"Kurang ajar Kalian berdua, Aku tak akan membiarkan kalian melakukan itu" Bentak Kahinda yang sudah tidak lagi bisa menahan diri dan dia langsung keluar dari persembunyiannya.
Dua orang itu pun seketika terkejut, ketika Kahinda datang dan memergoki mereka yang membicarakan Rencana untuk membunuh Ayahnya. Kahinda jelas saja tidak tahan melihat keduanya. Selain dari pada itu, Kahinda ingin menghentikan keduanya melakukan hal keji pada ayahnya. Terlepas dari apa yang dia lihat sekarang. "Kahinda, Apa yang kamu lakukan disini?" tanya seorang pria bernama Marya Leksula yang merupakan kekasih Kahinda. "Kakak, aku bisa jelaskan. Aku dirayu olehnya" ucapan itu keluar secara spontan dari mulut adik Kahinda yang bernama Kahayu Rahma Dewi. "Kahayu!" bentak Marya Leksula tertegun sebentar. Keduanya mengira bahwa Kahinda tidak mendengar semua hal yang mereka bicarakan. Dan mengira bahwa Kahinda hanya memergoki mereka yang sempat ingin berpadu kasih. Saat ini Marya Leksula membenarkan pakaiannya yang terbuka dibagian dada. Begitu pula Kahayu Rahma Dewi yang sempat menutup bagian tubuhnya dengan selendang. "Sudah, tak perlu banyak alasan. Aku mendengar semua yang kalian bicarakan. Bahkan aku melihat sendiri kalian mau berbuat hal yang menjijikkan" Ucap keras itu datang dari mulut Kahinda yang sudah tidak tahan melihat kelakuan keduanya. "Apa maksud mu mendengar semuanya?" tanya Marya Leksula sedikit melirik ke arah Kahayu. Dia juga siap melakukan sesuatu, jika sampai Kahinda memberitahu rencana mereka pada orang lain. Kahinda terdiam sesaat, Dia merasa terlalu ceroboh sekarang. Seharusnya dia tidak keluar terlebih dahulu, tapi karena dia melihat Marya Leksula ingin melakukan sesuatu dengan Adiknya. Dia yang sudah tidak tahan akhirnya memaksa dirinya untuk keluar dari persembunyiannya. Dia langsung mundur perlahan ketika tahu Marya Leksula meraih pedangnya di dekat Ranjang. "Aku akan adukan ini Pada Ayah dan Paman. Bagaimana pun kalian harus menerima Hukuman yang setimpal atas rencana dan perbuatan buruk kalian" ucap Kahinda sedikit tertegun. Marya Leksula sendiri terus mencoba untuk berjalan pelan sembari mendekati Kahinda. Dia juga tidak ingin membiarkan Kahinda lolos begitu saja. "Kahinda, bergabunglah dengan ku. Kita bisa membicarakan hal ini berdua" ucap Marya Leksula dalam sekejap tersenyum setelah merasa dirinya lebih dekat dengan Kahinda. Kahinda sendiri masih berjalan mundur sambil mencoba melihat pedang yang terus dimainkan Marya Leksula. "Pria Busuk seperti mu, seharusnya aku tahu kau hanya ingin kekuasaan Ayahku" Lirih Kahinda seketika kembali tertegun melihat Marya Leksula langsung melayangkan pedang ke arahnya. "Matilah, Kau!" teriak Marya Leksula mencoba untuk menebas Kahinda. Untunglah sesaat Kahinda sempat bisa menghindari tebasan pedang Marya Leksula, dia menunduk dan seketika langsung mendorong tubuh Marya Leksula ke belakang. Dan disaat yang bersamaan, Kahinda langsung berlari melewati beberapa ruangan di rumah Marya. "Kahinda, tak akan aku biarkan kau lari" teriak Marya Leksula yang kemudian mengejar Kahinda yang berhasil lolos dari tebasan pedangnya. Sedangkan Kahayu sendiri sekarang merasa begitu cemas, kalau-kalau Kahinda membocorkan rencana mereka. Dia begitu panik dan berharap Marya Leksula bisa menangkap Kahinda atau membunuhnya terlebih dahulu. Dia bahkan sekarang mondar-mandir kebingungan, "Bagaimana ini, Kalau sampai semua orang tahu. Aku bakal kena Masalah" ucap Kahayu yang memutuskan untuk pergi dari Rumah Marya Leksula. Sedangkan Kahinda sekarang masih terus berlari dari kejaran Marya Leksula. Dia begitu takut sekarang dan merasa dirinya terlalu bodoh dan tidak memikirkan rencana apapun untuk mencegah keduanya. "Sial, Kenapa aku ini. Seharusnya aku tidak menampakkan diri, tapi aku juga tidak ingin melihat hal menjijikkan dilakukan di depan mata ku." Rumah Marya Leksula sendiri memang memiliki beberapa ruangan yang terbuka, sehingga apa yang dilakukan Marya Leksula dan Kahayu bisa dilihat oleh siapapun yang masuk kedalam rumahnya. Kahinda sendiri bisa masuk ke dalam rumah Marya Leksula secara diam-diam. Dimana dia sebelumnya melihat dan mendapati adiknya sendiri datang ke rumah Marya Leksula. Karena penasaran, Akhirnya Kahinda memutuskan untuk diam-diam masuk ke rumah Marya Leksula dan pada akhirnya dia mengetahui bahwa ada hubungan antara Adiknya dan Marya Leksula. Tapi hal yang lebih membuat Kahinda terkejut adalah Rencana keduanya yang ingin membunuh ayahnya. Dimana keduanya seakan-akan ingin membuat Kahinda sebagai kambing hitam atas pembunuh yang mereka berdua rencankan. Masih dalam pengejaran, Saat ini Kahinda terus mencoba untuk tetap berlari sambil mencoba untuk melakukan sesuatu. "Aku tidak mungkin bisa menang Melawan Marya, tapi aku juga tidak bisa terus berlari seperti ini." Ucap Kahinda terhenti ketika melihat pedang Marya Leksula menusuk Pohon didepannya. "Kahinda, Kau sudah tidak mungkin bisa lari. Bagaimana pun, Wilayah ini jauh dari Kerajaan Marpala." tutur Marya Leksula tersenyum melihat Kahinda menoleh kebelakang. "Apa benar?, Aku tahu kamu lebih sakti dariku. Tapi, aku juga mampu mengalahkan mu dan membawa kalian berdua untuk menghadap pada kerajaann." Ucap Kahinda yang sebenarnya masih ingin lari dari kejaran Marya Leksula. "Jangan omong kosong, Kau hanya seorang perempuan yang hanya bisa bekerja di ranjang. Walaupun aku belum bisa menyentuh mu, Tapi aku sudah beberapa kali berpadu kasih dengan adikmu." Marya Leksula mengatakan hal itu dengan tawa keras, seakan bangga dia mampu membuat Kahinda terayu olehnya. Kahinda sendiri juga tidak menyangka bahwa dirinya bisa begitu mudah dirayu oleh seorang pria yang ternyata memiliki hati yang begitu busuk. Bahkan dirinya begitu lengah, dan tidak memperhatikan. Kahinda lalu berkata. "Seharusnya aku tidak dibutakan cinta palsumu. Aku begitu mempercayai mu, sampai aku tahu semua ke busukkan mu. Tapi, sebelum kau membunuh ku, Katakan apa sebenarnya tujuan mu?." Kahinda berharap Marya Leksula mau memberikan jawaban sebenarnya sebelum dirinya mati ditangannya. Tapi itu hanya sebuah siasat kahinda untuk mengetahui tujuan sesungguhnya Marya Leksula yang ingin membunuh ayahnya. "Kau ingin tahu, Aku hanya ingin membalas dendam atas kematian ayahku yang telah dihukum pancung atas tuduhan pemberontakan Kerajaan Marpala. Aku begitu sakit hati, ketika tahu bahwa tuduhan terhadap ayahku itu semua palsu. Aku bahkan menjadi yatim saat diriku baru berusia 8 tahun. Ibuku jadi sakit-sakitan karena tak Terima tuduhan itu." Jelas Marya Leksula yang tidak menceritakan detail ceritanya, sampai dia ingin membalas kematian kedua orang tuanya. "Tapi, Ayahku hanya melakukan tugasnya menjadi seorang raja. Dia hanya ingin meminimalisir masalah Kerajaan" Ucap Kahinda yang tahu kejadian itu. "Tapi dia menargetkan desaku, bahkan dia membunuh siapapun yang melawan kehendaknya. Aku sendiri berhasil selamat dari Malapetaka itu, Jika bukan karena ibuku" Ucap Marya Leksula perlahan mendekat ke Kahinda.Di belakang Mayapena bersaudara, kaliwu membuka mulutnya lebar-lebar ketika dia melihat ke arah keduanya. Dia melata pelan tanpa bersuara, tampak tubuhnya begitu elastis dengan Kepala mendongak ke bawah. Dia bukan ular kobra atau semacamnya, tapi dia mendirikan kepalanya seolah seperti tiang listrik. Dia memperlihatkan taringnya yang tajam sambil melirik ke arah Ragul. Dia sedang menunggu waktu yang tepat untuk melakukan serangan. Bahkan kedua Mayapena bersaudara pun tak sadar jika dibelakang mereka muncul sosok Ular besar. "Kak, Dia begitu mulus. Sebelum kita menggunakannya. Aku ingin mandi kembang terlebih dulu." Ucapan itu keluar dari mulut Ragul yang sedang meremas kain baunya. "Haha, Itu lebih baik." Balas Ragil yang sedang mengikat Kahinda dengan tali yang belum terikat kuat dan mengencangkan–nya. "Aku sudah tak butuh ini" Ragil melemparkan kain bau ke belakang dan itu tepat masuk ke dalam mulut Kaliwu. Kahinda yang saat ini belum memberikan aba-aba, begitu terkejut ket
Ragul pun ikut melompat ke arah Kahinda. Dia sudah mempersiapkan dirinya untuk dijadikan pengalihan. Dia bersama Kakaknya, akan melakukan segala cara hanya untuk menangkap Kahinda, walaupun harus mempermalukan dirinya. Bagaimana pun, keduanya sudah sangat tergoda dengan kemolekan dan kecantikan Kahinda. Terlebih bagi Ragil sendiri, Kahinda adalah tipe wanita yang sempurna untuk dijadikan istrinya. Ragul hanya mengikuti keinginan Kakaknya, dia sekarang tertawa lebar ketika melihat Kahinda memperhatikan dirinya. Dia berdiri dengan begitu tegap dan berani. "Hey, Cantik lihat aku." Ucapnya sembari tertawa lepas, ketika dia memperlihatkan bulu ketiaknya. "Kalian berdua memang menjijikkan!" Bentak Kahinda seketika menerima tendangan Ragil di perutnya. Dia langsung terpental mundur ke belakang dan terjatuh ke sisi pinggir danau. Ragil dan Ragul kembali tertawa, ketika tahu Kahinda bisa dengan semudah itu dikalahkan. Ragul kemudian mengenakan pakaiannya kembali dan dia hanya ingin mempe
Ragil dan Ragul tak menyangka, Wanita didepannya begitu ahli dalam pertarungan. Keduanya pun mundur kebelakang ketika merasa pukulan palu mereka tidak membuat Kahinda menyerah. Bahkan keduanya sekarang begitu terkejut melihat Kahinda kembali membuat ejekan. "Dua lawan satu, Ayo kalian maju?!" tantang Kahinda membuat senyum cantik di depan mereka. Tampak bibir dan giginya telihat manis saat membuat senyum itu. Ragil kemudian meminta Adiknya untuk mundur dan berbisik beberapa hal. Dia ingin tahu apakah Kahinda memang sehebat itu, dan mampu membuat mereka mundur kebelakang. "Kau mengerti kan" tutur Ragil yang meminta Adiknya untuk melakukan sesuatu. "Malulah, Masa aku buka pakaian?" Ragul langsung dijitak Kakaknya yang memiliki Rencana dan siasat aneh. Kahinda terbengong beberapa saat, ketika dia melihat Ragil maju dan Ragul melangkah ke arah samping. Dia terus memperhatikan keduanya, "Apa yang kalian Rencana kan?" tanya Kahinda. Ragil hanya tersenyum sebelum dia pada akhirnya
"Haha, Aku sudah cukup lega sekarang. Wanita ini begitu mulus dan terasa Enak untuk digunakan." Tutur Sosok Botak berjanggut. Dia adalah Ragil Mayapena yang sedang mengikat seorang wanita cantik hasil tangkapannya. "Lain kali aku mau duluan Kakak, Aku juga mau merasakan Wanita yang masih Perawan." Ucap Ragul Mayapena sembari duduk dan memperhatikan Kakaknya yang sedang membenarkan celananya. "Tapi sayang, dia tak terlalu banyak menjerit. Padahal aku lebih suka Wanita yang melawan." Ucap Ragil Mayapena berjalan ke arah kudanya. Dan saat dirinya berbalik arah, dia langsung mendengar suara Ragul Mayapena yang terjatuh. "B–wah!" Ragul Mayapena tersungkur ke tanah ketika dirinya mendapatkan sebuah tendangan keras dari Kahinda. "Ragul!" teriak Ragil melihat ke arah seseorang Wanita yang berdiri di belakang Ragil. Ragul langsung bangkit, dan memperhatikan wanita di belakangnya. Dia langsung tersenyum melihat sosok Kahinda, "Kak, Bukankah dia Wanita di kedai." Ucap Ragul bangkit dan
Dua hari kemudian, Kahinda dan Wan Bin tengah mempersiapkan diri mereka untuk kembali memutar jalan. Mereka sedang menunggu Kaliwu menunjukkan kehebatannya. Di bantu Kahinda selaku majikannya, Kaliwu sedang memusatkan tenaga magisnya. Dari telapak tangan Kahinda, anting Kaliwu berkedip dan melata di tanah seperti ular kecil mainan. Ukurannya seperti sebatang rokok dan itu sangat kecil. Jika, di ibaratkan tubuh Kaliwu itu seperti tiga kecoa berjajar dan berbaris. Kahinda mencoba kembali pemanggilan bentuk besar ular Kaliwu. Dia berkonsentrasi penuh saat ini, dan ketika dua jarinya berada dan menempel di keningnya. Kahinda langsung menyalurkan tenaga Magis yang sudah dipelajari dari Kaliwu. Terlihat benang merah bersinar seperti cahaya laser langsung masuk ke dalam tubuh Kaliwu. Hanya sesaat, Kahinda melihat tubuh Kaliwu semakin membesar dan dia langsung mundur bersama Wan Bin. "W–argh!" Teriak Kaliwu menggema, sisik merahnya terlihat seperti lava berpijar ketika dirinya kembali k
Kahinda pun langsung menutup matanya, dan perlahan dia merasakan sensasi dingin di wajahnya. Dia benar-benar ketakutan ketika melihat taring tajam dan juga panjang hendak menusuk dirinya. "Apa yang kamu lakukan!" teriak Wan Bin yang langsung di lilit ekor kaliwu. Dia tidak mampu bergerak ketika merasakan lilitan itu terus meremas tubuhnya. "Haha, Bagaimana ya rasanya daging manusia??" tanya Kaliwu mengarahkan ekor ke wajahnya sendiri. Dia ingin melihat tatapan ketakutan Wan Bin saat ini. "Apa kamu suka makan daging ular?." Saat ini Kaliwu hanya ingin membalikkan perkataan Wan Bin yang beberapa menit yang lalu tergiur dengan dagingnya. "Kaliwu, lepaskan Wan Bin!." Ucap Kahinda merasakan dan melihat ingatan kaliwu di dalam pikirannya. Kahinda tidak takut, hanya saja dia sedikit merasa pening ketika dirinya terhubung dengan Kaliwu. Walaupun hanya sesaat, Kahinda melihat gambaran wajah seseorang perempuan cantik yang merupakan Ratu ular. Sampai beberapa menit kemudian, Kaliwu lang