Share

Bab 4 Dekat

Author: Dhesu Nurill
last update Last Updated: 2024-09-22 16:37:37

"Sana pergi!" perintah Senja, tapi tak dihiraukan Abimanyu.

Tiga puluh menit sudah Senja menunggu Dewantara. Walaupun tak diharapkan, Abimanyu tetap menemani gadis itu.

Semalam, Dewantara meminta untuk bertemu dengan Senja. Ada sesuatu yang ingin dia bicarakan. Namun, sampai detik ini tidak ada tanda-tanda kehadirannya. Bahkan telepon Dewantara tidak bisa dihubungi.

Kesal dan khawatir merasuki relung hati. Senja memilin ujung baju, menyalurkan perasaan tak nyaman. Terlebih lagi, Abimanyu tidak bisa diajak kompromi. Pria itu bersikukuh untuk ikut.

Sebelumnya, Senja mengedap-endap keluar rumah dan menjalankan mobil dengan cepat, tapi ternyata baru 10 menit berselancar di jalanan, Abimanyu sudah ada di belakang mobilnya. Dengan pakaian kasual dan hoodie cokelat, Abimanyu mengikuti ke mana avanza itu melaju.

Senja memukul pelan kepalanya, merutuki kebodohan diri. Harusnya dia sadar kalau Abimanyu bukan orang yang mudah dikelabui. Strateginya gagal, ditambah dengan Dewantara yang entah di mana rimbanya.

"Aku yakini kekasihmu ingkar janji," kata Abimanyu seraya melihat jam di tangan.

Wajah Senja cemberut. Perkataan Abimanyu bisa saja benar, tapi baru kali ini Dewantara tidak menepati janji.

Segala kemungkinan yang menjadi praduga muncul di benak Senja. Dari mulai selingkuh sampai kecelakaan menjadi alternatif kecurigaan yang hadir. Namun, segera dia menepisnya tatkala suara panggilan masuk dari Dewantara, menggetarkan ponsel berwarna putih di tangannya.

Seulas senyum terbit hingga tanpa sadar dia mendekati Abimanyu yang tengah duduk di sandaran kursi Taman Kota.

"Tuh, kamu yang parno. Dasar kulkas!" cibir Senja seraya menjawab panggilan dan menjauh dari Abimanyu.

Abimanyu hanya mengedikkan bahu, kemudian bangkit dan berjalan mendekati Senja seraya menengok ke kanan dan ke kiri, memeriksa keamanan Senja.

Mengingat kejadian semalam membuat Abimanyu semakin ketat menjaga Senja. Kemungkinan besar, mereka adalah orang yang membunuh Wijaksana. Tidak ada tempat aman untuk saat ini.

Samar-samar, Abimanyu mendengar Senja menaikkan nada bicara, yang artinya mereka sedang bertengkar. Entah apa yang membuat Abimanyu menarik sebelah ujung bibir, yang pasti hatinya merasa lega.

Tidak lama kemudian, Senja berbalik dan mendapati Abimanyu sudah berada di belakangnya.

"Ngapain di sini? Enggak sopan nguping pembicaraan orang!" Senja tersungut-sungut dengan wajah memerah.

Abimanyu menahan tawa melihat raut wajah gadis itu. Tanpa bisa ditahan, akhirnya tawa lepas keluar dari mulut Abimanyu.

Senja yang kaget pun hanya menatap tak percaya. Selain karena aneh, kekaguman datang bersamaan. Untuk pertama kalinya, Senja melihat pria dengan julukan kulkas itu tertawa. Tidak dapat dipungkiri, dia terpesona dengan Abimanyu.

"Bisa tertawa juga, sudah mencair?" Senja sengaja bertanya dengan nada meledek.

Seketika tawa Abimanyu berhenti. Dia berdehem, mencoba menetralkan segala rasa yang membuncah di dalam sana.

"Ayo pulang!" perintah Abimanyu, melenggang pergi.

Kini Senja yang menahan tawa, aksinya sukses membuat pria itu tidak berkutik. Amarah karena pertengkarannya dengan Dewantara di telepon tadi menguap begitu saja, berganti dengan rasa penasaran yang bergelayut di benak.

"Kamu siapa sebenarnya, Abimanyu?" gumam Senja sebelum mengikuti langkah Abimanyu yang semakin menjauh.

***

Hening. Deru mesin berbaur dengan lantunan syair merdu dari radio menjadi melodi sumbang di antara Senja dan Abimanyu.

Pria berparas tampan itu memandang mobil-mobil yang berjajar rapi di depan mau pun di sampingnya.

Suara klakson saling bersahutan menambah lengkap suasana yang membuat dua orang itu jengah.

Pikiran Abimanyu melanglangbuana entah ke mana. Ada banyak teka-teki yang harus dia pecahkan. Termasuk pria bertato naga itu. Ditambah sosok Dewantara yang membuatnya semakin susah menjaga Senja.

Pelan kendaraan mulai maju dan macet berkurang. Saat hendak menjalankan mobil, Abimanyu menangkap ekspresi Senja yang menatapnya sedari tadi.

Kikuk, tak sengaja Abimanyu malah menginjak rem dan sukses membuat Senja mencium dashboard mobil.

Suara pekikan meluncur dari bibir mungil Senja. Diusap-usapnya kening yang agak memerah.

Abimanyu langsung memarkirkan mobilnya di depan sebuah minimarket. Dengan sigap, dia meraih kepala Senja dan meniupi kening gadis itu.

Seketika tubuh Senja menegang, mendapat perlakuan Abimanyu yang tiba-tiba. Jantung Senja berdegup mengikuti alunan musik di radio, tangannya tiba-tiba mengeluarkan keringat dingin dengan perut menggelitik seolah ada yang siap keluar dari perut.

Wajah Senja memerah tatkala Abimanyu mengelus-elus kening dan rambutnya. Kini, jantungnya entah melompat ke mana, tubuh gadis itu bergetar menahan sesuatu yang tak menentu.

"Kamu tidak apa-apa?" tanya Abimanyu tanpa sadar menangkup wajah Senja.

Senja hanya mengangguk kaku, wajah mereka begitu dekat. Bahkan napas Abimanyu bisa Senja rasakan. Dengan pelan Senja menyusuri pahatan indah yang ada di depan mata. Sempurna, hanya itu yang terlintas. Bahkan Dewantara kalah jika dibandingkan dengan Abimanyu.

Teringat Dewantara, Senja segera menepis pikiran aneh dari kepalanya. Dengan cepat Senja menarik tangan Abimanyu dari wajahnya.

"Aku baik-baik saja," jawab Senja pelan seraya menarik napas pelan.

Abimanyu masih menatap khawatir Senja. Keningnya jelas memerah, cukup membuktikan bahwa Senja tidak baik-baik saja.

Hendak kembali menyentuh tanda merah itu, Senja terlebih dahulu menepis.

"Jangan kurang ajar! Aku majikanmu!" seru senja sontak membuat wajah Abimanyu kembali dingin.

Tanpa menimpali, Abimanyu langsung menginjak gas, kembali mobil meluncur di jalanan yang lengang.

Untuk sesaat, Abimanyu lupa posisinya hingga kehilangan kendali. Entah apa yang mendorongnya untuk melakukan hal konyol tadi. Dia tidak pernah seperti ini sebelumnya, ada apa dengan Abimanyu?

***

Cukup lama Senja menatap sosok Abimanyu yang tengah memasak. Dengan lihai, Abimanyu memotong bahan masakan dan juga meraciknya hingga tercium aroma yang menggugah selera.

Sepulangnya dari taman dan menuai kekecewaan karena Dewantara ingkar janji, Senja berencana menghabiskan harinya di kamar tanpa gangguan.

Namun, perutnya tak bisa dikompromi. Lapar mendera, mungkin karena sebelumnya dia tidak sarapan ditambah energinya terkuras sehabis bertengkar dengan Dewantara menjadi alasan kuat untuk Senja melenggang pergi ke dapur.

Saat menginjakkan kaki di dapur, mata Senja dimanjakan oleh sosok yang tengah berkutat dengan peralatan masak juga bahan untuk dimasak.

Dalam sekejap dia terhipnotis dengan apa yang dilakukan Abimanyu. Pria bisa memasak itu keren, menurut senja. Sekarang, di sinilah dia, tengah menunggu santapan juga menikmati pemandangan yang memanjakan mata.

"Aku tampan, kan?" tanya Abimanyu tanpa menoleh pada Senja.

Senja langsung menegakkan punggung, merasa terciduk.

"Aku tahu, jadi jangan melihatku seolah akan memakanku hidup-hidup," sambung Abimanyu, kini memutar badan lalu berjalan mendekati Senja dengan omlet yang dihias di piring, cantik.

Senja mencebik, dia menahan rasa malu dengan mengoceh tak jelas. Lalu, tiba-tiba satu pertanyaan muncul ke permukaan.

"Hei, kulkas! Kamu sudah punya kekasih?" tanya Senja saat Abimanyu baru saja mendudukkan diri di kursi kayu yang berhadapan dengannya.

Abimanyu langsung menatap Senja dingin. Dia tidak suka jika masalah pribadinya diusik.

"Bukan urusanmu, makan!" Suara Abimanyu seperti sebuah gertakan, sukses membuat Senja bungkam.

Dalam diam mereka menyantap hidangan. Rasa penasaran mulai hadir di benak Senja, sedangkan Abimanyu hatinya berkecamuk mendengar pertanyaan Senja. Dia belum pernah menjalin hubungan, tapi hatinya pernah tertawan oleh seseorang yang membuatnya trauma berhubungan dengan seorang gadis.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 20 Lembaran Baru

    Aroma melati menguar di ruangan dengan lampu temaram, membuat suasana indah bertabur harapan dan doa.Di atas ranjang yang penuh bunga, dua orang tengah melepas rasa cinta dengan ikatan halal yang sudah diikrarkan.Tak ada ucapan yang keluar sebagai bentuk ungkapan rasa, hanya tatapan dan sentuhan sebagai perwakilan cinta. Mereka sudah membuka lembaran baru kehidupan.“Bi.” Senja membenarkan posisi tidurnya, dia bersandar di dada bidang Abimanyu.“Hmm, apa Sayang?” Pria itu membiarkan gadis yang sudah sah menjadi istrinya agar bisa leluasa untuk berbaring di sampingnya dengan nyaman.“Kenapa kamu selalu dingin padaku dulu?” tanya Senja penasaran.Abimanyu diam sejenak, dia lalu mengelus surai hitam milik Senja. “Aku memang seperti itu, Sayang. Mungkin karena profesiku yang selalu dalam bahaya, membentukku menjadi pria dingin. Tapi, nyatanya tidak seperti yang kamu kira, ‘kan?”Senja cengengesan, baru sadar akan kepribadian Abimanyu yang sesungguhnya. Peribahasa ‘Jangan menilai orang d

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 19 Kejujuran

    Abimanyu mengernyit, silau dengan cahaya yang terlalu terang. Dengan perlahan, dia mulai membuka mata menyesuaikan dengan cahaya di ruangan itu.Ruangan serba putih dengan bau obat yang menyengat, pria itu sudah bisa menebak keberadaannya saat ini. Dia menggerakkan tangan, tapi ada sesuatu yang menahannya.Dengan kepala yang berdenyut, Abimanyu mencoba melihat ke sisi kanan. Seulas senyum terbit di bibir pucatnya, pelan dia mengusap surai hitam milik perempuan yang tengah terlelap seraya menggenggam tangannya.“Senja,” gumam Abimanyu dengan suara parau, sukses membuat orang yang dimaksud terbangun.Dengan pelan Senja mengucek mata, lalu dia membeku seraya menatap Abimanyu tak percaya, sedetik kemudian Senja berhambur ke pelukan Abimanyu.“Alhamdulillah, syukurlah. Akhirnya kamu sadar juga, Bi,” lirih Senja membuat tubuh Abimanyu yang lemah langsung menegang.Cukup lama Senja memeluk Abimanyu yang tak merespons. Khawatir, akhirnya gadis itu melihat keadaan Abimanyu.“Kamu kenapa?” tany

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 18 Terungkap

    Rasti kebingungan mencari Senja di ruang tunggu operasi. Lampu di atas pintunya sudah mati, itu berarti operasi telah usia. Dia mendesah panjang, obrolannya dengan Deni terlalu lama sampai dia lupa ada orang yang perlu diperhatikan.Dengan cepat Rasti bertanya ke salah satu perawat tentang keberadaan Abimanyu. Setelah nomor dan nama ruangan didapatkan, Rasti segera meluncur ke tempat tujuan.Ruang anggrek nomor 17, dari kaca ruangan, dia melihat Senja duduk di depan Abimanyu yang terbujur lemah di brankar rumah sakit.Rasti segera masuk, dia menyerahkan bungkusan makanan untuk Senja. Rasti tetap memaksa gadis itu untuk makan.“Kalau kamu tidak makan, aku yang akan kena omel Abimanyu. Makanlah!” titah Rasti tak terbantahkan.Akhirnya, Senja mau menyantap makanan yang dia sediakan. Walaupun terlihat tak berselera, tapi Senja tidak mau menyusahkan Rasti.Setelah acara makan malam selesai, Rasti dan Senja sama-sama duduk di depan Abimanyu. Mereka berdua saling berhadapan.“Mbak, terima ka

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 17 Tabir Kebenaran

    “Oh, perempuan berambut sebahu yang berpakaian tomboi itu?” tanya Marisa, membuat perasaan Senja tak karuan.“Kamu kenal dia?” tanya Dewantara, dia berdiri menjulang di samping Marisa.Perempuan itu mengedikkan bahu, dia lalu mengajak Dewantara untuk duduk kembali.“Ya, dia temanku. Tapi, sayangnya dia juga tak mendukungku untuk berhubungan dengan Abimanyu. Menyebalkan. Ah, sudahlah. Selesaikan urusanmu dengan dua orang itu. Aku muak melihat mereka!” Marisa menatap Senja dengan benci, orang yang dia ajak berteman malah jadi musuh dalam waktu singkat.Dewantara bangkit dan kembali berhadapan dengan Abimanyu. Dia mulai kesal karena pria itu mengulur waktunya.“Abimanyu, cepat katakan di mana dokumen itu? Semua akan selesai dengan baik,” ujar Dewanta berusaha bernegosiasi.Abimanyu tersenyum miring, lalu tanpa diduga dia meludahi wajah Dewantara. Membuat pria itu menggeram kesal.“Kamu pikir aku sebodoh itu? Teruslah berusaha dan sampai mati pun aku tidak akan memberitahu di mana dokumen

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 16 Dalang

    Dia duduk di depan Senja dan Abimanyu yang sudah berpindah posisi. Rambut klimis dengan setelan jas hitam menambah kesan elegan, tidak lupa sepatu yang mengkilap dia letakkan di meja yang menjadi batas dengan dua tawanannya.“Apa kalian masih kaget dengan kedatanganku? Atau tak menyangka jika semua adalah ulahku?” tanya tuan muda pada Senja dan juga Abimanyu.Abimanyu tak bersuara, dia sedang memandang sosok di depannya dengan analisa yang terus berputar di benak.“Jadi, itu alasanmu bersikukuh ingin menikah dengan Senja, Dewantara?” tanya Abimanyu membuat Senja kembali bercucuran air mata.Senja tak mampu bersuara, walaupun mulutnya tak lagi dibekap, tapi fakta yang baru dia ketahui membuat dirinya sakit hingga tak ada kalimat yang mampu menjabarkannya.Pria yang menjalin hubungan dan melamarnya berkali-kali, ternyata bajingan berkedok malaikat.“Hemm, memang seperti itu,” jawab Dewantara, seraya memainkan sebuah kubik di tangannya.“Ah, aku kesal jika mengingat penolakanmu. Padahal,

  • Pengawal Dingin itu Ternyata Jodohku   Bab 15 Tawanan

    Abimanyu terus menghubungi Rasti, ponselnya aktif, tapi tak ada jawaban dari seberang sana.Abimanyu harus memfokuskan hati, pikiran dan panca indranya pada jalanan dan titik biru di layar pipih sebagai petunjuk jalan.Dirinya benar-benar khawatir dan menyesal akan kelalaiannya. Harusnya dia langsung pulang dan tetap ada di dekat Senja. Untunglah, ponsel Senja masih bisa dilacak, jadi dia akan mengikuti jejak yang ada di ponsel Senja.“Kamu di mana, Senja?” gumam Abimanyu, hatinya sungguh dikabuti dengan kecemasan.Kini mobil sedan yang dia tumpangi masuk ke sebuah bangunan bekas pabrik gula yang sudah lama terbengkalai.Dengan sangat hati-hati, dia memarkirkan mobil di ujung bangunan. Sebelum keluar, dia mempersiapkan peralatan yang sekiranya diperlukan. Pistol yang sudah terisi penuh peluru juga belati yang dia selipkan dibalik ikat pinggang.Dengan keyakinan kuat dan tekad bulat, Abimanyu keluar dari mobil dan memasuki sarang penyamun seorang diri. Namun, sebelumnya dia kirim lokas

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status