"Apparationoh," gumam Miss Zoya gadungan yang seketika menghilang karena berteleportasi.
Kemudian Miss Zoya mengayunkan tongkat sihirnya ke arah Linch seraya mengucapkan mantra hingga Linch dapat menggerakkan tubuhnya kembali."Terima kasih, Guru," ucap Linch sambil berjalan mendekat k e arah Miss Zoya."Aku tidak mengerti, bagaimana dia bisa menyusup ke dalam Sekolah Sihir," ucap Miss Zoya."Mungkin saja ada orang dalam yang berkomplot dengannya," ucap Linch berspekulasi."Atau mungkin ada celah pada portal pertahanan Sekolah Sihir," tambah Miss Zoya."Tapi bagaimana Anda bisa kembali lagi, Guru?""Tadi ada sesuatu yang ketinggalan," sahut Miss Zoya."Kalau begitu lebih baik Anda segera kembali ke kelas, biar Saya yang menjaga Naema sekarang," putus Linch."Apa Kau yakin, Linch?" tanya Miss Zoya memastikan."Sepertinya Dia juga tidak mungkin kembali lagi ke sini untuk saat ini," ucap Linch sambil menyibakkan jubahnya."Benar juga, Aku akan segera kembali setelah selesai," ucap Miss Zoya sambil menyerahkan Naema kepada Linch.Kemudian Miss Zoya masuk ke belakang untuk mengambil sesuatu. Sedangkan Linch duduk di ruang depan sambil sesekali memperhatikan Naema yang sedari tadi tidak menangis."Kenapa Kau tidak menangis saat dalam bahaya, huh?" tanya Linch pada Naema seraya menyentil kening Naema perlahan.Sedangkan Naema hanya cemberut seakan mengerti dengan apa yang diucapkan Linch.*****Hari demi hari berlalu begitu cepat. Tanpa terasa Naema sudah beranjak remaja. Di umurnya yang akan menginjak 17 tahun, Naema hanya memiliki beberapa teman.Banyak yang menjauhi Naema karena mereka menganggapnya gadis yang aneh. Bahkan Naema lebih sering menyendiri di perpustakaan.Seperti saat ini. Dia sedang di perpustakaan untuk membaca buku tentang mantra."Naema, rupanya kau di sini! Aku sudah mencarimu ke mana-mana," ucap seorang gadis bernama Rebeca sambil menarik sebuah kursi di samping Naema.Naema hanya menoleh ke samping sebentar, lalu melanjutkan membaca bukunya lagi."Apa Kau tidak mendengarku?" ucap Rebeca merajuk sambil menarik buku yang sedang dibaca oleh Naema."Bukankah sekarang Kau sudah menemukanku?" ucap Naema kesal kemudian merampas bukunya kembali."Terus kenapa Kau tidak menanyakan kenapa Aku mencarimu?" tanya Rebeca lagi."Untuk apa Kau mencariku?" ucap Naema yang hanya mengulang kalimat Rebeca."Sudahlah, Aku tidak akan mengganggumu lagi!" ucap Rebeca kesal seraya beranjak dari kursinya.Tapi dengan cepat Naema menarik tangan Rebeca dan mendudukkannya kembali."Ada apa?" tanya Naema dengan santainya."Sekolah akan mengadakan kompetisi Sihir di akhir musim ini," terang Rebeca."Lalu... " Ucap Naema menggantung."Aku sudah mengajukan diri satu tim denganmu," tambah Rebeca.Braaaakkk.Tiba-tiba saja Naema menggebrak meja sambil berdiri dan seketika pandangan seluruh siswa tertuju pada mereka berdua."Kenapa Kau juga mengajakku untuk ikut bergabung?" tanya Naema sambil melotot."Karena kompetisi ini berkelompok," sahut Rebeca."Kau sudah tahu kalau Aku tidak akan ikut kompetisi seperti itu," ucap Naema lirih sambil duduk kembali di bangkunya."Maka dari itu, Aku sengaja tidak memberitahumu terlebih dahulu," ucap Rebeca sambil tersenyum penuh kemenangan.Dia senang karena berhasil menjebak Naema untuk ikut kompetisi Sihir di akhir musim. Karena biasanya Naema tidak akan mengikuti kompetisi apapun di sekolah.Mereka hanya akan duduk di barisan penonton paling belakang untuk menyaksikan jalannya kompetisi hingga selesai.Rebeca sangat ingin menunjukan kekuatan yang dimiliki Naema kepada seluruh siswa dan guru di Sekolah Sihir bukanlah sebuah kutukan. Melainkan kelebihan yang tidak dimiliki oleh sembarang orang."Kau bisa mengajak yang lain untuk menjadi partner mu," ucap Naema sambil melanjutkan membuka halaman bukunya."Apa ada teman yang mau bergabung denganku?" tanya Rebeca memastikan."Baiklah, Kau memang tidak punya banyak teman setelah berteman denganku," sahut Naema."Itu, Kau sudah tahu!" pekik Rebeca."Sebenarnya Aku tidak ingin melukai seseorang lagi," gumam Naema sambil membayangkan kejadian yang telah lama berlalu.Kejadian di mana Naema tidak bisa mengendalikan kekuatan sihirnya yang begitu besar saat dirinya sedang dianiaya oleh beberapa murid di Sekolah Sihir.Mereka membuat Naema marah dan tanpa sengaja Naema mengeluarkan sebuah kekuatan dari dalam dirinya yang tidak bisa dikendalikannya.Dia menerbangkan salah seorang murid lalu membantingnya ke tanah hingga tulang ekornya retak dan sulit untuk berjalan.Hal itu juga yang membuat para murid menjauhinya karena takut celaka. Bahkan mereka menganggap Naema adalah penyihir hitam."Kau kan tidak sengaja melakukannya," ucap Rebeca menjelaskan.Dia tidak ingin Naema terlalu memikirkan perihal yang tidak sengaja dia lakukan, hingga membuat Naema urung untuk menunjukan kemampuan yang dimilikinya."Tetap saja Mereka tidak memikirkan sejauh itu," sanggah Naema."Anggap saja mereka iri dengan kemampuan sihirmu. Bukankah Miss Zoya pernah mengatakan jika kemampuan sihirmu diasah dengan benar, maka akan setara dengan murid senior di sini," terang Rebeca sambil menepuk pundak Naema.*****Malam harinya seluruh siswa berkumpul untuk makan malam. Seperti biasa, Naema hanya berdua saja dengan Rebeca. Tentu karena tidak ada yang mau semeja dengannya."Naema.. Kenapa kalian hanya berdua?" tanya seseorang yang baru saja datang."Kakak, kapan Kau kembali?" tanya Naema sumringah dan bergegas untuk memeluknya setelah melihat Linch sudah kembali.Sebelumnya Linch dan beberapa temannya ditugaskan untuk bertarung melawan penyihir hitam di perbatasan. Namun Naema tidak menyangka kalau Kakaknya akan kembali secepat ini."Apa Kau tidak senang melihatku kembali, huh?" tanya Linch sambil mengacak-acak rambut Naema."Jangan lakukan itu! Aku tidak suka rambutku berantakan," keluh Naema seraya menyingkirkan tangan Linch dari atas kepalanya."Bukankah Aku sudah biasa melakukan ini padamu, sejak kapan Kau mulai protes?" ledek Linch."Aku sudah bukan anak kecil lagi, Kak!" pekik Naema."Ooh.. Jadi sekarang Adikku ini sudah tumbuh besar ya?" tambah Linch yang seketika membuat Naema merajuk hingga meninju perut Linch.Buuukkk."Apa yang Kau katakan! Bukankah Kau bisa melihatnya sendiri, sekarang tinggiku saja hampir sama denganmu," gerutu Naema sambil meletakkan pantatnya ke kursi."Tapi bukankah Aku masih lebih tinggi darimu?" ledek Linch.Naema hanya diam saja karena sudah tidak mau meladeni Kakaknya. Dia melahap hampir semua hidangan yang ada di meja, termasuk hidangan milik Rebeca."Jangan yang ini!" ucap Rebeca sambil menarik piring yang berisi daging domba panggang miliknya.Naema hanya menoleh sekilas ke arah Rebeca dan mulai melahap hidangannya yang lain."Kau bahkan sudah hampir menghabiskan semua hidangan yang ada di meja ini. Apa sekarang juga masih begitu lapar?" tanya Rebeca sambil melirik ke arah Naema dan Linch."Apa Adikku ini sudah tidak makan selama seminggu?" ledek Linch sambil terus mengunyah makanannya."Apa yang Kalian bicarakan? Mana mungkin Aku masih hidup jika belum makan selama seminggu," gerutu Naema kesal."Linch, kapan Kau kembali?" tanya seseorang dari arah belakang.Seketika semua orang yang berada di sana melihat ke belakang. Mereka ingin mengetahui siapa yang datang. Ternyata Dia adalah Zlatan, teman sekamar Linch. "Kapan Kau kembali, kenapa tidak langsung pulang?" ucap Zlatan sambil mendorong bahu Linch. "Saat pulang, yang kuingat Hanya Naema. Jadi Aku pergi mencarinya," sahut Linch sambil menepuk punggung Zlatan. Zlatan yang mengetahui alasan Linch tidak langsung kembali ke kamarnya langsung melihat ke arah Naema yang juga sedang melihat ke arahnya. "Kenapa menatapku seperti itu. Apa Kau pikir, Aku ini hantu?" tanya Naema dengan ketus. "Ti- tidak ada," jawab Zlatan terbata. Kenyataannya Zlatan masih takut melihat Naema. Selain karena kekuatan yang dimiliki Naema, Zlatan juga tidak berani bertatapan langsung dengannya. "Duduklah! Apa Kau sudah makan?" tanya Linch seraya menarik kursi untuk Zlatan agar duduk di sampingnya. "Aku sudah makan," tolak Zlatan. "Kalau begitu, duduk saja di sini!" paksa Linch karena Zlatan masih menolak untuk
"Rebeca! Dia kembali," pekik Naema seraya memeluk pinggang Linch. "Syukurlah, karena Dia menepati janjinya," gumam Linch. "Maafkan Aku Naema. Karena tidak bisa datang ke pertandingan tepat waktu," ucap Rebeca sedih. "Tidak masalah, yang terpenting sekarang Kau sudah kembali," ucap Naena sambil memeluk Rebeca. Kemudian mereka berdua turun ke arena pertandingan. Lawan mereka adalah senior yang sudah biasa mengikuti kompetisi. Linch melihat pertandingan itu di bangku paling depan. Dia tidak begitu banyak menaruh harapan pada Naema. Meskipun Naema kalah, Dia tetap akan mendukungnya. Pada saat Naema dan Rebeca turun ke arena, tiba-tiba saja langit menjadi gelap. Awan hitam mengelilingi sebagian langit di atasnya. "Protegoh diabolicah," ucap Naema sambil mengarahkan tongkat sihirnya ke sekitar arena pertandingan. Seketika api muncul mengelilingi arena pertandingan. Rebeca tidak percaya dengan apa yang dilakukan Naema. Karena jika ada salah satu diantara mereka ada yang terlempar kel
"Jadi sebelumnya Saya sering mengalami mimpi yang sangat aneh, Guru," terang Naema memulai ceritanya. "Mimpi aneh yang seperti apa?" tanya Miss Zoya penasaran sambil membantu Naema untuk duduk.Naema mulai mengatur nafasnya sebelum mulai kembali bercerita. Linch dan Rebeca juga langsung menoleh ke Arah Naema untuk mendengarkan ceritanya."Saya sering bermimpi didatangi oleh seseorang yang mengenakan jubah hitam. Kemudian orang itu mengatakan akan memberikan semua miliknya pada Saya. Dan anehnya mimpi itu selalu saja berulang," lanjut Naema."Apa Kau mengenal orang itu? Atau mungkin pernah melihat orang itu sebelumnya?" tanya Miss Zoya."Belum, Guru! Bahkan Saya tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena orang itu menggunakan penutup kepala," sahut Naema."Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" tanya Miss Zoya yang masih menunggu kelanjutan cerita dari Naema."Setiap malam orang itu selalu datang dan menyentuh kening Saya seperti ini," terang Naema sambil memperagakan ceritanya.Mis
"Maaf Master! Kalau boleh Saya tahu, ini tentang masalah apa?" tanya Miss Zoya penasaran karena tidak biasanya Master Gilbert mengajaknya berbincang terlebih dahulu."Duduklah! Biar Kita juga membicarakannya bersama dengan Master Stock Holmes," terang Master Gilbert yang masih berdiri di samping tempat duduk karena menunggu Tuan rumah untuk mempersilahkannya."Kenapa Anda masih berdiri di sana, Master? Silahkan duduk! Dan Anda juga Miss Zoya!" ucap Master Stock Holmes seraya mempersilahkan Master Gilbert untuk duduk begitu juga Miss Zoya."Apa yang ingin Anda sampaikan, Master? Sampai harus jauh-jauh datang ke tempat ini?" tanya Master Stock Holmes penasaran.Pasalnya tidak biasanya Master Gilbert ke kediamannya kalau tidak ada masalah yang serius."Sebenarnya ada sesuatu yang ingin Saya tanyakan mengenai Naema," ucap Master Gilbert seraya melirik ke arah Miss Zoya.Ekspresi Miss Zoya tetap datar seakan tidak terjadi sesuatu dengan Naema."Kalau begitu, silahkan!" ucap Master Stock Ho
Naema dan Rebeca serempak menoleh ke arah belakang."Ada apa, Kak? Kenapa Kau datang kesini?" tanya Naema sambil memperhatikan Linch dan Zlatan yang tiba-tiba saja mencarinya."Apa Kau sudah selesai?" tanya Linch lagi sambil mengambil buku-buku dari tangan Naema dan memberikan sebagiannya pada Zlatan.Dia juga ikut membawakan beberapa buku itu karena Naema membawa banyak sekali buku sampai hampir setinggi kepalanya."Sudah! Aku akan kembali ke asrama dan membaca buku-buku ini di sana," sahut Naema sambil berjalan diikuti oleh Rebeca di belakangnya.Linch sudah tidak heran dengan Naema yang bisa membaca semua buku ini hanya dalam tempo semalam. Karena Dia sudah sering melihat Naema melakukannya sejak masih kecil."Nanti malam, Aku dan para senior lainnya akan pergi ke Perbatasan lagi. Ada tugas dari Master Stock Holmes," terang Linch.Seketika Naema menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Linch dan Zlatan bergantian hingga Rebeca tidak sengaja menabrak punggung Naema."Aduh.. Ma- m
"Ma- master Gilbert! pekik Zlatan yang tidak menyangka kalau orang yang tadinya berada di depan podium bersama Master Stock Holmes tiba-tiba saja sekarang sudah berdiri di sampingnya."Dengarkan arahan Kepala sekolah kalau Kau tidak ingin berbicara di depan!" bisik Master Gilbert di dekat telinga Zlatan."Ba- baik, Master!" sahut Zlatan terbata.Seluruh tubuh Zlatan gemetar setelah melihat sorot mata Master Gilbert yang begitu gelap dan tajam."Dan Kau juga Lich," ucap Mater Gilbert sebelum akhirnya kembali ke depan podium dengan berteleportasi. Setelah Master Stock Holmes selesai memberikan arahan, murid-murid dibagi menjadi beberapa kelompok. Mereka juga dibagi untuk beberapa wilayah yang akan diamankan. Termasuk Linch yang masih satu kelompok dengan sahabatnya Zlatan.Kemudian mereka pergi ke perbatasan dengan kelompoknya masing-masing. Linch dan kelompoknya mendapatkan bagian wilayah perbatasan bagian timur. Yang artinya wilayah yang paling jauh jika dijangkau dari Sekolah Sihir.
Ketika Naema dan Rebeca menoleh, Mereka tercengang karena ternyata Dia adalah murid yang tadi datang terlambat. "Apa Kau sedang bertanya padaku?" tanya Naema yang tidak menyangka ada murid yang mau bicara padanya.Karena biasanya tidak ada murid yang mau bicara padanya bahkan hanya sekedar menyapa. Murid itu bernama Jose, putra seorang pedagang perhiasan."Iya, bukankah hanya Kau yang tadi berhasil membuat perisai cahaya itu? tanya Jose."Sayangnya Naema tidak akan pernah mengajarimu! Dia saja tidak mau mengajariku," seru Rebeca."Maaf Jose, Sahabatku memang suka seenaknya kalau berbicara," terang Naema sambil mencubit perut Rebeca."Aww.. Kenapa Kau mencubitku!" seru Rebeca.*****Keesokan harinya semua murid berkumpul di hutan belakang sekolah. Mereka bersiap untuk mengikuti ujian Master Gilbert."Apa Kau merasa gugup?" tanya Naema pada sahabatnya."Bagaimana tidak! Aku sudah menghafal semua mantra yang diajarkan di kelas Master Gilbert semalaman, tapi hanya beberapa yang bisa kupr
Saat Naema kembali menoleh, ternyata orang itu sudah pergi dari sana. Dia menatap ke segala arah untuk mencarinya. Namun sayang Naema tidak dapat menemukannya.Dia hanya menemukan sebuah kalung dengan liontin permata berwarna hitam pekat yang tadi sempat berada di leher monster itu. Naema memungutnya dan memasukkannya ke dalam saku jubahnya."Kau sedang mencari siapa? Monster itu sudah tidak ada!" seru Rebeca sambil menghampiri sahabatnya."Apa Kau melihat kemana perginya orang yang berdiri di depanku? Dia mengenakan jubah hitam dan penutup kepala," tanya Naema seraya memperagakannya."Jubah hitam apa? Aku tidak melihat siapa-siapa sejak tadi!" terang Rebeca."Tadi sebelum Kau memanggilku! Aku belum sempat melihat wajahnya tapi Dia sudah pergi menghilang entah kemana," terang Naema sambil meraih lengan sahabatnya untuk berdiri."Sudahlah! Mungkin Kau hanya sedang berhalusinasi. Sebaiknya Kita kembali ke pos sebelum langit berubah menjadi gelap!" putus Rebeca sambil berjalan dengan mem