang itu sampah pada tempatnya!”“Ma-maaf, Kek,” lirih Asoka sambil menundukkan kepala.“Maaf gundulmu! Cepat angkut semua kulit pisang itu dan buang di tempat sampah!”“Ta-tapi, Kek...”“Tidak ada tapi... cepat angkut semuanya! Aku tidak ingin melihat ladang yang selama ini kurawat jadi kotor karena kulit pisangmu!”Asoka memungut semuanya dengan wajah manyun. Moncong bibirnya tak kunjung tersenyum karena kesal dengan perilaku sang kakek.Usai mengumpulkan semua kulit pisang yang berserakan, Asoka membersihkan kotoran pisang yang menempel di sana. Dia ambil pasir dan menutup sisa-sisa pisang yang menempel di tanah. Setelah selesai, barulah Asoka kembali ke tempat si kakek.“Sudah, tunggu apa lagi? Cepat buang kulit pisang itu!”“
Terakhir Diperbarui: 2023-01-03
Chapter: 228. Alas Lali Jiwo“Setan gendeng!” teriak Asoka setelah berguling menghindar. “Nggak usah sok bohongi aku! Tuyul, tuyul, mana ada tuyul dewasa! Lihat... bohong malah bikin gigimu panjang tau!”“Manusia gemblung! Takkan kubiarkan kau lolos dari sini hidup-hidup!”“Woi Genderuwo,” teriak seorang wanita cantik dari belakang, “dia itu mangsaku. Jangan mengaku-ngaku itu mangsamu!”Semua lelembut yang mengejar Asoka terdiam sejenak setelah mendengar suara Lara. Mereka sadar akan kedudukan Lara dan mempersilakan perempuan itu untuk berlari lebih dulu.Lara adalah dayang pribadi sang putri raja. Dia memiliki kelebihan dan kedudukan lebih dari pada semua lelembut yang hidup di perdesaan seperti ini. Bahkan, raja Abiyasa selalu memberikan desa ini bantuan karena Lara.Sama halnya dengan manusia, jin pun memiliki kerajaannya sendiri. Mereka punya pemimpin, selir, anak, dan rakyat. Daerah mereka juga sama dengan manusi
Terakhir Diperbarui: 2023-01-03
Chapter: 227. Berada di Alam SilumanTidak lama setelah itu, Lara masuk dengan wajah perempuan cantik. Asoka tidak tahu kalau Lara sebenarnya seorang lampir yang menyamar.“Bagaimana makanannya? Enak, kan?” tanya Lara dengan senyum mengembang tipis. Dia duduk di samping Asoka dan merangkul pinggangnya.Asoka bergidik. Baru kali ini dia berada sedekat itu dengan seorang cewek cantik. Tak ayal, tubuhnya kembali bergetar hebat.Gatra kembali mimisan hebat. Kali ini bahkan sampai muntah darah. “Bocah setan!” teriaknya, lalu pingsan karena tidak kuat menahan godaan Lara.“Ahh, jangan begitu, Nyi. Nyi Lara kan sudah punya sua-”“Panggil aku Lara,” bentak Lara dengan mata sedikit melotot.“Ba-baik, Lara. Tapi tolong singkirkan tanganmu karena aku tidak ingin membuat keributan di sini.” Asoka menurunkan tangan Lara perlahan.“Aku masih mencium bau darah di sini... jangan katakan kau tidak memakannya tadi siang!&rd
Terakhir Diperbarui: 2023-01-02
Chapter: 226. Siluman Aneh!Asoka tidak menaruh curiga sedikitpun. Dia hanya mengangguk dan mengiyakan permintaan perempuan cantik di depannya. Gatra yang sadar, tidak bisa berbuat banyak.Dari sini kita tahu bahwa ingatan Gatra masih utuh. Hanya ingatan Asoka yang dihapus oleh penduduk Alas Lali Jiwo.Gatra curiga kalau Danang dan Ganang lah pelakunya. Itu terjadi saat tubuh Asoka tidak kuat menahan energi saat perpindahan dimensi dari hutan Arjuno menuju Alas Lali Jiwo.Alas Lali Jiwo, berarti hutan lupa diri. Sesuai dengan namanya, setiap orang yang sudah masuk ke dalam alas ini pasti akan mengalami kejadian seperti Asoka. Arka pun mengalami hal yang sama saat dia terjebak di sini.“I-ini apa, Nyi?” tanya Asoka lirih. Dia sedikit takut karena tidak kenal siapa perempuan di depannya.“Kau bisa panggil aku Lara... di dalam sana ada nasi dan ikan bakar yang sudah dibumbui sambal merah.”Asoka terlihat bersemangat. Setelah sekian lama dia tidak m
Terakhir Diperbarui: 2023-01-02
Chapter: 225. JebakanBeberapa menit kemudian, ada derapan kaki yang sangat cepat dari bawah gunung. Suaranya tidak terlalu kentara, tapi Gatra bisa merasakan suara itu. Dia kembali masuk ke tubuh Asoka dan memberitahu kalau ada bahaya yang datang.“Awas, ada sesuatu besar yang datang dari belakang. Dua benda, atau orang, entahlah.”Asoka diam sejenak. Dia mulai merasakan ada derapan kaki. Gandaru masih terus berjalan karena merasa Asoka berjalan mengikutinya.“Tolong, Tuan Musang!”Asoka berteriak ketika dua siluman kera membawanya. Mereka bergelantung ke arah Timur, ke arah sumber suara gamelan tadi berbunyi.Saat Asoka diculik, Gatra tiba-tiba terkunci dalam tubuh Asoka dan tidak bisa keluar. Bahkan untuk berbicara saja sangat sulit.“Ada apa ini!” Gatra berontak setelah dua besi kemerahan menghantam sayapnya.Tidak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan Asoka.Posisi Gandaru berada jauh di belakang Danang da
Terakhir Diperbarui: 2023-01-02
Chapter: 224. Akhir Dari PertarunganSebelum kelima bola itu mendarat, mustika merah dalam pedang raksasa kecil Asoka mengeluarkan cahaya. Pancarannya sangat hebat dan Asoka sampai-sampai menutup matanya. Tak lama, mustika merah sudah ada dalam genggaman Gatra yang masih dalam bentuk manusianya.“Guru, awas!” teriak Asoka sangat keras. Tubuhnya sudah dilapisi oleh perisai energi merah milik Gatra.Bluar!Sebuah ledakan sangat besar terjadi. Asap membumbung dan debu-debu bertebaran di mana-mana. Anak buah Gandaru terpental jauh hingga puluhan tombak. Ganang dan Ganang pun sama, mereka mencoba menahan ledakan itu, namun gagal.“Uhuk... gu-guru, uhuk...”Asoka merasakan kakinya seperti tertimpa batu raksasa. Sakit sekali. Hanya rasa tanpa luka fisik. Tapi hal tersebut cukup membuat Asoka mendesis tak henti-henti.Ledakan tersebut membuat pepohonan yang ada dalam jarak lima tombak di sekitar Gatra tumbang. Hutan tersebut menjadi gundul. Potongan batang pohon
Terakhir Diperbarui: 2023-01-01
Chapter: 8 - EclipseHari kedua latihan dimulai dengan suasana yang lebih tenang, namun tak kalah menantang.“Bolehkah aku mengajak Mei Hua ke tempat latihan?” tanya Li Shan.Pendekar dengan jubah hitam itu hanya tersenyum. “Tidak masalah jika itu bisa menambah semangat latihanmu. Setelah kita sampai di tempat, aku akan membawa Mei Hua ke sini.”Chen Yi lantas membawa Li Shan ke lembah terpencil di luar markas Klan Naga Merah, tempat di mana suara angin dan gemericik air sungai menjadi satu-satunya yang terdengar. Tidak ada gangguan, tidak ada pengalihan perhatian.Tempat ini dipilih khusus untuk melatih konsentrasi dan kecepatan batin.Li Shan mengamati lembah tersebut; tempat yang dipenuhi pepohonan rindang dan diapit dua tebing tinggi di sisi kiri-kanannya. Selang beberapa saat, Mei Hua datang dan langsung diperingati Chen Yi agar tidak menimbulkan suara apapun.“Hari ini, kita tidak hanya akan melatih tubuhmu, tetapi juga pikiranmu,” kata Chen Yi sambil meletakkan seikat pedang kayu di tanah. “Untuk m
Terakhir Diperbarui: 2025-04-12
Chapter: 7 - Latihan Bersama Chen YiSemua pendekar tidak ada yang berani melawan Chen Yi mengingat kekuatan Chen Yi berada tiga tingkat lebih tinggi dari mereka.Dalam dunia persilatan, ada empat tingkatan kultivasi yang menjadi tolak ukur kekuatan seorang pendekar.Pendekar Naga adalah tingkat tertinggi, disusul Pendekar tingkat Langit, Bumi, dan Tanah. Masing-masing memiliki tiga tingkatan, yaitu awal, tengah, dan akhir.Chen Yi adalah Pendekar Naga Awal yang sangat disegani. Kekuatan seorang Chen Yi setara dengan sepuluh orang Pendekar Langit Akhir, yang mana, itu adalah tingkatan Xie Rong yang tadi ingin membunuh Li Shan.Pedang yang tadi dihunuskan, sekarang disarungkan lagi.Chen Yi menatap Xie Rong yang mulai mengumpulkan energi alam. Aura yang cukup panas menyelimuti ruangan.Namun, aura itu tidak berlangsung lama karena Chen Yi segera membalasnya dengan energi yang lebih kuat, membuat Xie Rong terpental hingga menabrak tiang penyangga perguruan. Mendekati Li Shan, Chen Yi berujar, “Mei Hua akan dirawat oleh ist
Terakhir Diperbarui: 2024-12-20
Chapter: 6 - Penghianat SebenarnyaLangit yang cerah mulai meredup saat Li Shan dan Mei Hua kembali ke markas Klan Naga Merah. Rasa lega perlahan mulai meresap di hati mereka setelah berhasil membawa pulang Pedang Naga Mendung, tetapi suasana hati mereka tetap tegang.“Perasaanku tidak enak,” Li Shan berkata pelan, matanya melirik ke arah Li Shan yang memegang pedang tersebut. “Ada aura kegelapan yang sudah menanti kita di dekat perguruan. Aku tidak tahu, perasaan itu tiba-tiba muncul.”“Jangan terlalu percaya firasat,” Mei Hua mengingatkan.Sesampainya di gerbang markas Klan Naga Merah, penjaga menyambut mereka dengan tatapan penuh rasa hormat. “Tuan Xie Rong sudah menunggu,” kata salah satu penjaga, lalu mereka diantar menuju aula utama.Saat pintu aula besar terbuka, mereka melihat Luo Jian duduk di takhta kayu yang besar, dikelilingi oleh para tetua Klan Naga Merah. Xie Rong berdiri di sisi Luo Jian, tatapan matanya tajam menatap Li Shan dan Mei Hua. Suasana di aula itu berat dan penuh ketegangan.“Kau kembali deng
Terakhir Diperbarui: 2024-12-20
Chapter: 5 - Pedang TerkutukLi Shan dan Mei Hua tiba di kaki gunung di mana gua legendaris itu beradaDi hadapan mereka, sebuah mulut gua besar terbuka lebar, seperti monster raksasa yang menanti mangsanya. Angin dingin berhembus dari dalam gua, membawa aroma lembab dan misteri yang telah lama terkubur.“Ini dia,” Mei Hua bergumam pelan. “Gua tempat Pedang Naga Mendung berada.”Mereka memasuki gua dengan langkah hati-hati. Suara gemerincing air menetes terdengar dari dinding-dinding batu yang lembab, menciptakan suasana yang semakin mencekam. Cahaya lentera yang mereka bawa menerangi jalan sempit yang penuh bebatuan, namun bayangan-bayangan aneh tampak menari di sekitar mereka, seolah mengikuti setiap langkah.Semakin dalam mereka masuk, udara semakin dingin dan berat. Dinding-dinding gua terasa semakin rapat, membuat mereka merasa seolah-olah sedang dijepit oleh kekuatan tak terlihat. Suara langkah kaki mereka menggema, memantul kembali dari kedalaman yang tak terduga.Mei Hua, yang berada di depan, tiba-tiba be
Terakhir Diperbarui: 2024-10-15
Chapter: 4 - Klan Naga MerahAngin malam menyapu padang rumput saat Li Shan dan Mei Hua terus bergerak menuju barat, mengikuti kabar tentang Klan Naga Merah.Di kejauhan, cahaya dari perkampungan kecil mulai terlihat. Mereka berhenti di sebuah dataran tinggi yang menghadap ke desa tersebut, mengamati dari kejauhan. Desa itu tampak sepi, dengan hanya beberapa rumah yang masih terlihat terang. Namun, di pusat desa, ada sebuah bangunan besar dengan bendera merah berkibar di atasnya.“Itu pasti markas Klan Naga Merah,” kata Mei Hua, matanya tajam menatap ke arah bangunan.Li Shan mengangguk, tetapi ia merasa sedikit ragu. “Aku tidak tahu apakah kita bisa mempercayai mereka. Klan Naga Merah dikenal sebagai aliran yang keras dan tidak kenal ampun.”Mei Hua tersenyum samar. “Terkadang kita harus mengambil risiko. Mereka adalah satu-satunya sekutu yang mungkin kita temukan untuk melawan Sekte Tiga Langit. Lagipula, kita tidak punya pilihan lain.”Mereka turun menuju desa dengan hati-hati, memastikan tidak ada yang memper
Terakhir Diperbarui: 2024-10-15
Chapter: 3 - Misteri Menghilangnya Zhao MingLi Shan dan Mei Hua menempuh perjalanan menuruni lereng Gunung Tianzhu, meninggalkan kabut yang masih menggantung di lereng. Malam mulai turun, menggelapkan jalan berbatu di depan mereka. Suara angin gunung berbisik pelan, seolah mengikuti mereka dengan kesan misterius yang sulit dijelaskan. "Aku belum pernah melihatmu setegas ini," kata Mei Hua sambil menatap Li Shan dengan pandangan menyelidik. Li Shan tetap diam beberapa saat, menimbang kata-katanya. "Ini lebih dari sekadar pertempuran atau perebutan Batu Langit. Ada sesuatu yang lebih besar terjadi di balik semua ini." Mei Hua tersenyum tipis. "Kau merasakan ada hal yang janggal, bukan? Sesuatu yang tidak pernah kau bayangkan dari dunia persilatan yang penuh dengan ambisi." Li Shan mengangguk pelan. "Semakin aku mempelajari seni bela diri, semakin aku sadar, kebenaran itu bukan hitam dan putih seperti yang dulu kupikirkan." Mereka terus berjalan melewati lembah gelap hingga tiba di kaki gunung, di mana terdapat desa kecil ber
Terakhir Diperbarui: 2024-10-15