Sena berusaha untuk tidak terpengaruh perkataan Catra, tapi nyatanya itu benar-benar mengganggu dirinya. Sena merasa Catra tidak asal bicara, dua pengawal yang pernah di gambar Catra sebenarnya Sena pernah memimpikan mereka. Perkataan Catra bahwa Sena seharusnya sudah mati juga begitu mengganggu pikirannya.
“Jangan terlalu dipikirkan perkataan Catra, dia memang setengah gila!” nasehat Dimas saat melihat Sena hanya melamun sepanjang perkuliahan. “Semoga saja memang karena dia setengah gila!” balas Sena. “Aaa...!!! “ Suara teriakan banyak mahasiswa terdengar dari luar. Suara itu di dominasi oleh suara wanita yang berteriak histeris karena ketakutan. Sena dan Dimas segera berlari ke luar halaman gedung. Di sana ia melihat Tito tengah menggelepar di atas tanah. Sepuluh jarinya di tancapkan di lantai, tatapan matanya tajam, menoleh ke sana kemari dengan wajah yang mengintimidasi. ‘Irawati lega ketika melihat mobil Sena mulai memasuki halaman rumah. Ia bisa bernafas lega dan kembali masuk untuk duduk di kursi panjang ruang tamu.“Apa ada yang terjadi?” tanya Irawati begitu Sena memasuki rumah.Sena menghentikan langkahnya saat hendak menaiki tangga menuju tempat tidurnya. Sebelum masuk ia sudah menyapa, tapi ibunya tidak menjawab dan justru bertanya ‘apa ada yang terjadi,’ pertanyaan itu membuat Sena merasa ibunya sudah mengetahui bahwa ada sesuatu yang terjadi dengan dirinya selama di kampus. Entah bagaimana dan dari siapa ibunya bisa tahu. Perasaan mengganjal mengisi hati Sena yang semula sudah mulai baik-baik saja.“Apa ibu memata-matai diriku?” tanya Sena dengan wajah yang berubah tegas.“Jadi benar terjadi sesuatu, apakah itu membahayakan dirimu? Apakah kamu baik-baik saja?” cecar Irawati.Sena semakin tidak senang dengan cecaran ibunya, “Apa ibu m
Sena terbangun dari mimpi buruknya, ketika bangun keringat di tubuh yang sudah bercucuran. Wanita di mimpi Sena memang memiliki kecantikan yang belum pernah lihat sebelumnya, tapi setinggi apa pun kecantikan itu jika ia datang dengan kondisi terbang di atas lautan tetap saja membuatnya bergidik ketakutan.Suara riuh di depan hotel mulai terdengar, ‘Sepertinya mahasiswa lain sudah mulai berdatangan,’ batin Sena.Ia menolak keinginan dirinya untuk keluar, ia malas bertemu dengan Cara. Kejadian kemarin sore di kampus membuat ia malas untuk berbaur. Ia memilih keluar untuk rapat koordinasi nanti malam.Dimas masuk dengan tubuh yang basah kuyup, pasir laut menempel di tiap area tubuhnya. Air laut menetes di setiap jengkal langkah Dimas hingga membuat lantai keramik basah bercampur pasir.“Jorok sekali, seharusnya kamu basuh dulu di luar!” maki Sena.“Tenang habis ini aku lap,” jawab Dim
Sena membalikkan tubuhnya dan melangkah ke arah Catra.“Jangan bertele-tele, katakan apa yang kamu inginkan?”“Kembalilah ke laut sebelum banyak korban yang berjatuhan. Ratu Samudera sudah menunggu kedatanganmu!”“Astaga! Apa yang aku lakukan, sepertinya aku sudah membuat kesalahan dengan mendengarkan orang gila sepertimu!”Sena melangkah pergi meninggalkan Catra, ia menahan emosi pada dirinya sekuat mungkin. Meski rasanya ia ingin sekali menghancurkan mulut Catra agar berhenti omong kosong.“Besok kamu akan mengerti apa maksud perkataanku selama ini,” kata Catra.Sena tak menggubris dan terus melangkah pergi.‘Kamu harus segera mengingat kejadian masa kecilmu untuk mencari pertolongan. Jika kamu tidak bisa mengingatnya, maka semua akan sia-sia. Akal sehatmu tidak akan bisa menerima semua penjelasan,’ batin Catra, ia kembali menyesap kopi hitamnya.Pagi menjelang, semua mahasiswa sudah bersiap dengan peralatan mereka.
Catra berhasil menyeret tubuh Sena hingga ke darat. Di sana beberapa mahasiswa menyaksikan kejadian mengerikan itu, Sena hampir saja tenggelam dan Catra yang merupakan musuh bebuyutan Sena berhasil menyelamatkan.Catra menatap lautan kembali, di sana ia melihat tatapan prajurit mistis Ratu Segara yang menatap tajam ke arahnya. Tatapan amarah itu di tunjukan pada Catra yang sudah menggagalkan usaha mereka menyeret pengantin Ratu Segara.“Belum waktunya, bukankah masih ada tiga bulan sebelum usia ke 21 tahun pemuda ini,” kata Catra dalam hati kepada para prajurit itu.Dari sosok penjaga Catra ia tahu bahwa Perjanjian Sena akan jatuh tempo saat usianya yang ke-21.“Kami akan mengambilnya kembali pada saat itu, sembunyi di dalam gua pun tak akan membuat pria itu terhindar dari perjanjian!” jawab salah satu punggawa itu. Tentu saja hanya Catra yang mampu mendengarnya. Setelah rombongan prajurit tak kasat mata itu pergi Catra segera menyadarkan Sena yan
Kilatan ingatan masa kecil Sena terus berdatangan. Ia ingat pernah hidup penuh ketakutan setiap hari dengan berbagai penampakan. Lalu setelah kedatangan dirinya kepada pria tua, Sena mulai tak melihat hantu lagi bahkan ia juga mulai melupakan memori tentang dirinya yang pernah tenggelam di lautan.“Apa kamu sudah mengingat semuanya?” tanya Catra.Sena mengangguk, keringat masih bercucuran di tubuhnya. Bahkan kepalanya masih terasa sakit seolah baru saja di pukul oleh palu gada.“Duduklah!” Catra membantu Sena kembali duduk di kursi depan hotel. Ia segera menuangkan segelas air putih untuk Sena yang dengan cepat dihabiskan dalam sekali teguk oleh Sena.“Apa yang harus aku lakukan?” tanya Sena setelah memenangkan dirinya. Dari ingatan masa kecil dan juga hal aneh yang terjadi saat ia tenggelam tadi Sena bisa menarik kesimpulan bahwa dirinya sedang dalam bahaya makhluk tak kasat mata.“Sulit melepaskan orang yang sudah ditandai,” terang Catra.&nbs
Keesokan harinya di Bandara, seorang wanita cantik turun dari pesawat. Usianya sekitar 20 tahun dengan rambut berwarna coklat terang yang tampak serasi dengan warna kulitnya yang putih. Elena baru saja kembali ke Indonesia setelah dua tahun berada di Jepang. Elena segera menghentikan taksi dan menuju ke kampus Sena. Ia ingin memberi kejutan untuk kekasihnya yang belum mengetahui kedatangan dirinya.Sena baru saja keluar kelas ketika menyaksikan Elena tengah berdiri dengan bersandar dinding di samping pintu kelas Sena. Gadis itu tak ragu merangkulkan kedua tangannya ke leher Sena begitu bertemu. Ia tak memedulikan banyak pasang mata yang melihatnya dengan sinis, sebagian dari mereka adalah mahasiswi yang sudah lama menaruh rasa pada Sena.“Kamu sudah kembali?” tanya Sena lirih di sela pelukan erat Elena.“Aku sengaja membuat kejutan untukmu. Bagaimana? Apakah kamu terkejut?”“Iya, aku sangat terkejut dan juga bahagia!”
Irawati tengah duduk di teras rumahnya dengan perasaan gelisah. Cucu Ki Sukmo baru saja menelepon dan mengatakan bahwa Gina tidak bersedia membantunya.“Apa yang harus aku lakukan sekarang?” gumam Irawati.“Haruskah aku menikahkan Sena dengan wanita lain? Atau menyewa PSK untuk tidur dengan Sena?”Irawati merasakan sakit di kepalanya, ia terus memijat keningnya. Ia tahu bahwa tak akan semudah itu, nyawa wanita itu bisa berada dalam bahaya.‘Aku tak akan menyerah, pasti ada wanita lain yang memiliki kekuatan selain Gina,’ batin Irawati.“Apa Ibu sakit?” tanya Sena menghampiri ibunya yang terlihat gelisah.“Ti-tidak, hanya sedikit sakit kepala. Apa kuliahmu libur hari ini?”“Iya, hari ini jadwal kuliahku kosong Bu.”“Ibu,” panggil Sena perlahan, nada panggilan itu terdengar memiliki maksud tertentu.“Ada apa Sena? Apa ada yang ingin k
Malam hari ini Sena sudah mulai tinggal di apartemen Elena, saat Sena memasuki apartemen kekasihnya itu ia mencumbu aroma pewangi ruangan yang segar di setiap sudut. Elena menyambutnya dengan baik, gadis itu bahkan berdandan dengan gaun tipis yang menampilkan tiap lekuk indah tubuhnya.“Akhirnya kita akan tinggal bersama,” kata Elena dengan memeluk lengan besar Sena.Sena merasa aliran darah di tubuhnya memanas, ia terus menarik nafas dalam untuk membuang pikiran kotor jauh dari otaknya.“Apa kamu sudah makan?” tanya Sena.“Belum, apa kami mau makan di luar atau pesan makanan antar?”“Kita pesan makan saja, aku sangat lelah untuk keluar mencari makan.”“Baiklah, kita akan makan malam kemudian aku akan melakukan sedikit pijatan untuk menghilangkan rasa lelahmu.”Sena mengernyitkan dahinya, malam ini sepertinya akan menjadi malam yang berat setelah ia melihat betapa antusias El