Para bandit yang tengah dihadapi oleh Vivi ternyata berjumlah sepuluh orang. Dan lagi, para bandit itu memiliki tubuh yang terlihat kuat. Sedangkan Vivi, ia hanyalah seorang anak perempuan yang usianya sebaya dengan Zero.
Gubrak!Satu orang bandit kembali tersungkur karena bagian perutnya tertusuk oleh pedang kayu dengan sangat kuat.Kioda kagum dengan kehebatan Vivi karena mampu mengalahkan dua orang bandit.Untuk anak seusia Vivi, dapat mengalahkan dua orang dewasa dapat dikatakan sangat hebat.'Boleh juga. Gaya berpedang bocah itu cukup terampil. Padahal ia masih mengunakan pedang kayu. Tapi ia dapat memperkirakan semua arah serangannya pada lawan.'"Ada apa dengan kalian?! Mengalahkan satu bocah saja tidak mampu! Cepat, tangkap dia! Nanti kita jual dia ke tempat penjualan budak!" Pemimpin kawanan bandit itu merasa kesal dengan anak buahnya."Jangan remehkan aku! Kalian para bandit memang harus diberi pelajaran!" Vivi tidak merasa takut sedikitpun.Lima belas menit kemudian, Vivi berhasil mengalahkan enam orang bandit. Tapi sayangnya, sepertinya Vivi sudah merasa kelelahan. Padahal masih tersisa empat orang bandit lagi, termasuk pemimpinnya."Kau lengah, Bocah! Rasakan ini!" Pemimpin bandit itu menebaskan pedangnya ke arah Vivi.Sring...!Brak!Namun kedua mata Pemimpin bandit itu terbelalak ketika ada seseorang yang memblokir serangannya.Kioda akhirnya maju dan membantu Vivi. Kioda sudah cukup puas melihat kemampuan yang Vivi perlihatkan."Kau boleh beristirahat di sana. Serahkan sisanya padaku. Kau sudah berusaha cukup keras. Aku akui, kau sangat berbakat dalam seni berpedang." Kioda memberikan sebotol ramuan kepada Vivi dan menyuruhnya beristirahat.Vivi awalnya ingin menolak. Namun setelah ia sadar bahwa orang yang membantunya ini adalah Kioda, ia pun tidak berani menyela. Alhasil Vivi pun duduk di bawah sebatang pohon besar dan memperhatikan apa yang akan Kioda lakukan terhadap keempat bandit ini."Kau, Pak Tua! Kau ingin menjadi pahlawan ya?! Cih! Jangan salahkan aku jika kau lebih cepat pergi ke neraka!" Dengan angkuhnya pemimpin bandit itu menghina Kioda.Kioda hanya menanggapi perkataan bandit itu sambil memberikan isyarat tangannya untuk menyuruh mereka semua maju sekaligus. Melihat itu, bandit-bandit itu pun merasa diremehkan. Mereka maju secara bersamaan dan mulai menyerang Kioda.Satu serangan, dua serangan, tiga serangan, bahkan sampai puluhan serangan tidak ada satu pun yang berhasil mengenai Kioda.Rasa kagum Vivi semakin bertambah melihat Kioda Sang Master Pedang menghadapi musuh-musuhnya dengan santainya."Apakah kalian para bandit hanya memiliki kemampuan seperti ini? Yah..., aku akui kalian cukup kuat jika dibandingkan orang biasa. Pantas saja kalian sering melakukan hal keji kepada korban kalian," ujar Kioda."Jangan banyak bicara kau, Pak Tua sialan!" Suara teriakan pemimpin bandit sangat memekikkan telinga.'Jurus Pedang Bayangan,' gumam Kioda.Sring...!Satu tebasan pedang yang sangat cepat Kioda tebaskan langsung kearah empat bandit itu.Keempat bandit itu tidak dapat melihat pergerakan Kioda. Alhasil, mereka semua langsung mengalami luka pada bagian kaki dan langsung tersungkur."Argh...!" Teriakan para bandit membuat kesunyian malam terkoyak.'Hebat! Master Kioda memang sangat hebat! Aku tidak dapat melihat pergerakannya sama sekali. Teknik apa itu? Aku jadi ingin memilikinya.' Kedua mata Vivi berbinar ketika melihat satu jurus yang Kioda lakukan."Cukup sampai di sini perbuatan kalian. Malam ini, aku masih memafkan kalian. Kalian pilih, ingin pergi dan bertaubat, atau ingin mati di sini malam ini?!" Tatapan mata Kioda sangatlah tajam, sehingga membuat tubuh para bandit itu gemetaran."Ma-maafkan Kami, Tuan. A-aku menyerah, aku akan pergi dan bertaubat," jawab bandit."Pergilah! Aku sudah menghafal wajah dan aura tubuh kalian. Jika di masa depan aku melihat kalian masih menjadi bandit, aku tidak akan mengampuni kalian lagi," ujar Kioda.Dengan tergesa-gesa para bandit itu berlari terbirit-birit. Bahkan sangking takutnya, semua barang hasil rampasan mereka pun ditinggal di sini."Terima kasih, Master Kioda!" Dari arah belakang tiba-tiba Vivi berdiri dan segera memberikan hormat kepada Kioda.Kioda yang mendengar Vivi mengenali dirinya merasa heran."Sebenarnya, siapa kau? Kenapa kau tahu namaku?"Vivi merasa bimbang. Apakah ia harus memberitahu kepada Kioda tentang identitasnya, atau tidak? Kalau ia beritahukan, apakah Kioda akan memberitahukannya pula kepada Zero?Kalau diperhatikan, penampilan Vivi malam ini sangatlah tertutup. Ia mengenakan pakaian serba hitam dan juga memakai sebuah topeng di wajahnya. Ia benar-benar ingin menyembunyikan identitasnya."Kalau kau ragu untuk memberitahukan siapa namamu, kau tidak perlu mengatakannya. Kalau begitu baiklah, aku akan memanggil muridku untuk membereskan barang-barang ini," ujar Kioda."Tunggu, Master! Bolehkah aku ikut dengan kalian? Aku akan jujur padamu, bahwa orang yang tadi memperhatikan kalian berbenah itu adalah aku." Akhirnya Vivi berkata jujur."Aku sudah tahu. Aku melihat aura pada tubuhmu. Aku tahu kau juga bukan orang jahat. Kalau memang kau ingin ikut dengan kami, ya silahkan saja," jawab Kioda.Vivi merasa senang karena Kioda membolehkannya ikut bersama mereka. Sebenarnya Vivi adalah salah satu penggemar berat Kioda
Melihat Zero yang akan kembali menyerang Vivi, akhirnya Kioda maju dan menahan Zero."Zero, sudahlah. Aku rasa kau sudah berlebihan untuk yang kali ini." Kioda meraih pedang kayu milik Zero dan mengambilnya untuk disimpan."Tapi Guru...," Zero ingin membantah tapi ia takut dengan Kioda lalu ia pun mengurungkannya.Lalu, malam ini Zero terpaksa harus tidur satu tenda bersama gurunya karena ada Vivi yang dipersilahkan untuk ikut beristirahat oleh Kioda bersama mereka malam ini. Hal ini membuat Zero semakin kesal dan timbul rasa sedikit tidak suka dengan kehadiran Vivi. Tapi Zero hanya bisa memendamnya saja dalam hati. Ia benar-benar tidak berani untuk melawan perintah gurunya. Begitu patuhnya Zero atas semua perintah gurunya.***Pagi harinya, mereka bertiga kembali berkemas dan Kioda juga mengatakan kepada Vivi kalau memang ia ingin mengambil beberapa harta milik para bandit semalam, Kioda tidak akan melarangnya. Sebab Vivi sudah berjuang sangat keras tadi malam."Tidak perlu, Master.
Kioda tidak bisa lagi menghindar dari pertarungan ini karena Zero yang dengan gegabah langsung maju dan menyerang kawanan Bandit itu."Jurus Pertama...!" teriak Zero.Tapi kali ini Kioda benar-benar terperangah ketika melihat Zero yang meliuk-liukkan tubuhnya dan terlihat seperti sedang menari dengan pedang. Gerakan yang Zero lakukan bukanlah seperti gerakan seorang pemula. Di setiap gerakan yang Zero lakukan itu, terlihat layaknya Master Pedang. Dan ternyata, Zero benar-benar berhasil mengalahkan lima orang sekaligus."Aku juga bisa!" Vivi tidak mau kalah dan ia pun ikut maju."Baiklah, kalian berhati-hatilah...!" Dengan pasrah, Kioda akhirnya ikut menyerang juga."Rasakan ini! Jurus Pertama!" Lagi-lagi Zero menggunakan jurus pertama yang benar-benar telah ia kuasai.Namun yang tak disangka oleh Zero bahwa ada seseorang yang mampu menahan serangan jurus pertamanya. Sejauh ini, baru kali ini Zero mendapati ada orang yang mampu menahan serangan jurus pertamanya.Pria yang mampu menahan
Zero akhirnya mendapatkan satu pedang sungguhan yang ia rebut dari Gogon. Saat ini Zero yang sedang memegang dua pedang sungguhan mencoba menebaskannya ke arah sebatang pohon yang ukuranya sangat besar dengan menggunakan jurus pertamanya."Jurus Pertama!" ucap Zero.Sring...!Ketika Zero menebaskan pedangnya, pada gerakan terakhir munculah bayangan kepala naga berwarna merah yang terlihat seperti meraung."A-apa itu?" kedua mata Vivi terbelalak."Hah?" Begitu pula dengan Kioda, ia sama terkejutnya seperti Vivi.Saat kekuatan yang dihasilkan oleh tebasan pedang Zero itu menyentuh batang pohon, pohon itu seketika langsung terpotong. Tebasan pedang Zero itu terlihat sangat mudah saat menebas sebatang pohon yang berdiameter sebesar tiga meter itu."Wah...? Aku berhasil! Guru..., Vivi, kalian lihat itu? Aku berhasil melakukannya...! Hahaha...!" Zero berteriak dengan girang ketika merasa berhasil menggunakan jurus pertama yang pertama kalinya menggunakan dua pedang sungguhan. Sayangnya, satu
Pedang milik Zero memiliki rahasia atau kekuatan khusus yang belum terungkap. Berikut adalah beberapa kemungkinan:1. Pedang Hidup: Pedang Zero mungkin lebih dari sekedar benda mati. Mungkin pedang ini memiliki kesadaran sendiri atau semacam kehidupan spiritual di dalamnya yang bisa berkomunikasi atau berinteraksi dengan Zero.2. Pedang Transformasi: Pedang Zero mungkin memiliki kemampuan untuk berubah bentuk atau ukuran, memberinya fleksibilitas dalam pertempuran. Misalnya, pedang ini bisa berubah menjadi tombak, panah, atau bahkan perisai jika diperlukan.3. Pedang Elemen: Pedang Zero mungkin memiliki kekuatan elemen tertentu, seperti api, air, angin, atau petir. Ini bisa memberinya keuntungan dalam pertempuran, tergantung pada situasi atau lawan yang dia hadapi.4. Pedang Penyembuh: Pedang Zero mungkin memiliki kemampuan untuk menyembuhkan atau memulihkan energi. Ini bisa sangat berguna dalam pertempuran yang panjang atau ketika Zero atau teman-temannya terluka.5. Pedang Legendaris
Zero membuka peti itu. Dan kedua mata Zero sangat berbinar setelah melihat isinya. Dalam peti itu terdapat banyak sekali perhiasan emas."Guru, Vivi, lihatlah apa yang aku temukan!" Zero berteriak dengan girang."Yah, kita simpan saja semua barang berharga ini. Tapi sepertinya stok makanan yang mereka miliki tidak terlalu banyak. Terpaksa nanti kita akan berburu hewan di dalam hutan untuk bekal kita ke depannya," jawab Kioda."Guru, aku juga menemukan sesuatu!" Kini gantian Vivi yang berteriak sangat antusias.Ternyata Vivi menemukan satu pedang yang berada di dalam sebuah karung. Pedang itu terlihat dibalut oleh kain sutra berwarna putih. Karena merasa sangat senang, Vivi tanpa sadar langsung langsung meraihnya."Argh...!" Namun Vivi malah berteriak seperti orang yang kesakitan. Setelah itu tatapannya terasa buram."Vivi, ada apa...!" Zero langsung bergegas mendekati Vivi. Begitu pula dengan Kioda.Dan Zero menambah kecepatan berlarinya karena melihat Vivi yang tubuhnya terkulai. Untu
Vivi merasa sangat asing dengan tempat di mana ia berada saat ini.Sedangkan Zero, ia terlihat sangat khawatir dengan Vivi."Guru, apakah benar Vivi baik-baik saja?" tanya Zero."Tenanglah. Aku berani bertaruh apapun, Vivi memang baik-baik saja. Nanti ketika ia sadar kita dengarkan saja cerita pengalamannya ke dimensi lain," jawab Kioda."Baiklah, aku percaya dengan Guru. Tapi Guru, bisakah aku juga pergi ke dimensi lain seperti yang Guru katakan tadi?" Ternyata Zero merasa sedikit iri dengan Vivi.Zero iri tetapi tidak dengki. Ia merasa iri karena ada rasa penasaran juga dengan ucapan gurunya tentang dimensi lain."Suatu saat aku yakin kau pasti bisa pergi ke sana. Oleh sebab itu, kau harus lebih giat lagi berlatih sesuai apa yang ada pada Kitab Legendarismu itu. Dan sekali lagi aku mengingatkanmu, jangan pernah memberitahu siapapun tentang kitab dan juga pedangmu," ujar Kioda."Baik, Guru. Tenang saja, aku tidak akan memberitahukan pada siapapun tentang hal ini kecuali kita bertiga,
Ketika mendengarkan kisah tentang Master Pedang, semangat Zero langsung membara. Sebab, Zero sering kali berangan-angan kalau dirinya menjadi Master Pedang. Dan kebetulan, Master Pedang yang ada dalam cerita gurunya itu adalah ayahnya sendiri."Guru, apakah aku benar-benar bisa menjadi pendekar yang hebat seperti Ayahku?" tanya Zero."Zero, aku sangat yakin kalau nanti kau bukan hanya bisa hebat seperti Ayahmu saja. Tapi kau akan jauh lebih hebat dan melampaui Ayahmu. Aku sangat yakin akan hal itu, Zero." Kioda menjawab sambil mengendalikan kereta kuda yang mereka kendarai.Dan tak terasa, akhirnya langit pun hampir terlihat gelap. Mumpung masih sore hari, Kioda akhirnya memutuskan untuk mencari tempat beristirahat mereka bertiga nanti malam. Nampaknya perjalanan mereka sudah separuh perjalanan.Lalu Zero dan Kioda kembali membenahi barang-barang yang mereka butuhkan. Dan setelah semuanya selesai, Zero masih merasa khawatir dengan keadaan Vivi karena saat ia melihat kondisinya ternyat