Sudah hampir dua minggu ini Bening menjalani kelas kepribadian bersama dengan Madam Soraya sebagai sang mentor.
Gadis yang sedari awal mempunyai kecantikan alami itupun semakin bertambah cantik dan anggun dengan pembawaan diri yang lebih bagus. Karena segala ilmu yang diberikan Madam Soraya bisa diserap Bening tanpa kesulitan yang berarti. Mungkin karena bakat alami yang sudah ada di dalam diri gadis itu.
Pun dengan Madam Soraya yang merasa takjub dengan kehebatan muridnya itu. Tidak heran jika Madam Soraya menyebutnya dengan 'murid special' karena Bening memang memiliki aura/ inner beauty yang terpancar dalam dirinya.
"Pelajaran terakhir kita hari ini adalah table manner. Kau tahu apa itu table manner, Bening?"
Lagi-lagi Bening menggelengkan kepala tanda tak mengerti. Namun, Madam Soraya selalu memaklumi hal itu mengingat bagaimana latar belakang gadis cantik itu sebelumnya.
"Baiklah akan
Privat jet milik keluarga Ramiro sudah mendarat di bandara internasional Soekarno-Hatta, Jakarta. Sejak 30 menit yang lalu.Arga dan sahabatnya Raka sudah terlihat keluar dari pintu kedatangan yang langsung disambut dua orang pengawal yang ditugaskan untuk menjemput sang Tuan muda."Selamat siang Tuan muda. Selamat datang kembali di Indonesia.""Hemm.""Segera bawa barang-barang Tuan muda ke mobil. Kita langsung kembali ke rumah. Tuan muda harus segera beristirahat," ujar Raka kepada para pengawalnya."Kita langsung ke kantor saja!" sela Arga."Tapi Ga. Bukannya loe mau istirahat?""Kita langsung ke kantor," ucap Arga tak mau dibantah."Baiklah kita langsung ke kantor saja!" ujar Raka kepada para pengawalnya. Karena tidak ada pilihan lain baginya selain mengikuti perintah sang bos.Walau kadang Raka masih sulit untuk memah
"Aku ingin kau mencarikan aku informasi tentang identitas seorang gadis yang akan segera menjadi calon istri Tuan muda!" ucap Raka pada seorang detektif swasta profesional yang telah ia sewa."Berikan saya sedikit saja petunjuk tentang gadis yang anda maksud itu. Fotonya mungkin," jawab pria berpakaian serba hitam itu."Sayangnya aku tidak punya. Dan aku juga tidak memiliki petunjuk apapun mengenai gadis itu." Raka tampak menghela nafasnya sejenak. "Bahkan namanya saja aku tidak tahu.""Kalo seperti ini prosesnya akan sulit dan memerlukan waktu yang sedikit agak lama tapi saya akan mengusahakan yang terbaik, Tuan.""Aku percaya dengan kinerjamu maka dari itu aku menghubungimu. Entah bagaimanapun cara yang akan kau gunakan nanti aku tetap yakin kau tidak akan pernah mengecewakan ku. Aku akan memberikan 50% pembayaran di awal dan akan melunasi sisanya jika kau sudah menyelesaikan misinya." Raka tampak menyerahkan selembar cek kepada pria di hadapannya.
Sudah tiga hari lamanya detektif swasta yang disewa Raka mengintai rumah tempat Bening dikurung selama ini. Namun ia belum mendapat informasi apapun karena penjagaan ketat yang dilakukan oleh beberapa pengawal yang memang sengaja ditugaskan di sana.Namun, sebagai seorang detektif yang profesional ia pasti sudah memiliki banyak cara untuk mengulik informasi orang yang sudah menjadi targetnya karena memang sudah berpengalaman di bidangnya.Bahkan ia pun harus rela menyamar menjadi seorang teknisi petugas AC demi bisa masuk ke dalam rumah tersebut."Sedang apa Bening?" Lastri datang membuyarkan lamunan gadis yang sedang termenung di samping kolam ikan."Eh Ibu, maaf Bening ngelamun tadi.""Kamu kenapa Nak?"Bening tampak menggeleng pelan sebelum berkata. "Bening cuma kangen Ibu," jawabnya lirih."Bening juga merindukan kebebasan Bening seperti waktu di kampu
Arga membanting stir menuju rumah di mana Bening berada saat ini. Dengan kecepatan di atas rata-rata.Satu jam yang lalu saat dirinya dengan penuh percaya diri mendatangi salah satu hotel milik keluarganya. Untuk berbagi kenikmatan dengan seorang gadis yang ditawarkan oleh relasi bisnisnya buyar seketika, saat bayangan wajah dan tubuh Bening menari di pelupuk matanya."Gadis itu benar-benar sangat berbahaya!" umpat Arga kesal.Bagaimana tidak, selerah bercintanya mendadak hilang saat tak sengaja ia mengingat Bening. Hingga membuatnya meninggalkan teman ranjangnya begitu saja. Padahal gadis itu juga tak kalah cantik dan juga seksi."Kau harus bertanggung jawab gadis manis!" gumam Arga dengan seringai di wajahnya."Aku akan memberimu pelajaran malam ini. Yang tak akan bisa kau lupakan seumur hidupmu!"Arga semakin menambah kecepatan mobilnya karena sudah tidak sabar untuk segera tiba di tempat yang kini menjadi tujuannya.Bunyi klakson
"Semoga kau menikmati malam pertama kita!"Arga bangkit dari ranjang setelah berhasil mereguk kenikmatan surgawi bersama Bening."Terima kasih karena telah menjadikan aku orang pertama bagimu."Ia memakai kembali pakaiannya sembari melirik gadis yang masih menangis dan meringkuk di bawah selimut."Persiapkan dirimu. Secepatnya aku akan membawamu pergi bertemu dengan Opa," ucap Arga sebelum masuk ke dalam kamar mandi.Sepeninggal pemuda itu Bening meraung keras meratapi nasibnya. Kehormatan yang selama ini mati-matian dijaganya telah direnggut paksa oleh manusia bejat seperti Arga.Walaupun pernikahan mereka sudah di depan mata, tapi bukan berarti Arga bisa berbuat seenaknya kepada Bening. Bukan seperti ini yang Bening inginkan. Ia ingin dihargai sebagai seorang wanita dengan menyerahkan kesuciannya kepada sang suami kelak pada saat malam pertama mereka.Biarpun kenyataannya pernikahan yang mereka jalani nanti hanya sebuah pernik
Seminggu telah berlalu sejak kejadian malam itu dan selama itu pula Arga belum pernah sekalipun menampakkan dirinya di hadapan Bening. Mungkin ia berfikir untuk memberikan gadis itu waktu untuk sendiri dulu tanpa mengganggunya.Suasana mencekam begitu terasa di ruang tamu kediaman keluarga besar Ramiro. Tatapan mata setajam elang terlihat tengah menelisik gadis yang kini duduk di atas sofa besar dengan meremas kedua tangannya."Siapa namamu?!" Suara tenang namun tegas menyentak pendengaran gadis yang terlihat sangat tegang itu."Be-bening Tu-tuan," lirihnya kemudian kembali menundukkan wajah."Bening?!""I-iya.""Kau berasal dari keluarga mana. Siapa nama orang tuamu dan apa nama perusahaan Ayahmu. Apa aku mengenalnya?!" tanya Tuan Syarief penuh selidik.Degh-'Ya Tuhan pertanyaan macam apa itu. Perusahaan? Sejak kapan Ayah mempunyainya. S
Sesosok gadis cantik tengah duduk di depan meja rias ditemani seorang MUA profesional yang memang didatangkan khusus untuknya.Beberapa jam lagi ia akan melangsungkan prosesi ijab kabul di sebuah masjid yang telah ditentukan oleh keluarga Ramiro untuk melakukan prosesi sakral itu."Sutra lah neik jangan menangis lagi. Make up eke jadi luntura 'kan!" ucap pria gemulai yang sedang merias Bening karena ia begitu repot memperbaiki riasan di wajah gadis yang sedari tadi tak berhenti mengeluarkan air mata.Apakah seperti ini akhir dari kisah hidup yang harus ia jalani? Menikah tanpa kehadiran satu orang pun keluarganya. Sang Ibu yang menjadi harapan satu-satunya pun juga tidak berada di sisinya saat akan menjalani peristiwa penting dalam hidupnya nanti."Sutra lah neik, yey nangisin apa sih? Yey itu sebenernya cantika trala lala. Apalagi jika berhenti menangis. Harusnya yey itu bersukur bisa dapet jantan cucok m
"Elo nggak ada niatan mabuk di hari pernikahan nanti 'kan, Ga?" Suara Raka mengalihkan pandangan Arga yang tengah menikmati pemandangan kota dari jendela kaca apartemennya."Hanya segelas minuman, nggak akan bisa bikin gue mabuk!" terangnya."Gimana persiapan loe. Udah siap atau loe sudah mulai berubah pikiran? Belum terlambat untuk menghentikannya!""Sepertinya loe berharap banget gue bakal batalin pernikahan gue," sarkas Arga."Sorry bukan gue nggak setuju dengan keputusan loe ini tapi jika pernikahan ini membawa dampak buruk kepada orang lain apa gue harus berdiam diri saja?""Berdampak buruk yang bagaimana maksud loe?!""Jika ada salah satu pihak yang dirugikan dengan adanya pernikahan ini apa itu bukan namanya berdampak buruk?""Pikiran loe udah kejauhan. Loe selalu mengkhawatirkan sesuatu yang tidak seharusnya.""Entahlah gue hanya tidak ingin ada yang tersakiti di sini." Raka menghela nafasnya sejenak sebelum melan