Share

Terpaksa

POV Hera

Hari ini begitu melelahkan, pasalnya sudah tiga hari ini aku harus mengerjakan pekerjaan rumah dan merawat Mas Rahman yang sakit gila itu. Kata dokter, dia dinyatakan sudah sembuh.

Tapi, entahlah! Aku sering merasa takut saja jikalau dia kambuh lagi. Tak bisa aku bayangkan saja bila ia kambuh, lalu mengamuk.

"Hera!" Teriakan itu kembali menggema ketika baru saja aku meletakkan tulang duduk di sofa.

"Huff ... apalagi maunya!" dengusku kesal, tak urung kaki ini tetap melangkah ke arah suara meski hati menggerutu.

"Iya, Mas. Ada apa?" Kupasang wajah seramah mungkin dengan lengkungan bibir manis.

"Siang ini aku mau makan nasi rawon!"

"Tadi pagi udah aku masakin soto daging, itu juga belum habis."

"Tapi aku mau nasi rawon!" teriak Mas Rahman sembari menggebrak meja makan di dekatnya.

"Iya, nanti aku buatkan. Aku harus belanja dulu bumbunya."

"Nggak mau! Masakanmu nggak enak! Aku maunya kamu belikan di warung makan rawon Mak Bawon!"

Duh, kenapa Mas Rahman seperti anak kecil gini,
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status