Beranda / Pendekar / Pendekar Tanpa Wajah / 20 - Keributan di Aula Utama

Share

20 - Keributan di Aula Utama

Penulis: Gauche Diablo
last update Terakhir Diperbarui: 2024-02-18 20:09:41

“Ini pakaian seragam dan token identitas kalian. Jangan sampai hilang atau rusak. Untuk awal, kalian akan diberi poin 1000 yang ada di token kalian. Itu bisa kalian gunakan untuk membeli makanan, peralatan, atau meminjam buku di perpustakaan. Kalian bisa menghasilkan poin dengan melakukan misi-misi yang bisa kalian lihat di Papan Misi di aula utama.” Setelah membagikan seragam dan token, Murid Dalam itu pergi meninggalkan barak tersebut.

Yao Chen menatap seragam di tangannya. ‘Warnanya putih. Barakku tadi bernomor 727. Dengan diterimanya 200 ribu peserta, maka akan ada 10 ribu barak di lembah ini. Yah, karena tempat ini seluas Indonesia, aku tak heran kalau Pelataran Luar bisa memiliki puluhan ribu barak.’

Kemudian, Yao Chen berjalan ke ranjang yang tersisa, letaknya di sudut dan dekat WC karena yang lain sudah berebutan lebih dulu untuk ranjang terbaik. Tak apa. Dia tak ingin meributkan hal sepele semacam itu.

Sembari duduk di tepi ranjangnya, Yao Chen menatap tokennya. Dia menete
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Pendekar Tanpa Wajah   596 - Tiba di Tujuan

    Naga kuno itu memandang lama ke Putri Suci. “Jiwamu paling murni. Itulah kenapa kau paling bisa meredam amarahku, Putri Suci.”“Saya tau Anda sosok bijaksana.” Putri Suci menimpali dengan tidak melupakan senyum manisnya.Yao Chen paling paham, naga kunonya paling susah menolak kecantikan di depan mata. Oleh karena itu, alih-alih mengancamnya menggunakan Tasbih Semesta, kenapa tidak menggunakan cara yang lebih manusiawi?Err … tapi ini Gao Long. Maka … cara nagawi? Karena sudah menjadi rahasia umum bahwa kaum naga merupakan kaum paling mesum di seantero jagat raya.“Tapi ini bukan sekadar tentang misi. Ini tentang harga diri seekor naga. Aku tidak suka diperintah.” Gao Long menyambung.Raut wajah keras kepalanya masih belum hilang.“Tidak ada yang memerintah Anda,” ujar Putri Suci. “Ini adalah permintaan dari seorang kawan yang sedang mempertaruhkan segalanya.”K

  • Pendekar Tanpa Wajah   595 - Gao Long Dibutuhkan

    “Aku tak tau,” jawab Yao Chen jujur. “Dia naga yang keras kepala dan sangat selektif. Dia hanya akan bergerak jika ingin saja.”“Saya bisa bantu bicara pada Beliau,” ucap Putri Suci, tersenyum tipis.Yao Chen mengangguk setuju, lalu berdiri dan menatap ke depan. “Kalau begitu, kita bisa mulai setelah ini. Kita terbangkan Gao Long menuju Bayangan Timur. Tapi sebelum itu, kita perlu menyamarkan keberadaan kita.”Dia lalu mengeluarkan beberapa batu formasi dari Tasbih Semesta di tubuhnya. Dalam sekejap, puluhan simbol muncul di udara. Api, angin, dan cahaya membentuk jaring-jaring perlindungan dan penyamaran di sekitar gua.“Formasi Ilusi Lima Lapisan dan Penyekat Langit,” bisik Sima Honglian, pelan.Sebagai orang yang mempelajari formasi, tentu saja Sima Honglian paham. Meski dia tak tau, bagaimana dan dari mana Yao Chen menguasai formasi tingkat tinggi semacam itu.Yao Chen menganggu

  • Pendekar Tanpa Wajah   594 - Menuju Negeri Bayangan Timur

    “Negeri Bayangan Timur—argh!”Altar meledakkan cahaya. Yao Chen terlempar keluar dari penglihatan masa lalunya, terjatuh di atas lutut. Napasnya memburu, tubuhnya berkeringat deras.Sima Honglian segera memapahnya. “Chen! Kau baik-baik saja?”“Ya.” gumamnya lemah. “Aku melihatnya … Kakak Ketigaku dan juga ayah. Mereka masih hidup. Tapi … ada sesuatu yang menghalanginya. Sesuatu yang sangat gelap.”Sheng Meiyu mendekat. “Kau tadi menyebut ayahmu?”Yao Chen menatap mereka semua dengan sorot mata baru—penuh tekad. “Ayahku juga masih hidup. Mereka berdua berhasil selamat dari kehancuran klan kami … tapi sekarang mereka dalam bahaya. Mereka ditahan atau berada di bawah pengaruh kekuatan iblis.”“Rupanya begitu.” Putri Suci menggumam.“Negeri Bayangan Timur. Aku mendengar suara yang menyebutkan nama itu.” Tak lupa

  • Pendekar Tanpa Wajah   593 - Ritual Warisan Darah

    “Aku berangkat sekarang.” Yao Chen memandang altar di depannya dengan keteguhan sikap.Melangkah mantap, dia menaiki anak tangga batu menuju altar warisan darah. Di sisi altar terdapat batu merah tua sebesar meja bundar, dikelilingi delapan pilar giok berukir simbol kuno. Aura misterius mengalir dari dasar ruang suci itu, seolah menarik setiap helai rambut berdiri.Kepala Biara menatapnya serius. “Altar ini dibangun oleh para leluhur sebagai jembatan antara darah dan takdir. Begitu ritual dimulai, ingatan dan keberadaan kerabat sedarahmu yang masih hidup akan tertarik ke dalam penglihatanmu. Tapi bersiaplah, Tuan Muda … karena ritual ini bisa menunjukkan lebih dari sekadar kebenaran.”Yao Chen mengangguk. “Aku sudah siap.”“Lepaskan beberapa tetes darahmu ke tengah altar dan biarkan jiwamu terbuka.” Kepala biara memberikan instruksi.Tanpa ragu, Yao Chen menggenggam pedangnya, menggores telapak tangannya, dan meneteskan darah ke atas altar.

  • Pendekar Tanpa Wajah   592 - Biara Darah Leluhur

    “Kalian sudah siap?” tanya Yao Chen pagi itu.Ketiga istrinya mengangguk tegas.Garuda Nirwana melesat di langit pagi, membelah kabut tebal dan mendung kelabu yang menggantung di ujung timur benua.Di atas punggungnya yang lebar dan berbulu keemasan, Yao Chen berdiri di depan, matanya tajam menatap cakrawala. Sima Honglian, Sheng Meiyu, dan Putri Suci duduk di belakangnya dalam keheningan penuh kewaspadaan.“Berapa jauh lagi?” tanya Sheng Meiyu, angin dingin meniup rambutnya.Putri Suci membuka gulungan peta kuno yang dijaga erat. “Jika arah kita benar, maka Biara Darah Leluhur terletak di celah Lembah Hitam, di antara dua pegunungan iblis. Tempat itu tersembunyi oleh formasi kabut ilusi. Tak ada yang bisa masuk tanpa izin darah murni atau restu biara.”Yao Chen mengangguk. “Bagus. Semoga mereka belum dikuasai oleh pasukan iblis.”Sima Honglian meletakkan tangannya di bahu Yao Chen. “Apa kau benar-benar yakin saudaramu masih hidup?”Yao Chen terdiam sejenak. “Saat aku mencapai Tingkat

  • Pendekar Tanpa Wajah   591 - Panglima Gu Muncul Kembali

    “Ya, aku sudah mencapai Tingkat 11.” Yao Chen tersenyum.Aura membakar menyembur dari tubuh Yao Chen, lalu hilang seketika—terkondensasi sempurna ke dalam intinya.Yao Chen kini berada di Tingkat 11—Ranah Tinggi Formasi Jiwa.Dia membuka mata. Tatapannya lebih dalam, lebih tenang, dan matanya menyala keemasan seperti bintang kuno. Kemudian mengangguk pada ucapan Sima Honglian.“Sebenarnya, kenaikan tingkatku belum selesai saat itu. Hanya karena aku ingin menjumpaimu, makanya kutahan di Tingkat 10 Puncak,” jelas Yao Chen.Sima Honglian menghela napas panjang. Untuk pertama kalinya, dia benar-benar merasa sangat dicintai.‘Kini aku yakin, dunia ini memiliki satu titik terang yang bisa kupercayai tanpa ragu. Dan titik terang itu … adalah Chen, suamiku.’ batinnya sambil tersenyum memeluk lengan Yao Chen.* * *Langit di luar gua masih redup saat Yao Chen membuka matanya. Energi di sekitarnya tenang, namun mengalir kuat—bukti bahwa dia telah mantap menapaki Tingkat 11, Ranah Tinggi Formasi

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status