Share

4. Ke Kota

Aera keluar dari ruang manajer, bergegas menemui Jean dan Ga Eun sahabatnya yang berada di dapur.

"Jean, sepulang kerja bisakah kau datang kerumah? Ada hal yang ingin aku katakan padamu. Jean dimana Ga Eun?" tanya Aera.

"Tentu aku bisa. Sepulang kerja aku akan ke rumahmu. Aera ada apa denganmu?"

"Kau belum menjawab pertanyaan ku, dimana Ga Eun? sejak tadi aku tidak melihatnya,"

"Ga Eun sedang keluar. Satu jam lagi dia akan kembali, kamu tidak perlu khawatir aku pastikan mengajaknya kerumah mu. Sekarang kamu kenapa tidak menjawab pertanyaan ku?"

"Aku tidak apa-apa, aku tunggu kamu di rumah. Aku harus pulang sekarang, sampai ketemu di rumah." Aera meninggalkan Jean yang terpaku melihat sikap Aera yang tidak seperti biasanya.

"Aera Hati- hati. Hubungi aku jika ada sesuatu yang membuatmu tidak nyaman!" Aera mengangguk dan melambaikan tangannya pada Jean.

Aera yang tidak henti-hentinya memikirkan surat yang di tinggalkan untuknya dan kata-kata yang di tuliskan ibu semalam sebelum meninggal. Hatinya kembali gelisah, namun sekuat mungkin ia berusaha untuk menyimpannya sendiri.

'Apakah ini yang ingin ibu bicarakan denganku?' kata Aera dalam hati.

Sesampainya di rumah Aera langsung menuju kamar ibunya. Berharap Aera menemukan sesuatu yang bisa membuat hatinya lega.

'Ibu selama ini aku sangat menyayangimu. Bahkan aku sangat percaya padamu, tapi kenapa ibu tega membohongiku. Anak yang aku anggap telah tiada ternyata masih hidup. Apakah ini perjanjian ibu dengan tuan besar Hyun ibu, hiks.. hiks... kesalahan apa yang aku perbuat dimasa lalu, sehingga aku di bohongi oleh ibuku seperti ini," Area menjatuhkan tubuhnya di atas lantai yang dingin. Tubuhnya bergetar seiring isak tangisnya.

Dulu disaat ibunya terbaring di rumah sakit, tuan besar menemuinya. Hingga ia bersedia mengandung anak dari tuan muda Hyung, pria yang tidak pernah ditemuinya dan alasan tuan besar yang tidak ingin memiliki cucu dari wanita yang tidak di kenalnya.

Sudah berapa lama Aera terus menangis, membuatnya kelelahan dan kembali tersadar. Dengan tubuhnya yang lelah ia berusaha untuk berdiri.

Aera kembali ke kamar dan membersihkan tubuhnya. Tidak butuh waktu lama setelah selesai Aera mengambil koper di atas lemari dan memasukan baju-bajunya. Aera bertekad untuk bertemu putranya yang tidak pernah ia temui sesaat setelah melahirkannya.

Suara ketukan pintu menyadarkan lamunan. Aera membiarkan kopernya yang tergeletak di atas tempat tidur ia memilih melihat siapa yang datang kerumahnya.

"Jean, Ga Eun. Kalian sudah datang?"

"Aera ini makanlah, aku yakin kamu pasti belum makan." Tanpa menjawab perkataan Aera. Jean memberikan satu bungkus kotak pizza.

"Terima kasih Jean, tapi aku belum lapar."

"Kamu bisa menyimpannya. Jika kamu lapar nanti bisa kamu makan, aku letakan di atas meja makan jika kamu lapar. Dan ini ada berapa menu makanan yang bisa kamu hangatkan jika kamu sudah lapar."

"Aera, sekarang katakan ada apa? Apa kamu ada masalah. Atau kamu ingin kita tinggal disini untuk menemani mu? Dengan senang hati kami akan tinggal disini." Jean tersenyum lebar melihat wajah sahabatnya yang terlihat sendu.

"Jean, Ga Eun, besok aku akan ke kota, aku titip rumahku pada kalian. Datanglah jika kalian ada waktu untuk menengok rumahku." Jean dan Ga Eun saling pandang. Mereka bersamaan bertanya dengan suara terkejut.

"Ke kota!! apa maksudmu Aera? Apa karena ini, kamu keluar dari restoran? Aera katakan padaku apa yang kamu sembunyikan dari kami. Biarkan aku yang membantumu nanti disana, jika kamu memberitahuku apa yang sebenarnya terjadi,"

"Kamu benar Jean, tapi aku ingin ke kota. Ada yang harus aku lakukan."

"Apa ada hubungannya dengan surat yang di tulis ibumu? Jika iya aku akan mendukungmu. Dan ini alamat sepupuku dia pasti membantumu, kau bisa menemuinya di sana,"

"Terima kasih Jean. Kalian adalah teman terbaik yang aku miliki,"

"Sudahlah Aera selama di sana jangan lupa beri kabar padaku, dan pada Ga Eun. Atau jika perlu aku akan mencari kerja disana agar bisa bersamamu, dan tentunya Ga Eun ikut bersama dengan kita nantinya."

"Aera apa kamu tahu alamat rumah Tuan besar Hyung?"

"Tidak Jean, aku tidak tahu. Tapi aku akan mencarinya. Yang aku dengar Tuan besar Hyung orang no satu di kota J. Aku yakin bisa menemukannya."

"Baiklah, sekarang kamu makan. Dan pergilah tidur besok kau akan melakukan perjalanan jauh. Maksudku adalah jalan yang panjang untuk memulai semuanya."

"Baiklah Ga Eun, Jean. Malam ini kalian akan menginap disini, bersamaku?"

"Tentu kami akan menginap,"

Mereka menghabiskan banyak waktu, mereka saling bertukar cerita. Sesekali tawa mereka terdengar saat Ga Eun dan Jean membuat cerita yang membuat Aera tersenyum lebar.

"Aera, sudah malam. Sebaiknya kamu istirahat bukankah besok pagi kamu akan pergi."

"Benar yang di katakan oleh Jean, kau harus istirahat. Kami tidak ingin kamu salah alamat karena kamu tertidur saat berada di dalam mobil." Ga Eun, mengingatkan Aera untuk beristirahat. Mengingat besok adalah sejarah baru yang akan di jalani oleh Aera sahabatnya. Tanpa mereka sebagai sahabat yang selalu ada.

Tidak jauh di berbeda dengan dua sahabatnya. Aera yang tidak bisa memejamkan matanya, walau berapa kali ia berusaha untuk menutup matanya.

Bayangan pengakuan ibu Seo, kembali terbayang membuat Aera terbangun dan memutuskan untuk membuat coklat panas di dapur.

"Aku, tahu kau tidak bisa tidur malam ini." Area tersentak saat Ga Eun berdiri di sampingnya.

"Jean sudah tidur?"

"Ya, kau tahu bagaimana sahabat kita bukan?"

"Ya, Jean tidak bisa menyentuh bantal. Jika menyentuhnya dalam hitungan detik dia akan terbuai dengan mimpi indahnya."

"Katakan apakah tujuan kamu yang terpenting saat ini? Apakah surat dari Bibi yang membuatmu tidak bisa tidur malam ini?" tanya Ga Eun.

"Kamu benar Ga Eun, kenapa ibu membohongiku?"

"Bibi, pasti memiliki alasan yang kuat. Percayalah Bibi tidak akan melakukan hal seperti ini jika tidak.."

"Ga Eun, aku tahu. Tapi kenapa ibu tidak mengatakan yang sebenarnya padaku? Aku akan memahaminya jika ibu bicara jujur padaku Ga Eun."

"Percayalah, Bibi memiliki alasan yang tidak bisa mengatakan padamu. Dan inilah tugas untukmu mencari tahu apa yang terjadi dan perjanjian apa antara tuan besar Hyun dan bibi Seo." Aera terdiam sesaat. Dan ia mengangguk membenarkan perkataan Ga Eun.

"Sudahlah habiskan coklat panasnya. Dan istirahat,"

Mereka kembali ke kamar untuk beristirahat. Besok adalah waktu yang baru untuk Aera.

****

Keesokan harinya Aera yang telah bersiap untuk pergi. Ga Eun dan Jean dua sahabatnya menemaninya sampai taksi online yang di pesannya datang.

Mobil yang di pesan Aera tiba berhenti di depan rumah Aera. Sang sopir memasukan barang Aera ke dalam bagasi. Aera menoleh kearah dus sahabatnya dan berkata dengan lirih.

"Jean aku pergi dulu, GA Eun, aku titipkan rumahku pada kalian."

"Kamu jangan khawatir, kami akan sering-sering mengunjungi rumahmu."

"Jaga diri baik-baik, jangan lupa kau hubungi sepupuku. Dia akan membantumu disana, dan hubungi kami jika kau baik-baik saja."

"Tentu Ga Eun, Jean, aku pasti menghubungimu dan juga sepupumu. Sekarang aku pergi dulu." Ga Eun dan Jean melepas kepergian sahabat yang seperti saudara, sungguh sesuatu yang sangat berat, baik Aera maupun dua sahabatnya. Mereka sebenarnya enggan berpisah namun takdir mereka tidak sama. Aera harus menemui putranya. Yang tidak pernah ia lihat sebelumnya. bermodalkan alamat Aera mencari keberadaan putranya.

Butuh waktu yang panjang untuk menuju kota Seoul, tetapi tekad Aera untuk mencari putranya yang membuatnya tidak merasakan lelah.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status