Sorot mata Feng Yaoshan yang bergerak tak beraturan seperti membuktikan jika ia sedang menyembunyikan sesuatu. Menyaksikan kegugupan yang mulai muncul di wajah Feng Yaoshan, Shen Shen sakit hati karena merasa dikhianati oleh teman sendiri.
Feng Yaoshan melihat kekecewaan di sorot mata Shen Shen, hal serupa juga terjadi pada dirinya. Ia juga seperti dilanda kekecewaan oleh keputusannya sendiri. Keputusan yang mungkin telah membuat Shen Shen akan tidak menyukainya untuk waktu yang cukup lama, atau bahkan selama-lamanya.
“Saudara Zhou, jika aku berkata jujur apakah saudara Zhou bisa menjamin akan mengantar nona Shen pulang ke Caihong dengan selamat?” Feng Yaoshan akhirnya mengatakan sebuah kalimat yang menjelaskan jika dirinya berada di posisi yang keliru.
Zhou Fu melepaskan cengkraman tangannya dari leher Feng Yaoshan, tangan Zhou Fu membuat gerakan untuk memerintah Feng Yaoshan duduk kembali ke kursi. Feng Yaoshan mengikuti perintah Zhou Fu, dalam hat
Suasana di ruang jamuan masih terlihat menegangkan. Zhou Fu sudah melontarkan beberapa pertanyaan penting tetapi Feng Yaoshan berusaha menghindari untuk menjawabnya. Setelah mendengar ucapan dari Shen Shen, Feng Yaoshan kembali sibuk mengetuk permukaan meja dengan jari-jemarinya. Ia sedang memikirkan jawaban dan keputusan mana yang akan segera ia ambil. Keputusan membawa Shen Shen ke asosiasi Naga Perak masih menjadi keputusan yang paling menguntungkan posisinya. Sayangnya, Shen Shen jelas tak menginginkan pilihan tersebut, dan masalah selanjutnya adalah Zhou Fu pasti melarang Shen Shen untuk ikut dengannya. “Ayolah, aku akan menjamin keselamatanmu jika kau ikut denganku, Nona Shen,” Feng Yaoshan mencoba membujuk Shen Shen. Berharap perempuan itu akan mempercayai keputusannya sebagai pilihan yang tepat pada saat itu. “Kemampuan bela dirimu sangat biasa saja, tentu saja Shen Shen tak mungkin berani mempertaruhkan keselamatannya pada pria sepertimu, kecuali…” Z
Shen Shen menggulung peta yang telah dibuat Feng Yaoshan dan kemudian menaruhnya ke sebuah tabung penyimpanan berwarna keemasan. Sebuah tabung khusus yang biasa dipakai untuk melindungi berkas-berkas penting dari kerusakan oleh air atau api. Hanya sedikit orang yang memiliki jenis tabung penyimpanan seperti itu. Shen Shen sengaja memintanya dari Feng Yaoshan untuk berjaga-jaga.“Selanjutnya, ini, silakan buka dan kalian boleh mengambil semuanya,” Feng Yaoshan meraih sebuah peti yang beberapa saat lalu juga dibawakan oleh pelayannya. Peti itu berukuran sekitar 40 x 30 cm dengan ukir-ukiran naga di permukaan luarnya.Isi dari peti tersebut, tentu saja adalah uang koin. Itu adalah permintaan Zhou Fu yang kedua setelah gambar peta wilayah. Zhou Fu meraih peti bercorak naga itu dan mendorongnya ke arah Shen Shen, ia memberi isyarat pada Shen Shen untuk membuka petinya dan memastikan apakah jumlah tersebut sudah cukup atau masih kurang.Shen Shen ber
“Apa? Tidak ada satu orang pun yang berhasil mengambil pusaka kuno dari sana?” Zhou Fu yang awalnya sudah memejamkan mata, kini mencoba membuka mata sembari duduk bersila dengan punggung tangannya menopang dagu. Mata Shen Shen berbinar, senyumnya merekah ketika melihat Zhou Fu mulai tertarik dengan topik tentang laut Luzon. Shen Shen melompat dari tempatnya berada untuk duduk di dekat Zhou Fu yang sedang serius berpikir. “Ya, sejarah mengatakan jika hanya ada segelintir pendekar yang bisa kembali setelah memasuki Peradaban yang Tenggelam di laut Luzon. Dari segelintir orang itu, tak satu pun dari mereka yang berhasil mendapatkan pusaka kuno. Mereka hanya kembali membawa ketakutan,” cerocos Shen Shen panjang lebar. Zhou Fu tampak membayangkan sesuatu tatkala Shen Shen berbicara panjang lebar tentang laut Luzon. Cerita tentang Peradaban yang Tenggelam di laut Luzon memang bukan bualan, titik lokasinya bahkan digambar di dalam peta-peta. Hanya saja, ada ke
Kapal Zhou Fu dan Shen Shen bergerak ke tenggara, menuju sebuah laut dangkal yang mereka yakini menjadi habitat montipora biru keunguan. Jauh dari arah tenggara, terlihat ada sebuah titik yang bergerak mendekat. Seorang awak kapal berlari untuk memberi tahu Zhou Fu tentang titik yang bergerak mendekat itu.Kapal milik Feng Yaoshan yang kini dikuasai Zhou Fu dan Shen Shen memang dinaiki oleh sepuluh awak kapal yang semuanya adalah anak buah dari Feng Yaoshan. Sepuluh awak kapal itu secara khusus diminta oleh Zhou Fu untuk menemani pelayarannya sebab ia dan Shen Shen belum memiliki banyak pengalaman tentang perkapalan.“Tuan muda Zhou, ada kapal yang mendekat ke arah kita. Apakah kami bisa membelokkan arah kapal sekarang dan bergerak menjauh secepatnya? Saya khawatir jika kapal yang mendekat itu adalah gerombolan perompak,” seorang awak kapal membungkuk memberi laporan kepada Zhou Fu yang sedang serius mengamati peta buatan Feng Yaoshan.“A
“Maafkan kami, Tuan muda! Kami harus turun untuk memeriksa!” seru salah seorang pendekar Shamo.Bersamaan dengan hal tersebut, mata Zhou Fu menangkap tiga siluet pendekar yang sedang berkelebat melesat menuju ke tempatnya berdiri. Tentu saja itu artinya sebuah pertempuran akan segera terjadi. Zhou Fu mendengus kesal karena ia belum memiliki strategi apapun untuk melawan pendekar-pendekar Shamo itu.Buggg Buugg Buug!!!Pendaratan tiga pendekar Shamo itu sempat membuat kapal Zhou Fu sedikit oleng. Kondisi kapal yang sempat oleng membuat beberapa percikan air laut masuk ke badan kapal dan membasahi lantai kayu. Tiga pendekar saja sudah membuat kapalnya oleng, ia tak bisa membayangkan jika kapalnya diserbu dua belas pendekar dalam waktu yang bersamaan.“Sudah kuduga! Dia bukan tuan muda Feng!” seorang pendekar dengan kulit yang paling hitam berseru kepada teman-temannya.Zhou Fu melempar senyum kecil dan memberi hormat,
Identitas manusia berbalut kain putih itu masih menjadi misteri. Mengapa ia menenggelamkan kapal orang Shamo, mengapa ia tak berminat menyerang Zhou Fu dan Shen Shen, semuanya masih menjadi tanda tanya besar. Terlepas dari siapa orang itu sebenarnya, Zhou Fu yakin jika orang tersebut memiliki kemampuan yang jauh lebih unggul dari dia.“Untunglah dia tidak mengejar kita,” ujar Shen Shen yang juga turut melihat kepergian si manusia berbaju putih meninggalkan kapal Shamo yang karam.“Sepertinya, orang Shamo memang berselisih dengan banyak pihak! Orang itu salah satunya!” tukas Zhou Fu merespon kalimat Shen Shen, tetapi tatapan mata Shen Shen belum bisa berpaling dari arah kapal Shamo yang sedang tenggelam perlahan-lahan.“Apa kapal yang karam itu mengganggu pikiranmu?” Tanya Zhou Fu penasaran.“Tidak. Aku tidak berpikir tentang kapal itu. Tapi, tentang kasus yang pernah menimpa beberapa keluarga bangsawan di Caihong,
Itulah pintu masuk menuju Peradaban yang Tenggelam. Sebuah ruang kosong yang terhimpit tiga pusaran air dengan diameter masing-masing lingkaran adalah empat meter. Ruang kosong itu nampak seperti sebuah lorong tanpa air yang berada di tengah-tengah lautan. Lorong tersebut juga seolah membuat jarak dengan pusaran-pusaran air yang menghimpitnya.Sejenak Zhou Fu merasa aneh sebab Shen Shen mengatakan jika Peradaban yang Tenggelam adalah tempat kuno yang terendam air. Sementara itu, tepat di depan matanya ada sebuah pintu masuk yang jelas-jelas tak berisi air sedikit pun.“Untuk apa mencari montipora purba jika begini keadaannya?” batin Zhou Fu keheranan. Meski demikian, Zhou Fu melompat ke atas bersama Shen Shen lalu menerjunkan diri ke dalam ruang tanpa air itu untuk memastikan keadaan. Shen Shen berpegangan erat pada tubuh Zhou Fu selagi mereka berdua memasuki lorong tersebut.Mereka berdua seperti sedang disedot dari dalam oleh sesuatu yang tak nampa
Zhou Fu membuka matanya perlahan-lahan untuk mengintip isi dari pipa emas di genggaman tangannya. Shen Shen melihat dua alis Zhou Fu menyatu seketika sesaat setelah pemuda itu menengok isi dari tabung keemasan. Zhou Fu menggeleng-gelengkan kepala beberapa kali sembari menunjukkan isinya pada Shen Shen.K O S O N G ! ! !Itulah sebuah kata yang seolah diserukan oleh Zhou Fu ketika mendapati tabung keemasan yang digenggamnya ternyata tidak berisi apa-apa. Tangan Shen Shen meraih benda tersebut dan mengintip berulang kali ke dalamnya sebelum akhirnya ia juga menggeleng-gelengkan kepala kecewa.Sudah kuduga, pasti ada orang lain yang sudah pernah mengambilnya. Begitulah kalimat Shen Shen yang diungkapkan lewat bahasa tubuh kepada Zhou Fu. Shen Shen pun kemudian menarik tangan Zhou Fu, mengajak pemuda itu untuk menjelajahi hamparan peninggalan kuno yang tenggelam oleh laut Luzon itu.Mereka berdua mulai meninggalkan Paviliun Bunga Teratai dan menyisir peningga