Share

Bab 03. Kompetisi Sihir part 1

"Apparationoh," gumam Miss Zoya gadungan yang seketika menghilang karena berteleportasi.

Kemudian Miss Zoya mengayunkan tongkat sihirnya ke arah Linch seraya mengucapkan mantra hingga Linch dapat menggerakkan tubuhnya kembali.

"Terima kasih, Guru," ucap Linch sambil berjalan mendekat k e arah Miss Zoya.

"Aku tidak mengerti, bagaimana dia bisa menyusup ke dalam Sekolah Sihir," ucap Miss Zoya.

"Mungkin saja ada orang dalam yang berkomplot dengannya," ucap Linch berspekulasi.

"Atau mungkin ada celah pada portal pertahanan Sekolah Sihir," tambah Miss Zoya.

"Tapi bagaimana Anda bisa kembali lagi, Guru?"

"Tadi ada sesuatu yang ketinggalan," sahut Miss Zoya.

"Kalau begitu lebih baik Anda segera kembali ke kelas, biar Saya yang menjaga Naema sekarang," putus Linch.

"Apa Kau yakin, Linch?" tanya Miss Zoya memastikan.

"Sepertinya Dia juga tidak mungkin kembali lagi ke sini untuk saat ini," ucap Linch sambil menyibakkan jubahnya.

"Benar juga, Aku akan segera kembali setelah selesai," ucap Miss Zoya sambil menyerahkan Naema kepada Linch.

Kemudian Miss Zoya masuk ke belakang untuk mengambil sesuatu. Sedangkan Linch duduk di ruang depan sambil sesekali memperhatikan Naema yang sedari tadi tidak menangis.

"Kenapa Kau tidak menangis saat dalam bahaya, huh?" tanya Linch pada Naema seraya menyentil kening Naema perlahan.

Sedangkan Naema hanya cemberut seakan mengerti dengan apa yang diucapkan Linch.

*****

Hari demi hari berlalu begitu cepat. Tanpa terasa Naema sudah beranjak remaja. Di umurnya yang akan menginjak 17 tahun, Naema hanya memiliki beberapa teman.

Banyak yang menjauhi Naema karena mereka menganggapnya gadis yang aneh. Bahkan Naema lebih sering menyendiri di perpustakaan.

Seperti saat ini. Dia sedang di perpustakaan untuk membaca buku tentang mantra.

"Naema, rupanya kau di sini! Aku sudah mencarimu ke mana-mana," ucap seorang gadis bernama Rebeca sambil menarik sebuah kursi di samping Naema.

Naema hanya menoleh ke samping sebentar, lalu melanjutkan membaca bukunya lagi.

"Apa Kau tidak mendengarku?" ucap Rebeca merajuk sambil menarik buku yang sedang dibaca oleh Naema.

"Bukankah sekarang Kau sudah menemukanku?" ucap Naema kesal kemudian merampas bukunya kembali.

"Terus kenapa Kau tidak menanyakan kenapa Aku mencarimu?" tanya Rebeca lagi.

"Untuk apa Kau mencariku?" ucap Naema yang hanya mengulang kalimat Rebeca.

"Sudahlah, Aku tidak akan mengganggumu lagi!" ucap Rebeca kesal seraya beranjak dari kursinya.

Tapi dengan cepat Naema menarik tangan Rebeca dan mendudukkannya kembali.

"Ada apa?" tanya Naema dengan santainya.

"Sekolah akan mengadakan kompetisi Sihir di akhir musim ini," terang Rebeca.

"Lalu... " Ucap Naema menggantung.

"Aku sudah mengajukan diri satu tim denganmu," tambah Rebeca.

Braaaakkk.

Tiba-tiba saja Naema menggebrak meja sambil berdiri dan seketika pandangan seluruh siswa tertuju pada mereka berdua.

"Kenapa Kau juga mengajakku untuk ikut bergabung?" tanya Naema sambil melotot.

"Karena kompetisi ini berkelompok," sahut Rebeca.

"Kau sudah tahu kalau Aku tidak akan ikut kompetisi seperti itu," ucap Naema lirih sambil duduk kembali di bangkunya.

"Maka dari itu, Aku sengaja tidak memberitahumu terlebih dahulu," ucap Rebeca sambil tersenyum penuh kemenangan.

Dia senang karena berhasil menjebak Naema untuk ikut kompetisi Sihir di akhir musim. Karena biasanya Naema tidak akan mengikuti kompetisi apapun di sekolah.

Mereka hanya akan duduk di barisan penonton paling belakang untuk menyaksikan jalannya kompetisi hingga selesai.

Rebeca sangat ingin menunjukan kekuatan yang dimiliki Naema kepada seluruh siswa dan guru di Sekolah Sihir bukanlah sebuah kutukan. Melainkan kelebihan yang tidak dimiliki oleh sembarang orang.

"Kau bisa mengajak yang lain untuk menjadi partner mu," ucap Naema sambil melanjutkan membuka halaman bukunya.

"Apa ada teman yang mau bergabung denganku?" tanya Rebeca memastikan.

"Baiklah, Kau memang tidak punya banyak teman setelah berteman denganku," sahut Naema.

"Itu, Kau sudah tahu!" pekik Rebeca.

"Sebenarnya Aku tidak ingin melukai seseorang lagi," gumam Naema sambil membayangkan kejadian yang telah lama berlalu.

Kejadian di mana Naema tidak bisa mengendalikan kekuatan sihirnya yang begitu besar saat dirinya sedang dianiaya oleh beberapa murid di Sekolah Sihir.

Mereka membuat Naema marah dan tanpa sengaja Naema mengeluarkan sebuah kekuatan dari dalam dirinya yang tidak bisa dikendalikannya.

Dia menerbangkan salah seorang murid lalu membantingnya ke tanah hingga tulang ekornya retak dan sulit untuk berjalan.

Hal itu juga yang membuat para murid menjauhinya karena takut celaka. Bahkan mereka menganggap Naema adalah penyihir hitam.

"Kau kan tidak sengaja melakukannya," ucap Rebeca menjelaskan.

Dia tidak ingin Naema terlalu memikirkan perihal yang tidak sengaja dia lakukan, hingga membuat Naema urung untuk menunjukan kemampuan yang dimilikinya.

"Tetap saja Mereka tidak memikirkan sejauh itu," sanggah Naema.

"Anggap saja mereka iri dengan kemampuan sihirmu. Bukankah Miss Zoya pernah mengatakan jika kemampuan sihirmu diasah dengan benar, maka akan setara dengan murid senior di sini," terang Rebeca sambil menepuk pundak Naema.

*****

Malam harinya seluruh siswa berkumpul untuk makan malam. Seperti biasa, Naema hanya berdua saja dengan Rebeca. Tentu karena tidak ada yang mau semeja dengannya.

"Naema.. Kenapa kalian hanya berdua?" tanya seseorang yang baru saja datang.

"Kakak, kapan Kau kembali?" tanya Naema sumringah dan bergegas untuk memeluknya setelah melihat Linch sudah kembali.

Sebelumnya Linch dan beberapa temannya ditugaskan untuk bertarung melawan penyihir hitam di perbatasan. Namun Naema tidak menyangka kalau Kakaknya akan kembali secepat ini.

"Apa Kau tidak senang melihatku kembali, huh?" tanya Linch sambil mengacak-acak rambut Naema.

"Jangan lakukan itu! Aku tidak suka rambutku berantakan," keluh Naema seraya menyingkirkan tangan Linch dari atas kepalanya.

"Bukankah Aku sudah biasa melakukan ini padamu, sejak kapan Kau mulai protes?" ledek Linch.

"Aku sudah bukan anak kecil lagi, Kak!" pekik Naema.

"Ooh.. Jadi sekarang Adikku ini sudah tumbuh besar ya?" tambah Linch yang seketika membuat Naema merajuk hingga meninju perut Linch.

Buuukkk.

"Apa yang Kau katakan! Bukankah Kau bisa melihatnya sendiri, sekarang tinggiku saja hampir sama denganmu," gerutu Naema sambil meletakkan pantatnya ke kursi.

"Tapi bukankah Aku masih lebih tinggi darimu?" ledek Linch.

Naema hanya diam saja karena sudah tidak mau meladeni Kakaknya. Dia melahap hampir semua hidangan yang ada di meja, termasuk hidangan milik Rebeca.

"Jangan yang ini!" ucap Rebeca sambil menarik piring yang berisi daging domba panggang miliknya.

Naema hanya menoleh sekilas ke arah Rebeca dan mulai melahap hidangannya yang lain.

"Kau bahkan sudah hampir menghabiskan semua hidangan yang ada di meja ini. Apa sekarang juga masih begitu lapar?" tanya Rebeca sambil melirik ke arah Naema dan Linch.

"Apa Adikku ini sudah tidak makan selama seminggu?" ledek Linch sambil terus mengunyah makanannya.

"Apa yang Kalian bicarakan? Mana mungkin Aku masih hidup jika belum makan selama seminggu," gerutu Naema kesal.

"Linch, kapan Kau kembali?" tanya seseorang dari arah belakang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status