Share

Penguasa Fisik Tanpa Batas
Penguasa Fisik Tanpa Batas
Auteur: Pok Jang

Bab 1 "Di Balik Kelemahan, Tersembunyi Kekuatan"

Kota Bulan terletak di Benua Ababil dan merupakan salah satu dari banyak kota kecil di sana. Di kota ini, terdapat tiga keluarga besar yang memainkan peran penting dalam menjaga dan melindungi kota dari ancaman luar maupun dalam. Ketiga keluarga tersebut adalah keluarga Xue, keluarga Wei, dan keluarga Tang.

Keluarga Xue adalah keluarga yang terkenal dengan keahlian dalam seni bela diri dan melindungi kota dari serangan musuh. Mereka ahli dalam berbagai jenis bela diri seperti pedang dan pertahanan. Keluarga Xue juga terkenal dengan kebijakan yang adil dan keberaniannya dalam mempertahankan keadilan di kota Bulan.

Keluarga Wei merupakan keluarga pedagang yang sukses dan memiliki bisnis perdagangan yang besar. Mereka membantu menjaga kehidupan ekonomi Kota Bulan tetap stabil dan berperan dalam mengamankan pasokan makanan dan material penting bagi kota.

Keluarga Tang adalah keluarga yang terkenal dengan kebijakan politik mereka. Mereka berperan sebagai penengah dan penghubung antara keluarga Xue dan keluarga Wei serta membantu menjaga perdamaian di kota dengan menggunakan kecerdasan dan keterampilan diplomasi. Mereka juga berperan dalam mengatur aturan-aturan kota dan menjaga agar tidak ada diskriminasi di antara warganya.

Secara keseluruhan, ketiga keluarga ini saling melengkapi dalam menjaga dan melindungi kehidupan di Kota Bulan. Keluarga Xue menyediakan kekuatan militer yang kuat, keluarga Wei mengatur kestabilan ekonomi, dan keluarga Tang mengendalikan politik dan menciptakan keharmonisan di antara warga. Dengan kerja sama ketiga keluarga ini, Kota Bulan tetap aman dan sejahtera.

Meskipun mereka bekerja sama untuk menjaga kota Bulan, namun tidak dapat dihindari bahwa terdapat gesekan antara mereka. Gesekan ini dapat terjadi dalam bisnis atau perebutan sumber daya untuk kepentingan budidaya mereka.

Sebagai salah satu kota kecil di Benua Ababil, Kota Bulan mungkin memiliki kehidupan yang tenang dan damai. Namun, konflik dan persaingan antara keluarga-keluarga ini memberikan dinamika tersendiri dalam kehidupan kota ini. Meskipun begitu, mereka tetap berusaha menjaga Kota Bulan agar tetap aman dan sejahtera.

Pukul 8 pagi tepatnya, sinar matahari merayap perlahan ke langit terbuka di Kota Bulan.

Sekolah seni bela diri milik keluarga Xue segera hidup meski awan merah masih memperindah langit.

Cahaya yang perlahan merambat masuk ke dalam ruangan dan dengan lembut menyinari setiap sudutnya, menciptakan suasana yang penuh semangat dan kehidupan.

Gemuruh riuh rendah memenuhi ruang latihan, terdengar jelas suara remaja yang berbisik-bisik dengan semangat.

Percakapan mereka penuh dengan antusiasme dan kegigihan untuk menjalani latihan mereka hari itu.

Di mana-mana, terdengar seruan semangat yang membara, menghidupkan sudut-sudut dengan keinginan yang tak terpadamkan, untuk meraih kesempurnaan di dunia seni bela diri.

Namun, juga terdapat pemandangan aneh yang terlihat di tempat latihan itu. Karena ada seseorang yang berlatih sendirian di pojok tempat latihan itu.

Pemuda itu terlihat tampan, berusia sekitar tujuh belas tahun. Dia memiliki tampilan yang cerah, keningnya lebat dan tajam seperti pisau. Dia juga mempunyai rambut panjang keperakan. Tingginya sekitar 180 cm, dan terlihat dia mempunyai tubuh yang kuat berbeda dengan para remaja yang lain.

Suara langkah kaki yang mantap terdengar saat pemuda itu bergerak dengan lincah dan penuh kekuatan. Setiap pukulan dan tendangan yang dilakukannya menghasilkan bunyi yang menggetarkan ruangan, "Bam!", "Pow!", "Crack!". Semangat dan tekadnya terpancar dari setiap gerakan yang dilakukannya.

Pandangan sinis dari beberapa remaja yang lain tidak mengganggu konsentrasi pemuda itu. Dia terus melanjutkan latihannya dengan determinasi yang tak tergoyahkan. Keringat mengalir deras dari tubuhnya saat ia memompa energi ke dalam setiap gerakan.

"Huh, apa gunanya berlatih jika tidak memiliki kekuatan spiritual? Dia melakukannya hal sia-sia untuk berlatih bersama kita."

"Benar, apakah kamu melihat latihan yang dia lakukan? Apakah itu benar-benar akan membuatnya menjadi kuat?"

"Biarkan saja, kita hanya perlu fokus pada latihan kita sendiri dan meningkatkan kekuatan kita sendiri. Dia sudah berada di dunia yang berbeda dengan kita sejak saat itu."

Terdengar suara merendahkan dan pandangan sinis ditujukan kepada pemuda tampan itu. Namun, dia sepertinya tidak memperdulikan atau berpura-pura tidak mendengar suara sumbang itu.

Saat itu, ada seorang gadis cantik yang mendekati pemuda itu. Gadis itu terlihat berumur lima belas tahun, memakai gaun berwarna hijau muda, rambut panjangnya terlihat kerinting, dia memiliki tinggi 165 cm. Matanya terlihat lembut, dan bibirnya terus mengukir senyuman.

"Xue-ge, apakah kamu ingin menemaniku keluar untuk membeli sepatu baru? Aku juga ingin membeli kue manis," ucap gadis itu dengan suara yang lembut dan ekspresi wajahnya yang polos.

Xue Feng yang sedang berlatih mengangkat beban, menatap sepupunya, Xue Mei, yang matanya penuh harap. Xue Mei adalah anak tunggal bibinya, dan juga anak yatim sejak kecil, ayahnya meninggal diserang monster saat bepergian, meninggalkan nya berdua dengan ibunya, sejak kecil dia juga selalu mengikuti pantat Xue Feng dengan adik perempuan nya, Xue Fei.

"Maaf, Mei-Mei, aku sedang sibuk dengan latihan. Kamu pergi membawa Xue Fei untuk menemanimu, aku tidak punya waktu sekarang, nanti jika aku ada waktu aku akan menemanimu, oke?" ucapnya sambil melambai tangannya seperti mengusir seekor ayam.

"Huh, kamu selalu seperti itu. Aku malas peduli padamu lagi. Aku akan pergi mencari Fei-Fei dan memakan banyak kue manis dengannya," balas Xue Mei dengan cemberut merajuk.

Xue Feng hanya menggelengkan kepalanya mendengar kata-kata Xue Mei, dan melanjutkan latihannya. dengan tekun.

..........

Saat Xue Feng tengah berlatih, keringat terus mengalir di dahinya yang bersinar. Tiba-tiba, sekelompok pemuda mendekatinya, dipimpin oleh seorang pemuda yang berusaha mempertahankan kesan anggun di setiap langkahnya. Usianya kira-kira enam belas tahun, dengan wajah yang biasa-biasa saja dan tinggi sekitar 165 cm.

"Hei Xue Feng, katanya kamu menolak ajakan Xue Mei lagi, bagus sekali Xue Feng. Sepertinya kamu mulai menyadari bahwa kamu tidak memiliki bakat spiritual dan tidak bisa berlatih seperti kami," ujar pemuda itu dengan nada mengejek.

"Hahahaha, benar sekali, Tuan Muda. Dia hanya beruntung memiliki ayah yang kuat, kalau tidak, mungkin dia akan diusir agar tidak merusak reputasi keluarga kita," tambah salah seorang pengikutnya dengan sombong.

Xue Feng tetap fokus mengangkat beban di tangannya sambil menatap pemuda yang mencemoohnya dengan ekspresi yang seakan berkata, "Lanjutkan saja, aku hanya akan mendengarkan sambil berlatih."

Melihat Xue Feng tidak terpancing emosi oleh ejekan mereka, sang pemuda menghela napas frustasi, "Huh! Terus terang, Xue Feng, kamu terlalu sombong. Bagi aku, kamu hanya sampah belaka. Kamu seperti anak kecil yang bermain-main dengan batu. Tidak peduli seberapa keras usahamu berlatih, kamu tetap berada di tingkat yang berbeda dengan kita."

Xue Feng hanya menganggukkan kepala sambil terus melanjutkan latihannya, seolah setuju dengan kata-kata mereka.

Pemuda itu mengepal tangannya sendiri dengan erat dan menatap tajam ke arah Xue Feng, sebelum akhirnya mendengus dengan rasa frustrasi dan pergi meninggalkannya.

Xue Feng memandang ke arah Xue Wei, sepupunya yang memiliki pemikiran sempit dan selalu cemburu padanya sejak kecil. Xue Wei sering mencoba bermain dengan Xue Mei karena memiliki perasaan terhadapnya. Namun, sejak kecil Xue Mei selalu mengikuti Xue Feng, dan karena dia pernah mendengar Xue Wei mengejek Xue Feng, Xue Mei tidak lagi menyukai Xue Wei sejak itu.

"Hahaha, Xiao Feng, kamu sungguh keponakan bibi yang terbaik. Kalau itu orang lain, mereka pasti sudah langsung melawan orang yang mengatakan hal buruk tentang mereka," tiba-tiba seorang wanita dewasa muncul di atas atap di belakang Xue Feng.

"Biarkan mereka mengatakan apa saja, itu hak mereka. Lagipula, memang benar aku tidak memiliki bakat spiritual seperti orang lain, aku hanya harus berusaha menjadi diriku sendiri," balas Xue Feng dengan senyuman, tampaknya dia tidak peduli dengan kata-kata Xue Wei.

Wanita itu adalah ibu Xue Mei, Mei Lin, yang memiliki mata yang cerah, rambut panjang kerinting, dan alis yang tebal. Dia memakai gaun putih yang menonjolkan sosoknya yang menarik. Penampilannya dan kepribadiannya berbeda dengan Xue Mei yang lembut dan polos. Bibi Mei adalah wanita yang pemberani.

"Kenapa kamu tiba-tiba datang ke sini, Bibi? Apakah ibuku mengatakan sesuatu? Atau Mei-Mei mengadukan padamu bahwa aku tidak menemaninya pergi keluar membeli sepatu?" tanya Xue Feng dengan curiga sambil menatap bibinya.

"Hei, kenapa kamu menatap bibi seperti itu? Apakah tidak bisa bibi untuk melihat keponakan bibi yang sedang tekun berlatih dan juga tampan?" balas Bibi Mei dengan senyuman. Xue Feng menatap bibinya sambil memiringkan kepalanya seolah sedang berpikir sejenak, lalu mengangguk.

"Hahaha, Xiao Feng, bibi butuh bunga yang kamu berikan sebelumnya, lebih cepat lebih baik."

"Baiklah. Memang aku ingin pergi ke hutan tengahari ini. Kerana bibi membutuhkan bunga itu, jadi aku akan masuk lebih awal dari jadwalku," ujar Xue Feng sambil menyeka keringat di dahinya.

"Berhati-hatilah saat masuk ke sana, pulanglah sebelum gelap karena monster besar akan aktif di malam hari!" balas bibi Mei sambil memberikan peringatan. Namun, dia tidak terlalu khawatir melihat Xue Feng memasuki hutan tersebut. Hal ini dikarenakan biasanya Xue Feng hanya memasuki bagian hutan yang terletak di luar, sehingga tidak terlalu banyak monster yang berkeliaran di daerah tersebut.

Xue Feng hanya melambai tangannya, menunjukkan bahwa dia mengerti.

............

Setelah Xue Feng pulang untuk menukar pakaiannya, dia keluar dari gerbang keluarga Xue dan melanjutkan perjalanan menuju timur, menuju hutan bintang jatuh yang lebat dan terpencil.

Dikatakan bahwa di zaman dahulu, ada sebuah bintang berwarna ungu yang jatuh di tengah hutan itu, maka dinamai hutan bintang jatuh. Meskipun telah lama berlalu, tak seorang pun pernah melihat bintang tersebut di dalam hutan yang misterius ini.

Apa yang diinginkan oleh Bibi Mei adalah bunga berwarna putih kebiruan yang langka. Bunga ini hanya ditemukan di puncak pohon tertentu.

Karena Xue Feng sering masuk ke hutan ini untuk berlatih atau bermain, Bibi Mei Lin meminta bantuan darinya untuk mencari bunga tersebut, karena Xue Feng kerap membawa pulang pohon bunga untuk ibunya.

Meskipun Xue Feng tidak mengetahui nama bunga tersebut, Bibi Mei Lin mengungkapkan bahwa bunga ini sangat cocok untuk latihan spiritualnya karena ia adalah seorang penguasa spiritual elemen angin.

Sayangnya, Xue Feng tidak memiliki kekuatan spiritual, sehingga ia tidak begitu mengenal tentang latihan penguasa spiritual.

Karena Xue Feng tidak bersembunyi saat meninggalkan rumah, banyak orang melihatnya dengan pandangan meremehkan. Di kota ini, ia terkenal sebagai seseorang yang tidak memiliki bakat spiritual.

Sebagai anak keluarga Xue yang dipenuhi oleh ahli seni bela diri, itu hal yang memalukan bagi mereka.

Xue Feng sudah terbiasa dengan pandangan mata itu, dia merasa bosan melihat tatapan itu. Malah dia yang meremehkan mereka, karena tidak ada reaksi baru yang dapat ditunjukkan wajah mereka padanya.

Di dunia ini, yang kuat adalah segalanya. Setiap individu yang berumur delapan tahun akan membangunkan bakat spiritualnya sendiri, yang memungkinkan mereka untuk berlatih teknik spiritual.

Dan dia tidak memiliki bakat spiritual, yang menyebabkan dia hanya mampu berlatih sendiri latihan fisik untuk menguatkan tubuhnya.

Xue Feng berlari dengan gesit memasuki hutan lebat. Sejak kecil, dia telah menjalani latihan angkat beban yang menjadikannya memiliki kekuatan luar biasa. Tubuhnya seolah melebihi kekuatan tubuh manusia biasa.

Setiap kali ia melompat, ia terlihat seolah-olah ia terbang sejenak. "Woosh!" suara angin yang dihasilkan oleh gerakan tubuhnya terdengar jelas.

Ayahnya juga sering memberinya daging monster untuk membantunya dalam pelatihan fisiknya, karena itu dia memiliki kekuatan tubuh yang kuat walaupun tidak memiliki kekuatan spiritual.

Namun, kekuatan spiritual memiliki kelebihan sendiri. Jika dia ingin melarikan diri dari orang-orang yang lemah, itu mudah baginya.

Untuk melawan mereka, dia harus menggunakan banyak tenaga karena harus bertarung dalam jarak dekat, sedangkan mereka dapat menyerangnya dari jarak yang jauh.

Saat dia ingin melompat ke atas pohon, seekor ular menyerangnya. Xue Feng hanya melompat dan menendang ular yang datang dengan mudah. "Banggggg!" suara tendangan Xue Feng terdengar jelas saat ular terlempar ke arah pohon dan mendesis kesakitan sebelum melarikan diri.

Xue Feng sudah terbiasa bermain dalam hutan sejak kecil, dan selalu ada ular yang mencoba menyerang siapa saja yang memasuki kawasannya.

Xue Feng berlari mengelilingi pohon-pohon yang ada sambil mencari bunga itu.

Dia juga kadang-kadang berhenti saat melihat pohon buah-buahan untuk memakannya. Setelah berlari selama beberapa menit, dan mendapat banyak buah-buahan, dia berhenti dengan tiba-tiba. Karena ada sesuatu yang menghalanginya untuk terus maju.

Dia mendengar suara seperti pohon-pohon yang patah, dan juga seperti monster yang mengaum perlahan dari jauh; itu tidak seperti bunyi biasa yang dikeluarkan oleh monster. "Kraaaakkkk!" suara pohon yang patah terdengar keras, diikuti dengan "Grrrrrr!" suara monster yang mengaum perlahan.

Related chapter

Latest chapter

DMCA.com Protection Status