Share

Bab 5. Mimpi aneh

Author: SILAN
last update Huling Na-update: 2024-07-06 10:03:35

Pagi itu Elsa bertugas merawat tanaman bunga, memastikan bunga yang sudah mati untuk diganti yang baru. Berhubung taman yang Elsa rawat menghadap laut, saat ini ia melihat kalau Dustin tengah lari pagi di pinggir pantai.

Tanpa sadar Elsa diam memperhatikan. Ia penasaran, apa Dustin tidak bosan menghabiskan waktu di pulau seperti ini sendirian, tanpa akses untuk ke dunia modern di luar sana.

"Aku baru tiga minggu di tempat ini, dan aku sudah sangat bosan. Rasanya ingin kembali ke kota, tapi aku tidak tau bagaimana caranya untuk pulang." Elsa hanya pasrah, ia pun menyelesaikan pekerjaan dengan baik sebelum masuk ke rumah.

Saat itu Marley terlihat baru saja keluar dari kamar Dustin membawa pakaian kotor, wanita paruh baya itu hanya tersenyum simpul dan melewati Elsa tanpa mengatakan apapun.

"Semua penghuni di rumah ini sedikit aneh, Nyonya Marley kadang baik padaku, tapi di waktu yang berbeda dia seperti orang asing yang tidak aku kenal." Elsa menggelengkan kepala, ia masih harus membersihkan bagian belakang rumah sebelum akhirnya bisa istirahat.

Suasana rindang di halaman belakang sangat indah, Elsa kerap kali menghabiskan waktu istirahat di bawah pepohonan, beralaskan rumput hijau dan langit biru serta keindahan pohon-pohon yang menyejukkan mata.

"Aku rindu kehidupan di kota, meskipun tempat ini indah. Tapi aku merasa tidak bisa berbuat apapun tanpa internet, ternyata sesulit itu untuk membiasakan diri." gumamnya.

Elsa mendongak menikmati hembusan angin, namun tak sengaja ia melihat Marley dan Dustin saling bicara. Terlihat kalau Dustin memberikan sesuatu pada Marley, wanita paruh baya itu mengangguk lalu pergi.

"Pria itu juga sangat misterius, dia sangat berbeda dengan Deon walaupun punya tubuh yang hampir sama." batin Elsa, secara tak sengaja tatapan mereka saling bertemu. Hanya saja kali ini Dustin memalingkan wajah lebih dulu.

Elsa turun dari daerah yang lebih tinggi menuju pantai, untuk pertama kali selama tinggal di sana ia bisa menginjakkan kaki di pasir basah pinggir laut seperti ini. Udara yang sejuk beraroma laut, suara deburan ombak hingga langit yang akan gelap terlihat begitu indah.

Namun tetap saja, seindah apapun pemandangan yang disajikan oleh tempat tersebut, rasanya ada yang kurang kalau harus hidup jauh dari dunia modern. Tanpa komputer, tanpa ponsel dan apapun itu yang menyangkut barang elektronik.

"Elsa! Sebaiknya kamu kembali, tidak bagus kalau kau dibawah sana saat malam hari!" seru Marley dari atas.

Elsa mendongak, terlihat Marley melambaikan tangan menyuruhnya untuk naik. "Padahal aku baru menikmati sentuhan air pantai." gerutunya, mau tak mau ia naik menggunakan tangga yang terbuat dari bebatuan alam.

"Elsa, sebaiknya kamu jangan sampai keluar saat malam hari di tempat ini. Kamu masih orang baru, belum tau ada apa di luar sana ketika gelap." tegur Marley.

"Memang ada apa? Bukankah tempat ini jauh dari kehidupan banyak orang, aku rasa tempat ini juga tidak memiliki hewan buas."

Marley menggeleng. "Justru kamu salah, ada sesuatu yang lebih buas tanpa kamu ketahui. Sebaiknya kamu dengarkan ucapanku, jangan keluar saat langit sudah gelap, itu berbahaya." lalu Marley menutup pintu, mengunci bagian atas dan bawah serta menutup semua jendela.

Elsa cuman bisa mengernyitkan kening, tak paham kenapa Marley sampai melakukan hal seperti itu. Toh mereka sekarang hidup di tengah pulau terisolasi, bahkan rumah Dustin adalah satu-satunya di tempat tersebut.

"Aku sudah menyiapkan makan malam, ayo kita makan dan istirahatlah. Saat gelap, tidak ada yang bisa kita lakukan di rumah ini." katanya.

Elsa mengangguk patuh, tapi ia penasaran ada apa di luar sana ketika gelap. Dari yang Elsa tau, tidak ada hewan buas atau sesuatu yang berbahaya karena pulau ini memiliki ukuran yang terbatas sehingga ujung sampai ujung bisa terlihat oleh mata.

"Bisa aku bertanya sesuatu?" tanya Elsa membuka obrolan.

"Tentu saja, kamu pasti punya banyak pertanyaan karena masih baru di tempat ini." jawab Marley.

"Sudah berapa lama Dustin tinggal di rumah ini sebenarnya?"

Marley tidak langsung menjawab, wanita itu menatap Elsa diantara penerangan lilin yang tidak begitu terang.

"Sekitar lima belas tahun lalu, aku datang kemari saat usia Dustin lima belas tahun. Selama itu aku bersamanya walaupun satu persatu pelayan baru sepertimu memilih untuk mengakhiri hidupnya karena tidak tahan tinggal di tempat ini."

"Jadi maksudmu bukan aku orang pertama yang melayani Dustin?" tanyanya lagi.

Marley pun menggeleng. "Sudah ada beberapa sebelum dirimu, tapi seperti yang kamu tau. Memang siapa yang betah tinggal di tempat ini, tanpa perangkat elektronik dan tidak bisa keluar dari sini bagaimanapun caranya."

"Lalu ketika kamu memanggilku seperti tadi, apa kamu takut aku melakukan hal serupa seperti pelayan lainnya yang mengakhiri hidup?" tanya Elsa.

Marley menghela nafas panjang. "Makanlah, Elsa. Aku rasa kamu sudah terlalu banyak bertanya." sahutnya, sambil memperhatikan Elsa yang patuh.

Perempuan itu menyantap makanannya dengan tenang lalu meneguk minuman yang sejak tadi Marley perhatikan tanpa Elsa tau.

"Aku akan membersihkan piring kotornya."

"Tidak perlu, itu bagianku. Kamu bisa pergi, kalau bisa pastikan kamu menutup jendela kamarmu untuk menghindari hal yang tidak diinginkan." ucap Marley.

Elsa pun menuju kamarnya, melakukan apa yang Marley ucapkan untuk menutup jendela kamar dan gordennya. Beberapa saat kemudian entah kenapa, ia tiba-tiba merasa begitu mengantuk. Sepertinya ini efek kekenyangan di tambah lagi suasana gelap yang membuatnya tidak bisa menahan diri untuk segera tidur.

"Tempat ini mendadak terasa nyaman sekali, aku bisa istirahat disini dengan santai." pikirnya, dalam hitungan detik saja ia langsung terlelap dengan mudahnya.

Dalam kondisi sadar dan tidak, Elsa merasakan sebuah sentuhan asing yang mulai meraba tubuhnya. Perasaan aneh yang perlahan membuatnya bergerak liar dalam tidurnya.

Saat matanya terbuka, Elsa hanya melihat sosok samar berada di atas tubuhnya. Kegelapan menyembunyikan siapa orang tersebut. Tapi sentuhan dari ciuman basahnya, tanpa sadar membuat Elsa mendesah. Terlebih saat tangan besar orang itu mulai meremas bagian dadanya dengan lembut.

"JANGAN!"

Elsa tersentak kaget, matanya terbuka lebar dan menyadari bahwa langit sudah cerah. Ia mengusap wajahnya saat mengingat mimpinya barusan.

"Astaga, untungnya cuman mimpi."

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sumarah Hadi
kembarannya deon
goodnovel comment avatar
Fifi Tasya
sepertinya bukan mimpi... hahahaha
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • Penghangat Ranjang Pangeran Buangan    TAMAT

    15 tahun kemudian.Seorang remaja berlari cepat keluar dari mobil, nyaris tersandung saat memasuki rumah. Nafasnya terengah, tapi wajahnya dipenuhi kegembiraan. Dustin, yang baru saja selesai menutup laptopnya setelah bekerja seharian, langsung tersentak melihat putranya datang tergesa-gesa."Jacob, ada apa?"Dengan bangga Jacob menunjukkan sertifikat berprestasi pada Dustin, "Kakek menyuruhku untuk menyelesaikan pendidikan tepat waktu, tapi aku bisa melakukannya dengan lebih cepat."Dustin memandang putranya dengan ekspresi bingung. "Maksudmu?""Aku lulus, aku menjadi mahasiswa termuda yang akan lulus tahun ini." teriak Jacob sangat bangga, belum sempat Dustin bereaksi, Jacob sudah berlari ke halaman belakang untuk memamerkannya pada Elsa.Terlihat remaja dua puluh tahun itu sangat antusias saat pamer prestasinya di depan Elsa, senyum Dustin menghiasi wajahnya. Dulu ia sempat berprasangka buruk dengan pilihan Kellan Dawson saat pria itu meminta agar mengutamakan pendidikan Jacob.Dan

  • Penghangat Ranjang Pangeran Buangan    Bab 142. Restu

    Beberapa hari berlalu, dan Dustin akhirnya memberi tahu Elsa keputusan yang sudah ia buat. Mulai hari ini, mereka akan tinggal di New York tanpa batas waktu yang pasti. Kekhawatiran Dustin soal kesehatan Elsa, terutama kandungannya yang masih rentan, membuatnya merasa pulau itu terlalu jauh dari fasilitas medis yang memadai. Ia tidak ingin mengambil risiko.Namun hari ini, ketakutan Elsa yang selama ini membayangi akhirnya tiba. Kellan Dawson, pria yang selama ini menghantui pikirannya, berdiri di depan rumah. Sementara itu Elsa hanya di rumah dengan Jacob berdua, Dustin pergi tanpa memberi tahu tujuannya.Melihat sosok Kellan dari balik jendela saja membuat seluruh tubuh Elsa gemetar. Detak jantungnya berpacu, pikiran-pikiran buruk menyerbu benaknya. Apakah dia datang untuk memisahkanku dari Dustin lagi? Refleks, Elsa memeluk perutnya, seolah melindungi bayinya dari ancaman.Pintu terbuka, dan seketika atmosfer di dalam rumah berubah. Udara terasa lebih tebal, seolah setiap molekul di

  • Penghangat Ranjang Pangeran Buangan    Bab 141. Kehidupan baru

    Setelah menunggu dengan cemas, Elsa akhirnya membuka matanya. Dua belas jam ia tak sadarkan diri, dan begitu ia terbangun, rasa pusing langsung menyerang kepalanya, membuat dunia di sekitarnya seakan bergelombang. Dengan gerakan lemah, tangan Elsa menyentuh kepalanya, mencoba meredakan rasa sakit yang berdenyut di dalamnya.“Dustin,” desisnya pelan, nyaris tak terdengar.Dustin yang tertidur di kursi sebelahnya langsung terbangun. Kantuk masih terlihat jelas di wajahnya, namun kekhawatiran segera menggantikan saat ia melihat Elsa mulai bergerak.“Els, kamu sudah sadar? Apa kau baik-baik saja sekarang?” tanyanya cemas, suaranya penuh harap.Elsa menggeleng lemah. “Tidak... aku tidak baik-baik saja.” Suaranya serak, dan kepalanya masih terasa berat. “Di mana Jacob?” tanyanya, pikirannya langsung melayang pada anak mereka.“Dia bersama Deon,” jawab Dustin.Elsa sontak menatap Dustin, matanya menyiratkan kebingungan. Jacob? Dengan Deon? Pikiran Elsa berkecamuk, namun sebelum ia sempat melo

  • Penghangat Ranjang Pangeran Buangan    Bab 140. Perubahan

    Perjalanan dari pulau menuju kota setidaknya membutuhkan waktu dua jam, selama dua jam dalam perjalanan itu keringat dingin membasahi tubuh Dustin. Di belakang, Jacob menangis di sebelah Elsa yang tidak sadarkan diri.Setelah menempuh perjalanan udara, helikopter berhenti di helipad gedung rumah sakit. Saat itu juga Dustin membopong tubuh Elsa yang lemas tidak berdaya, di belakangnya Jacob berlari mengikuti sambil menangis."Dokter, cepat selamatkan istriku!" teriak Dustin, raut wajah pucatnya menunjukkan kekhawatiran yang luar biasa. Karena terlalu cemas dengan kondisi Elsa, Dustin tidak sadar kalau dia kehilangan Jacob saat keluar dari lift.Pihak medis segera membawa Elsa ke ruangan, suasana semakin menegangkan bagi Dustin. Dia hanya berjalan kesana kemari dengan khawatir menunggu hasil pemeriksaan Elsa keluar. Dustin cemas, bagaimana kalau tindakannya kemarin yang kelewatan membuat Elsa jadi seperti ini?Sambil menyugar rambutnya frustasi, Dustin tak henti-hentinya berdoa agar Els

  • Penghangat Ranjang Pangeran Buangan    Bab 139. Membuat member baru

    Rencana untuk memiliki anak kedua ternyata bukan candaan, dan untuk membuat keinginan tersebut menjadi nyata tentunya Elsa dan Dustin perlu melakukan tindakan yang lebih sering lagi berbagi kehangatan bersama. Sejak beberapa malam yang lalu, Dustin dan Elsa sepakat kalau mereka akan memberikan seorang adik untuk Jacob.Hari ini Elsa sedang melihat hasil fermentasi anggur dari kebun pribadi mereka, tiba-tiba saja Dustin datang dari belakang memeluk pinggang Elsa."Coba anggur ini, sepertinya ada yang salah dengan cara pembuatannya." Elsa memberikan percobaan pertama untuk Dustin, pria itu mencobanya lalu menggeleng."Tidak, memang seperti ini rasanya. Kita tidak bisa membuka botol anggur yang difermentasi kecuali jika ingin meminumnya, karena setelah dibuka maka rasa dari minuman anggur ini akan berbeda dalam hitungan jam." jawabnya.Elsa mengangguk mengerti, dia baru tau kalau dalam fermentasi wine dengan cara seperti ini. Di dalam ruangan bawah tanah itu, ada banyak sekali tong berisi

  • Penghangat Ranjang Pangeran Buangan    Bab 138. Mengutarakan cinta

    Musim demi musim terus berganti, tak terasa kini Jacob sudah berusia lima tahun. Keseharian yang selalu dilakukan Elsa dan Dustin selama lima tahun terakhir memang tidak banyak berubah, namun tentu saja kehidupan sederhana mereka sangatlah menyenangkan.Terik matahari tidak menghalangi Elsa untuk duduk bersantai, melihat Dustin dan putranya sedang bermain papan seluncur menerjang ombak yang bergelombang cukup tinggi pagi itu. Ditemani sebuah kacamata hitam, Elsa menikmati momen yang ia rasakan."Hidup tanpa internet ternyata tak seburuk yang kuduga," gumamnya, tersenyum pada keheningan di sekelilingnya.Dari kejauhan terlihat Jacob berlari menghampiri, di belakangnya Dustin mengikuti Jacob. Kedua lelaki itu seperti duplikat versi kecil dan besar, Jacob sangat mirip dengan Dustin kecuali rambutnya sedikit pirang seperti Elsa."Ibu, aku sudah bisa berselancar sendiri!" seru Jacob dengan gembira, matanya berkilauan penuh kebanggaan.Dustin tersenyum dan mengusap kepala putranya. "Kamu he

  • Penghangat Ranjang Pangeran Buangan    Bab 137. Kedamaian

    Setahun berlalu dengan cepat, dan selama satu tahun itu Dustin hanya sekali keluar pulau untuk melihat anak-anak panti asuhan dan juga perkembangan perusahaannya. Namun di hari yang sama juga, Dustin kembali ke pulau sehingga Kellan tak bisa melacak keberadaannya.Beberapa waktu terakhir adalah pergantian musim semi, sehingga udara lebih hangat dari biasanya. Banyak kelinci berkeliaran bebas, bahkan Jacob yang kini usianya lebih dari setahun sudah lincah berlarian mengejar beberapa kelinci yang ada di belakang rumah."Dustin!" panggil Elsa sambil menuruni tangga, namun ia hanya melihat Jacob yang bermain di temani oleh seorang pengasuh di luar. "Dimana Dustin?" tanya Elsa.Pengasuh Jacob menoleh, "Tuan ke arah sana membawa jaring, Nyonya." jawabnya sambil menunjuk sebuah arah.Elsa mendengus tipis, pasti Dustin pergi untuk mencari udang. Pria itu tidak pernah berubah, setiap ada waktu pasti akan mencari udang-udang liar itu. "Kamu jaga putraku," kata Elsa.Dengan langkah cepat, Elsa m

  • Penghangat Ranjang Pangeran Buangan    Bab 136. Kebebasan sesungguhnya

    Tidak ada masalah, tidak ada pengganggu. Suasana tenang dalam kedamaian, bahkan untuk melakukan apapun di pulau itu bebas tanpa ada yang melarang. Dustin bisa mengekspresikan dirinya seperti apa adanya, tetap menjadi Dustin yang menginginkan kebebasan.Dan ternyata, kehidupan di pulau tersebut adalah kebebasan yang sebenarnya Dustin cari. Kehidupan di kota tak begitu menyenangkan seperti yang pernah Dustin bayangkan, justru kehidupan di kota sangatlah mengerikan, karena di sana Dustin tak bisa tenang menjalani hidupnya dengan Elsa.Tapi di pulau ini, apapun yang Dustin inginkan dengan Elsa bisa mereka lakukan bersama tanpa takut ancaman dari orang lain. Tidak ada yang akan terluka, tidak ada hati yang akan merasa terkhianati. Hanya ada kedamaian, rasa tenang dan kehidupan yang benar-benar santai.Musim panas masih berlangsung, Elsa duduk di tepi pantai melihat Dustin menerjang ombang dengan papan seluncur. Terlihat sangat mahir, pria itu juga terlihat semakin tampan dan eksotis saat ku

  • Penghangat Ranjang Pangeran Buangan    Bab 135. Kembali lagi

    Setelah menempuh perjalanan dua hari dua malam melalui jalur laut yang cukup berbahaya, Dustin dan Elsa akhirnya tiba di pulau tempat tinggal Dustin sebelumnya pada pukul delapan pagi. Tidak ada yang berbeda dari tempat itu, setidaknya lebih dari setahun Elsa meninggalkan pulau sebelum kembali lagi.Elsa turun dari yacht, ia baru tau ada dermaga yang di bangun khusus untuk parkir kendaraan air berukuran besar itu. Dustin mengikuti Elsa setelah mengikat tali kapan dan menurunkan jangkar."Udara yang aku rindukan," ucap Dustin sambil merentangkan tangan."Jangan lupa bawa barang milik Jacob," tegur Elsa.Dustin berdecih lirih, tapi tetap menenteng tas yang berisi barang kebutuhan putranya. Mereka menuju ke rumah satu-satunya di tempat itu, sebelum masuk ke dalam rumah, langkah Elsa berhenti."Sepertinya ada yang aneh," ucapnya.Dustin tersenyum tipis, tanpa menjawab, dia mendahului Elsa masuk ke rumah. Dan benar saja, ada yang aneh. Rumah itu terlihat lebih baru dan terawat, halaman yan

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status