Share

08. Berdebat

Vivi merasa bimbang. Apakah ia harus memberitahu kepada Kioda tentang identitasnya, atau tidak? Kalau ia beritahukan, apakah Kioda akan memberitahukannya pula kepada Zero?

Kalau diperhatikan, penampilan Vivi malam ini sangatlah tertutup. Ia mengenakan pakaian serba hitam dan juga memakai sebuah topeng di wajahnya. Ia benar-benar ingin menyembunyikan identitasnya.

"Kalau kau ragu untuk memberitahukan siapa namamu, kau tidak perlu mengatakannya. Kalau begitu baiklah, aku akan memanggil muridku untuk membereskan barang-barang ini," ujar Kioda.

"Tunggu, Master! Bolehkah aku ikut dengan kalian? Aku akan jujur padamu, bahwa orang yang tadi memperhatikan kalian berbenah itu adalah aku." Akhirnya Vivi berkata jujur.

"Aku sudah tahu. Aku melihat aura pada tubuhmu. Aku tahu kau juga bukan orang jahat. Kalau memang kau ingin ikut dengan kami, ya silahkan saja," jawab Kioda.

Vivi merasa senang karena Kioda membolehkannya ikut bersama mereka. Sebenarnya Vivi adalah salah satu penggemar berat Kioda. Nama Kioda memang sangat terkenal di dunia bela diri khususnya dalam seni berpedang.

Sedangkan Zero, ia langsung berlari mendekati gurunya saat melihat gurunya telah kembali.

"Guru, apakah Guru baik-baik saja?" tanya Zero merasa khawatir akan gurunya.

"Tenanglah, Zero. Aku baik-baik saja. Kalau begitu, ayo kita bertiga pergi kembali ke tempat tadi. Ada beberapa barang yang sepertinya dapat kita manfaatkan," ujar Kioda.

"Eh? Kita bertiga? Siapa?" Ternyata Zero belum menyadari kehadiran Vivi.

"Dengan dia." Kioda menjawab seraya menunjuk ke arah Vivi.

"Dia? Siapa dia, Guru?" tanya Zero.

"Kau tanya saja sendiri kepadanya. Dia pun belum memberitahuku siapa namanya." Kioda kembali berjalan memimpin keduanya.

Zero memperhatikan Vivi dari atas sampai bawah. Sepertinya Zero sedikit mengenali Vivi. Tapi ia juga meragukannya. Zero mencoba mengingat kembali apakah pernah bertemu dengan Vivi, atau tidak.

"Tunggu! Aku tahu dia, Guru! Orang ini adalah orang yang pernah menyerangku secara tiba-tiba ketika aku berlatih di tepi hutan ini!" Mengingat hal itu, membuat Zero merasa kesal.

"Ingatanmu tidak buruk. Iya benar, aku memang pernah menyerangmu secara tiba-tiba. Aku hanya merasa penasaran, seberapa hebat anak dari Master Pedang, Koziki Odin." Vivi tidak menyangkal apa yang Zero katakan.

Kedua alis Zero mengkerut karena heran, kenapa Vivi bisa tahu akan identitas orang tuanya?

"Hey, dari mana kau tahu nama Ayahku?! Jangan bilang kau adalah anak dari musuh Ayahku?!" Rasa curiga akhirnya muncul di benak Zero.

"Kau berpikir terlalu jauh, Zero," jawab Vivi.

"Dari mana kau tahu namaku juga?! Hah?!" Kedua mata Zero kini melotot.

"Sudahlah, aku sedang lelah. Aku sedang malas banyak bicara." Kebetulan Vivi memang masih merasa lelah setelah melawan para bandit tadi.

Brak!

Namun tiba-tiba gantian Zero yang menyerang Vivi.

"Zero, apa yang kau lakukan?" tanya Kioda heran melihat Zero bersikap seperti ini. Kioda memang tidak tahu apa yang terjadi di antara keduanya.

"Kau ingin melawanku?! Baiklah, aku masih memiliki sedikit tenaga untuk mengalahkanmu," ujar Vivi.

Melihat kedua orang yang terlihat bersemangat, Kioda pun membiarkannya dan ia juga sekalian ingin melihat apakah muridnya dapat mengalahkan Vivi?

Kali ini Zero tidak segan-segan melawan Vivi.

'Jurus Pertama!' gumam Zero.

Karena tubuh Vivi memang tidak dalam keadaan prima, akhirnya Vivi terpental dan tubuhnya hampir saja menghantam sebatang pohon yang cukup besar.

Melihat itu, Kioda pun tersenyum dan langsung bergegas menolong Vivi dan mencegah agar tubuh Vivi tidak membentur pohon itu.

"Cukup, Zero. Lihatlah, Vivi kalah." Kioda mencegah Zero yang ingin kembali menyerang Vivi.

"Terima kasih, Master. Aku akui kali ini aku kalah darinya. Memang saat ini tubuhku sedang tidak dalam keadaan prima," ujar Vivi.

Mendengar ucapan Vivi, Zero menjadi bertambah kesal. Seakan-akan Vivi sangat percaya bahwa ia tidak akan kalah dari Zero jika tubuhnya sudah benar-benar pulih.

"Jangan sombong, kau! Aku ingat, kala itu juga kau kalah dariku," ujar Zero dengan sinis.

"Kalau begitu, kalian bisa lanjutkan pertarungan kalian di hari esok. Ini sudah malam, ayo kita segera bereskan barang ini bersama-sama terlebih dahulu." Ada rasa senang dalam hati Kioda. Melihat reaksi keduanya yang sama-sama tak mau kalah, Kioda justru menilai kalau mereka berdua ini memiliki sebuah kecocokan tertentu.

"Apakah kau dengar apa kata Master Kioda?! Kalau berani, hadapi aku setelah tubuhku pulih!" Vivi mendengus kesal.

"Oke! Siapa takut? Tapi sebelumnya, katakan dulu siapa namamu. Sangat tidak adil bukan, jika kau mengetahui namaku dan Guruku, namun kami tidak mengetahui siapa namamu?!" Zero sebenarnya masih penasaran dengan identitas Vivi. Jadi ia sengaja memancing dan mencari alasan agar Vivi mau memberi tahu namanya.

"Apakah sepenting itu bagimu siapa namaku?!" Vivi juga akhirnya merasa tambah kesal.

"Tentu saja," jawab Zero.

Vivi kembali ragu. Apakah ini saatnya ia memberitahu identitasnya kepada orang lain?

"Aku rasa itu tidaklah penting!" jawab Vivi.

Rasa kesal Zero akhirnya memuncak. Ia kembali maju dan menyerang Vivi.

"Kau ini, kalau begitu rasakan ini...!"

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Boti Jjhc
baru belajar dua jurus sudah berubah sikap seperti orang yang selalu membulinya.tiada bezanya dengan orang lain.
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status