LOGINLare Angon seorang anak yatim piatu yang bekerja menjadi penggembala. Tak sengaja mendapat kekuatan Kitab Mustika Jagad. Memungkinkan dia memiliki tenaga dalam tingkat tinggi. Namun karena kekuatan itu pula ia diburu oleh para pendekar yang ingin mengambil alih kekuatan tersebut. Di mana membutuhkan seratus hari sebelum kekuatan itu benar-benar menyatu sempurna dengan raga Lare Angon. Di bawah perlindungan pendekar golongan putih ia berhasil melarikan diri. Dalam pelarian ia bertemu dengan seorang gadis yang menyelamatkannya. Saat di masa depan mereka kembali bertemu, keadaan berbalik. Lare Angon harus membalas budi menyelamatkan gadis tersebut dari para prajurit kerajaan. Ia pun diburu sebagai penjahat. Bahkan harus berseberangan dengan para pendekar golongan putih yang dulu sempat menjadi pelindungnya.
View MoreRinginanom. Itu adalah satu-satunya tempat yang muncul di benaknya. Lare Angon memang tak punya tempat lain untuk kembali. Setidaknya ia harus tahu bagaimana nasib Juragan Prana sepeninggalnya. Kini ia berjalan gontai memasuki memasuki Ringinanom. Sengaja menunggu surup agar tak ada yang melihat. Bocah itu juga menghindari lewat jalan-jalan utama.Lare Angon berhenti di depan regol. Rumah itu masih sama. Tak ada yang berubah. Kecuali bagian atap depan yang tampaknya telah diperbarui setelah rusak karena pertarungan. Hanya saja suasana begitu sunyi. Pintu regol juga tertutup rapat meski hari belum masuk wayah sirep bocah.Lare Angon menghela napas. Menenangkan dadanya yang berdebar kencang. Kenangan buruk tentang yang terjadi di halaman rumah itu memenuhi ingatan.Seseorang tiba-tiba melintas di halaman. Sepertinya sedang mengambil sesuatu."Kang Sukra?" Panggil Lare Angon setengah berteriak.Orang itu menoleh. Mendekat ke arah regol."Lare Angon? Kau masih hidup?" Seru Sukra tak perc
Darr!!Kretakk!!Batu di tengah goa yang biasa menjadi tempat duduk itu retak. Asap mengepul dari sana. Lare Angon menatap telapak tangannya sendiri dengan takjub. "Bagus! Akhirnya kau bisa juga menguasai tingkat dasar dari Tapak Gledek." Ki Dharmaja berkata di belakangnya.Lare Angon mengulum senyum. Menghela napas lega. Tak kurang dari dua pekan ia habiskan untuk terus mencoba sampai akhirnya sampai di titik ini. Waktu di dalam goa itu terasa berjalan lamban. Mungkin karena kegagalan yang terus berulang. Meski baru tingkat dasar, keberhasilan ini adalah satu langkah besar.Dari Ki Dharmaja ia akhirnya mengerti, selain masalah pemusatan pikiran, pernapasan juga penting dalam pengendalian pikiran. Lalu kuda-kuda juga akan sangat menentukan dalam pertarungan."Kau sudah bisa menguasai dasar ilmu yang aku ajarkan. Namun Mustika Jagad memberimu kekuatan yang luar biasa. Jika orang lain harus berusaha keras untuk meningkatkan kekuatan mereka, maka tant
"Hitam putih, semua ada dalam pikiranmu. Kendalikan pikiranmu maka kau mengendalikan duniamu." Suara kembali bergema.Lare Angon memejamkan mata. Melenyapkan segala pikiran dan prasangka tentang apa yang baru ia lihat. Lalu perlahan mengerjap dan membuka mata kembali. Kini ia ada di dalam goa. Tempatnya berada sebelum samadi. Di depannya seorang lelaki tua duduk bersila. Ia mengenalnya sebagai Ki Dharmaja. Guru dari Sambu. Orang yang mengalihkan perhatian Ki Walang Sungsang dan Pangeran Rekatama. Entah sejak kapan Ki Dharmaja tiba.Lelaki tua itu perlahan membuka mata. Tersenyum pada Lare Angon yang mendadak menjadi gugup. Mengangguk dengan penuh hormat.Meski sudah sangat tua, mata Ki Dharmaja masih terlihat begitu jernih. Tubuhnya juga masih tegap. Hanya kulit keriput dan rambut memutih yang menjadi penanda usia."Lare Angon, tak aku sangka kau akan berhasil secepat ini. Kau telah berhasil memasuki alam pikiranmu sendiri. Lalu mengendalikannya. Jika kau g
"Kita mulai dengan berlatih mengosongkan pikiran." Kata Sambu. Kini keduanya sudah duduk bersila di atas batu. Saling berseberangan dan berhadap-hadapan."Saat aku pertama belajar, Guruku Ki Dharmaja mengatakan jika ilmu bisa diibaratkan sebagai benda dan kita adalah wadahnya. Agar bisa menampung benda itu sebanyak mungkin, maka kita harus mengosongkan wadah itu. Singkirkan apa pun pikiran yang bisa menghambat. Termasuk jika kita memiliki pemahaman pada ilmu lain sebelumnya. Lupakan semua. Lupakan apa yang membuatmu ada di sini. Buang ingatanmu untuk sementara. Kesedihan atau pun kesenangan. Kosongkan pikiranmu hingga benar-benar tak bersisa." Lanjut Sambu."Kenapa pikiran? Karena apa pun yang dilakukan dan dirasakan oleh tubuhmu sebetulnya dimulai dari pikiran. Kulitmu menyentuh api, namun pikiranlah yang menyuruhmu berteriak karena panas. Kendalikan pikiranmu, maka kau mengendalikan seluruh tubuhmu." Pungkas pemuda itu.Lare Angon mengangguk meski tak sepenuhnya menger
Sambu menoleh ke arah lubang tempat mereka datang. Lalu mengangguk-ngangguk. Lare Angon baru sadar jika Putut Pangestu tak mengikuti mereka."Sepertinya ia ingin menunjukkan niat baiknya dengan tak mengikuti kita sampai persembunyian ini. Tetapi dunia itu kejam. Kita tak pernah tahu apakah ia tulus atau ini hanya bagian dari tipu daya saja. Tetaplah waspada." Ucap Sambu.Lare Angon mengangguk. Lagipula setelah semua kekacauan yang terjadi, ia tak lagi begitu percaya pada Putut Pangestu."Duduklah! Aku yakin kau masih belum sepenuhnya mengerti dengan apa yang terjadi. Kenapa oran-orang itu tetap memburumu meski kau tak lagi membawa Kitab Mustika Jagad." Kembali Sambu berkata.Lare Angon lagi-lagi mengangguk. Di pinggir ruangan itu ada empat buah batu bulat menyerupai tempat duduk. Lare Angon meletakkan tubuhnya pada batu yang paling dekat.Sambu ikut duduk di seberangnya."Apa yang kau dengar sekilas tadi benar adanya. Gulungan yang sempat kau bawa adalah Kitab Mustika Jagad. Kitab it
"Tapak Geledek!" Putut Pangestu berseru terkejut. "Apa hubunganmu dengan Pendekar Tangan Halilintar?" Tanya lelaki itu kemudian. "Apakah itu penting?" Tanya Sambu. "Tentu saja penting! Aku harus tahu kau ada di golongan mana. Aku dengar jika Ki Dharmaja adalah orang yang lurus. Aku yakin ia tidak menginginkan Kitab Mustika Jagad untuk dirinya sendiri!" Ucap Putut Pangestu. "Memang tidak. Guru hanya memastikan kitab itu tak jatuh ke tangan orang yang bisa menghancurkan tatanan dunia itu. Karena kitab itu sudah jatuh ke tangan Lare Angon, maka kami akan melindunginya bagaimana pun caranya." Jawab Sambu. "Begitukah? Sebenarnya aku mendapat tugas yang sama. Gusti Pangeran Utara mengutusku untuk mengamankan kitab tersebut. Kerajaan tak mau kekacauan besar terjadi jika kitab itu jatuh ke tangan orang yang keliru. Jadi Pangeran Utara mengutusku untuk mengamankannya. Bertahun-tahun aku b
Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.
Comments