Balas Dendam Pangeran Bodoh

Balas Dendam Pangeran Bodoh

last updateTerakhir Diperbarui : 2025-10-03
Oleh:  Bhay HamidOngoing
Bahasa: Bahasa_indonesia
goodnovel18goodnovel
Belum ada penilaian
7Bab
8Dibaca
Baca
Tambahkan

Share:  

Lapor
Ringkasan
Katalog
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi

Di Kekaisaran Azure yang megah, Pangeran Torin adalah seorang bahan tertawaan. Sejak kecil, ia dicap bodoh, lemah, dan tidak pantas menjadi pewaris. Setiap hari adalah neraka baginya, dihina dan ditindas tanpa henti oleh sang adik tiri, Pangeran Valari yang licik dan ambisius. Ibunya, Permaisuri Aruna, merana dalam kesedihan, kesehatannya terus memburuk karena intrik jahat Valari dan ibunya, Selir Livia. Torin menyaksikan semua kehinaan ini, bara dendam diam-diam membakar di dalam hatinya yang terluka. Nasibnya berubah drastis saat ia menemukan sebuah buah persik misterius di tepi hutan kerajaan. Didorong rasa penasaran, Torin memakan buah itu, dan seketika dunianya terbalik! Otaknya yang semula tumpul kini bekerja dengan kecepatan kilat, menyerap pengetahuan dan strategi seperti spons. Ia mendadak memiliki kecerdasan luar biasa, ingatan fotografis, dan keberanian yang tak tergoyahkan. "Pangeran Bodoh" telah tiada, digantikan oleh seorang jenius yang siap melancarkan balas dendam. Diam-diam, Torin mulai menyusun rencana. Ia menghabiskan malam-malamnya berlatih seni pedang di bawah bimbingan Jenderal Arion, jenderal tua yang setia pada mendiang ayahnya. Dengan kecerdasan barunya, Torin berhasil mengungkap jaringan korupsi dan pengkhianatan yang telah merusak Kekaisaran Azure dari dalam. Ia membangun aliansi rahasia dengan Tabib Lyra yang cerdas dan berhati mulia, serta Kapten Rion, kepala pengawal yang akhirnya menyadari potensi Torin yang sebenarnya.

Lihat lebih banyak

Bab 1

1

"Pangeran Torin, Anda tidak makan?" sebuah suara melengking memecah lamunan Torin.

Torin mendongak, matanya yang redup bertemu pandang dengan Pangeran Valari, adik tirinya, yang berdiri di seberang meja dengan seringai licik. Valari memegang sepotong besar daging panggang, gemuknya berkilauan.

"Ah, maafkan saya, Kakak," kata Valari, suaranya dipenuhi sindiran yang manis. "Sepertinya Anda terlalu terpesona dengan hidangan istana sampai lupa bagaimana cara makan."

Tanpa peringatan, Valari mengayunkan tangannya, dan sepotong daging panggang itu meluncur bebas, mendarat dengan bunyi plop di pangkuan Torin.

Minyaknya menyebar, menciptakan noda gelap di jubah Torin yang memang sudah lusuh.

Tawa meledak di seluruh aula. Para bangsawan menunjuk, beberapa menutupi mulut mereka, yang lain terang-terangan mengejek.

"Dasar ceroboh!" bisik seorang wanita bangsawan, suaranya meremehkan.

"Pangeran bodoh memang tidak pantas duduk di sini!" sahut bangsawan lainnya.

Torin hanya menunduk. Tangannya mengepal di bawah meja, tetapi ekspresinya tetap kosong. Dia membiarkan noda itu menyebar, membiarkan tawa itu menusuk. Inilah dirinya, "Pangeran Bodoh" yang selalu dipermalukan.

Valari tersenyum puas. "Ups, maafkan saya, Kakak. Tangan saya licin." Ia pura-pura menyesal, padahal matanya berbinar kemenangan.

"Mungkin Anda harus kembali ke kamar Anda. Terlalu banyak keramaian sepertinya membuat Anda bingung."

****

Beberapa minggu berlalu, namun hidup Torin tak menunjukkan tanda-tanda membaik. Sebaliknya, penghinaan terhadapnya kian menjadi-jadi, seolah Valari tak pernah puas.

Pagi itu, Torin mencoba membaca di perpustakaan kekaisaran, sebuah tempat yang seharusnya memberinya kedamaian.

Ia duduk di sudut terpencil, mencoba memahami gulungan-gulungan kuno yang kini terasa begitu menarik baginya.

Tiba-tiba, suara nyaring Valari menggelegar dari pintu masuk perpustakaan, mengacaukan ketenangan. "Lihat siapa ini! Tikus perpustakaan rupanya!"

Valari tidak sendiri. Di belakangnya, berdiri Pangeran Darien, sepupu mereka yang angkuh, dan Nona Serena, putri seorang bangsawan kaya yang terkenal dengan lidah tajamnya. Mereka adalah antek-antek Valari yang paling setia dalam menyiksa Torin.

"Torin?" Darien menyeringai. "Aku kira perpustakaan ini hanya untuk mereka yang bisa membaca. Jangan-jangan kau hanya membalik halaman kosong, bukan begitu?"

Serena tertawa renyah, menutupi mulutnya dengan kipas. "Atau mungkin ia sedang mencari buku tentang bagaimana cara mengingat namanya sendiri? Kudengar ia sering lupa di mana kamarnya berada!"

Torin menahan napas, tangannya meremas gulungan kertas. Ia ingin membalas, tapi ia harus tetap pada perannya.

"Oh, Serena, jangan terlalu kasar," Valari pura-pura menengahi, namun senyum liciknya tak bisa disembunyikan. Ia mendekat, tangannya meraih gulungan yang sedang dibaca Torin.

"Apa ini? Sejarah Kekaisaran? Ah, betapa mulianya minatmu, Kakak. Sayangnya, buku-buku ini terlalu tebal untuk otakmu yang kecil."

Valari dengan sengaja merobek gulungan itu menjadi dua, lalu melemparkannya ke lantai.

Torin merasakan denyutan amarah di dadanya, tapi ia hanya menunduk.

"Kau tahu, Torin," Valari melanjutkan, suaranya kini lebih lembut tapi menusuk, "ayah kita pasti sangat kecewa melihatmu.

Seorang pewaris yang bahkan tak bisa mempertahankan kehormatannya sendiri. Aku yakin di alam baka sana, ia merasa malu memiliki putra sepertimu."

Kata-kata itu bagai belati yang menusuk langsung ke jantung Torin. Ayahnya. Torin mengepalkan tinju begitu erat hingga kukunya menancap di telapak tangan.

"Aku kasihan pada Permaisuri Elara," tambah Serena, "ia pasti menghabiskan seluruh hidupnya berharap putranya akan tumbuh menjadi seseorang yang berarti. Tapi yang ia dapatkan hanyalah... kau."

"Jangan bicara seperti itu tentang ibuku!" Torin hampir saja membantah, suaranya bergetar. Namun ia berhasil menahannya, hanya bisikan samar yang keluar.

Valari tertawa. "Lihat, ia bahkan tidak bisa membela ibunya sendiri! Bagaimana mungkin orang seperti ini bisa memimpin kekaisaran?" Ia menatap Darien dan Serena.”

"Ia bahkan tidak lebih dari bayangan yang lewat. Benar-benar sampah masyarakat istana."

Valari lalu membungkuk, mensejajarkan wajahnya dengan Torin.

"Dengar, Pangeran Bodoh. Sebaiknya kau tetap di sudutmu, bermain dengan buku-bukumu yang rusak. Karena takhta ini, kehormatan ini, bukan untukmu. Tidak akan pernah."

Dengan tawa merendahkan, Valari, Darien, dan Serena meninggalkan perpustakaan, meninggalkan Torin sendirian di antara gulungan yang berserakan.

Torin tetap di sana, wajahnya kosong, tetapi di dalam hatinya, setiap kata-kata kejam itu tercetak dalam hatinya.

Tampilkan Lebih Banyak
Bab Selanjutnya
Unduh

Bab terbaru

Bab Lainnya

To Readers

Selamat datang di dunia fiksi kami - Goodnovel. Jika Anda menyukai novel ini untuk menjelajahi dunia, menjadi penulis novel asli online untuk menambah penghasilan, bergabung dengan kami. Anda dapat membaca atau membuat berbagai jenis buku, seperti novel roman, bacaan epik, novel manusia serigala, novel fantasi, novel sejarah dan sebagainya yang berkualitas tinggi. Jika Anda seorang penulis, maka akan memperoleh banyak inspirasi untuk membuat karya yang lebih baik. Terlebih lagi, karya Anda menjadi lebih menarik dan disukai pembaca.

Komen

Tidak ada komentar
7 Bab
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status