Saat ini Nirina dan Haziq berada di rumah sakit. Haziq merasa kasihan dengan Nirina, yang sejak tadi terlihat lemas. Saat berada di ruang tunggu dokter obgyn, Haziq selalu berada di dekat Nirina. Ia berusaha memberikan kenyamanan dengan menyuruh Nirina meletakkan kepala di bahunya. Karena lemas Nirina menuruti apa yang dikatakan Haziq. "Nyonya Haziq Prambudi silakan masuk!" ucap suster. Nirina segera berdiri dengan digandeng Haziq."Silakan, langsung berbaring di brankar," ucap dokter obgyn itu. Nirina mengangguk dan langsung berbaring. Hal itu tidak luput dari penglihatan Haziq. Hingga dokter obgyn yang diketahui namanya adalah Santi, menyuruhnya melihat monitor untuk melihat hasil USG. Hati Haziq seketika bergetar melihat ada gumpalan kecil di rahim Nirina. Hatinya berdesir. Di sana ada janin, darah dagingnya.Setelah pemeriksaan selesai, Haziq dan Nirina segera duduk mendengarkan penjelasan dokter Santi. "Baik, Mas, Mbak, usia kandungannya memasuki 5 minggu. Mbaknya harus le
Pukul empat sore Nirina bangun. Ia terkejut saat mendapati dirinya tidur di ranjang.“Tadi aku tidurnya di sofa, kok sekarang malah tidur di ranjang,” ucap Nirina. Saat ia sibuk dengan pemikirannya, Haziq muncul dari dalam kamar mandi. Laki-laki itu melewatinya begitu saja.Nirina segera bangun dari tempat tidur menuju kamar mandi, setelah itu ia akan membantu Bik Jum. Namun, sebelum ia keluar dari kamar Haziq mencegahnya. “Tunggu, aku pingin ngomong sama kamu,” ucap Haziq. Nirina menoleh.“Silakan! Aku akan dengarkan.”“Duduklah!” perintah Haziq. Nirina segera duduk di samping laki-laki itu. “Aku mau tanya, apa hubunganmu dengan pria yang tadi marah-marah ke kamu di rumah sakit?” tanya Haziq masih dengan tatapan menyelidik, tatapan tajam setajam mata elang membuat Nirina sedikit takut. “Mantan calon suamiku, bagian dari hidupku, alasanku bisa berada di sini,” ucapnya dibuat sedatar mungkin. Tidak mau Haziq mengasihaninya. Ia harus tegar menjalani hidup, meskipun itu sangat sakit,
Ibarat kapal yang berlayar di lautan, setiap saat harus siap diterjang angin dan gelombang besar, hati bisa terluka, tetapi itulah proses kehidupan. Kadang hidup terasa manis. Namun, di lain waktu akan kita rasakan getir dan perih dalam menjalani. Di saat datang kesusahan, akan ada kemudahan setelahnya, setiap luka akan ada penawarnya. Percayalah ikhtiar tidak akan mengkhianati hasil.***Bulan pun berganti bulan usia kandungan Nirina sudah memasuki 6 bulan, Haziq masih memperlakukannya sama, selalu perhatian dan penuh tanggung jawab. Haziq berusaha menjadi suami siaga. Menemani Nirina setiap memeriksakan kandungannya, memijat tengkuk Nirina saat muntah meskipun sudah jarang. Beruntung Nirina tidak mengalami ngidam yang aneh-aneh. Mungkin bayi yang ada di rahimnya cukup tau diri. Haziq memang memperlakukan Nirina dengan baik, tetapi semua itu ia lakukan atas nama persahabatan bukan cinta. Hubungan keduanya memang baik, tetapi tidak dengan hati mereka. Mereka sering mengenyahkan peras
Jangan mengeluh tentang hari kemarin. Jadikan hari kemarin sebagai pembelajaran dan hari ini sebagai upaya memperbaiki diri.***Hari berganti pagi, Nirina masih bersikap datar dengan Haziq. Haziq merasa ada yang kurang pagi ini. Tidak melihat senyum manis Nirina yang sudah menjadi candu setiap pagi selama delapan bulan ini membuatnya tidak semangat.Haziq menyadari sikap datar Nirina. Saat ini Nirina sedang mengantarkan coklat hangat. Setelah meletakkan coklat hangat di nakas ia segera pergi untuk melanjutkan membantu Bik Jum, tetapi tiba-tiba tangannya ditarik Haziq sehingga Nirina terjatuh di pangkuan Haziq. "Lepasin aku, Mas!” rontanya mencoba melepaskan diri dari cekalan Haziq. "Enggak akan, enggak akan aku lepas sebelum kamu kembali tersenyum. Aku tau kamu marah sama aku, rasanya kurang pagiku tanpa melihat senyummu, Na. Kumohon senyumlah untukku.""Lepasin aku, Mas. Aku harus bantu Bik Jum. Tolong, lepasin aku!” ucapnya masih memberontak. "Jelasin kenapa kamu tidak se
Hanya karena cinta, orang bisa memberi dengan tulus tanpa mengharapkan balasan.(Nirina Amirul Haqqon)***Satu bulan berlalu, Haziq masih memperlakukan Nirina istimewa di rumah, tetapi entah untuk cinta. Ia masih meragukan hatinya. Biarkan waktu yang menjawab. Namun, ia sangat yakin kalau cinta itu sudah tumbuh meskipun hanya sedikit. Haziq masih berhubungan dengan Clara di luar rumah. Meskipun sering bersama dengan Clara, Haziq tidak pernah berbuat lebih pada 2anita itu. Hanya sebatas berpelukan dan pegang tangan. Bahkan untuk berc*u*an tidak pernah ia lakukan. Entah, meskipun bersama Clara, wanita yang teramat dicintainya. Namun, hatinya selalu memikirkan Nirina. Ia selalu merasa bersalah pada Nirina. Di lubuk hatinya tidak ingin menyakiti hati Nirina dengan berbuat hal yang akan membuat Nirina kecewa. Selama ia masih sah menjadi suami Nirina, ia berusaha menjaga Nirina. Berulang kali Clara menawari hal lebih, tetapi ia selalu menolak. ~~~Bangun tidur Nirina segera menunaikan kew
Tahukah kamu apakah hal yang paling mengerikan dalam pengkhianatan? Yaitu sebuah pengkhianatan yang datang dari seseorang kita cinta bukan dari musuh kita.Hal itu akan menyakitkan. Begitu sakit rasanya dikhianati. Apalagi dikhianati oleh orang yang kita cintai dan sangat kita puja dalam hidup kita.Mungkin dikhianati orang lain tidak akan sesakit ini, karena dikhianati orang tercinta ibarat benalu yang hidup di batang anggrek. Sakit untuk kebahagiaan orang lain. Selama ini kita memberi, berharap yang kita berikan padanya akan dapat membahagiakannya, selalu mendukung apa yang dirinya cita-citakan, dan memberi semua untuk kesuksesannya, tetapi balasannya adalah pengkhianat yang menyakitkan.***Tiba-tiba ponsel Haziq berdering membuyarkan lamunan Nirina. “Iya Don, ada apa?”“Assalamualaikum. Kamu ada di mana?” “Hehehe, Wa’alaikumussalam. Aku bersama Nirina, sedang makan siang di luar.”“Kamu bisa datang ke hotel X sekarang juga.”“Ada apa memangnya?”“Aku tidak bisa menjelaskan sekar
Kadang orang yang kita cintai tak menyadari betapa besar rasa cinta ini hanya untuk dirinya seorang. Sering mengingkari gejolak perasaan yang ada meski tanpa disadari akan membuat kita terluka.(Haziq – Nirina)***Nirina masih menunggu Haziq dan Dony di lobi hotel. Sudah cukup lama ia duduk di sofa ruang tunggu, sudah empat puluh lima menit berlalu akhirnya yang ditunggu datang. Haziq dan Dony datang dengan wajah yang memancarkan kelegaan, tidak seperti saat Haziq memintanya untuk menunggu tadi, wajahnya terlihat serius, tetapi sekarang sudah tidak lagi, akan tetapi wajah tampan itu sedikit menunjukkan kekecewaan yang amat mendalam. “Maaf, ya, Na. Sudah menunggu lama,” ucap Haziq. Dony tersenyum ke arah Nirina yang dibalas dengan anggukan dan sedikit senyum tipis. “Iya enggak apa-apa kok, Mas.”“Oke, kita berangkat sekarang, ya. Untuk periksa.”“Apa Mas enggak kembali lagi ke kantor? Sekarang sudah pukul 13.30.”“Enggak apa, kebetulan hari ini tidak ada meeting. Kalau pun ada h
"Sesungguhnya orang-orang yang beriman, orang-orang yang berhijrah dan berhijrah di jalan Allah, mereka itu mengharapkan rahmat Allah, dan Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang." (QS Al-Baqarah: 218).***Jika saatnya tiba, sedih akan menjadi tawa. Perih akan menjadi cerita. Kenangan akan menjadi guru. Rindu akan menjadi temu. Kamu dan aku akan menjadi kita. Cinta kita akan menyatu untuk selamanya, bersamamu kugenggam erat jemarimu melangkah bersama menuju surgaNya. Jangan pernah tinggalkan aku, ajari aku mengenal agamaku, menjadi manusia yang selalu ingat Tuhan. Mengerjakan kewajibanku sebagai muslim dan menjadi imam terbaik untukmu. ( Haziq~ cinta yang tergadaikan) ***Setelah ungkapan Haziq tentang perasaannya pada Nirina saat di danau serta keinginan berhijrah ke arah yang lebih baik lagi. Haziq benar-benar melakukan apa yang diucapkannya. Di dalam kamar Haziq mengajak Nirina untuk salat Isya."Sayang, kita salat Isya dulu, ya, tapi sebelumnya tolong ajari aku cara