Share

Bab 04. Kompetisi Sihir part 2

Seketika semua orang yang berada di sana melihat ke belakang. Mereka ingin mengetahui siapa yang datang. Ternyata Dia adalah Zlatan, teman sekamar Linch.

"Kapan Kau kembali, kenapa tidak langsung pulang?" ucap Zlatan sambil mendorong bahu Linch.

"Saat pulang, yang kuingat Hanya Naema. Jadi Aku pergi mencarinya," sahut Linch sambil menepuk punggung Zlatan.

Zlatan yang mengetahui alasan Linch tidak langsung kembali ke kamarnya langsung melihat ke arah Naema yang juga sedang melihat ke arahnya.

"Kenapa menatapku seperti itu. Apa Kau pikir, Aku ini hantu?" tanya Naema dengan ketus.

"Ti- tidak ada," jawab Zlatan terbata.

Kenyataannya Zlatan masih takut melihat Naema. Selain karena kekuatan yang dimiliki Naema, Zlatan juga tidak berani bertatapan langsung dengannya.

"Duduklah! Apa Kau sudah makan?" tanya Linch seraya menarik kursi untuk Zlatan agar duduk di sampingnya.

"Aku sudah makan," tolak Zlatan.

"Kalau begitu, duduk saja di sini!" paksa Linch karena Zlatan masih menolak untuk duduk di sampingnya.

"Aku benar-benar sudah makan tadi," ucap Zlatan lagi.

"Kau tidak perlu makan, hanya duduk saja disini. Kita akan kembali ke kamar bersama," terang Linch.

"Baiklah," sahut Zlatan yang akhirnya mengalah.

"Kak, sebenarnya kemarin apa saja yang Kalian kerjakan di sana?" tanya Naema penasaran.

"Hanya mengamankan wilayah perbatasan," sahut Linch.

"Dengar-dengar di perbatasan ada banyak sekali penyihir hitam," ucap Rebeca sambil melahap makanannya.

"Menurut rumor memang begitu, tapi setelah Kami ke sana ternyata tidak ada sesuatu yang mencurigakan," sahut Linch seraya mengambil selai kacang di depannya.

"Jadi itu hanya rumor?" tanya Naema memastikan.

"Naema, apa Kau akan mengikuti kompetisi di akhir musim?" tanya Linch.

Naema hanya diam saja dan melirik ke arah Rebeca. Rebeca yang mengetahui maksud Naema langsung angkat bicara.

"Sebenarnya Naema tidak ingin mengikuti kompetisi itu, tapi Aku sudah terlanjur mendaftarkannya," terang Rebeca.

"Kenapa Kau selalu saja menghindar dari kompetisi di Sekolah?" tanya Linch sambil merebut air yang berada di tangan Naema, lalu meminumnya.

"Kak, bukankah Kakak sudah tahu alasannya? Untuk apa menanyakannya lagi," sahut Naema sambil menuangkan air ke dalam gelasnya lagi.

"Sampai kapan Kau akan terus bersembunyi? Apa Kau tidak ingin menjelajahi dunia luar?" tanya Linch memberondong.

"Aku tidak tahu dunia luar, lebih baik di dalam sini saja. Biar Kakak yang menceritakan dunia luar itu padaku," sahut Naema.

Kemudian Naema meminum air yang sudah dia tuang di gelasnya dan beranjak pergi.

Semua orang yang duduk di sana hanya saling pandang. Mereka merasa bersalah karena telah membicarakan hal yang tidak seharusnya.

"Naema, tunggu!" pekik Linch sambil berlari mengejarnya.

Namun Naema justru semakin mempercepat langkahnya hingga Linch tidak bisa menggapainya.

Naema pergi ke perpustakaan untuk menyendiri seperti biasa. Disaat hatinya sedang kalut, Naema lebih memilih untuk membaca buku di perpustakaan.

"Aku tidak bermaksud untuk membuatmu sedih, maaf," bujuk Linch yang ternyata sudah duduk di samping Naema entah sejak kapan.

Naema mulai meneteskan air matanya. Dia berusaha untuk tidak berteriak karena bisa memporak-porandakan semua buku yang tertata rapi di rak perpustakaan.

Linch menarik Naema ke dalam pelukannya. Dia tahu Naema sedang bersedih karena mengingat orangtuanya. Sampai saat ini Naema belum pernah sekalipun melihat Mereka.

"Suatu saat nanti, Aku akan menemanimu mencari Mereka," ucap Linch seraya mengusap punggung Naema.

*****

Keesokan harinya Rebeca sedang sibuk berkemas. Dia bangun pagi-pagi sekali setelah semalam dipanggil oleh Master Stock Holmes.

"Kau sedang apa?" tanya Naema yang melihat Rebeca sedang memasukkan beberapa bajunya ke dalam sebuah buntalan kain.

"Maafkan Aku Naema, mungkin Aku akan pergi selama beberapa hari. Tapi tenang saja, Aku akan kembali sebelum kompetisi itu dimulai," ujar Rebeca.

"Memangnya Kau mau pergi kemana?" tanya Naema seraya menarik tangan Rebeca.

"Kemarin Pamanku datang ke sini, Dia bilang Ibuku sedang sakit. Aku akan menengoknya sebentar," sahut Naema.

Naema hanya diam saja sambil memperhatikan Rebeca yang masih sibuk berkemas. Dia juga tidak mungkin menghalangi Rebeca yang ingin menemui ibunya.

"Ingat, jangan lupa untuk makan. Kakakmu juga sudah pulang, jaga diri baik-baik!" ucap Rebeca menasehati.

"Hati-hati di jalan," ucap Naema sambil memeluk Rebeca.

"Terima kasih, Aku akan membawakanmu oleh-oleh dari kampung," imbuh Rebeca.

"Tidak perlu! Cukup kembali dengan selamat, itu saja sudah cukup, " ucap Naema sambil menepuk pelan punggung Rebeca.

Setelah kepulangan Rebeca ke kampung halamannya. Naema sering pergi ke perpustakaan sendiri. Dia tidak punya banyak teman karena hanya Rebeca yang mau berteman dengannya.

"Kenapa Kau sendirian, dimana temanmu?" tanya Linch sambil menarik kursi di samping Naema kemudian duduk di sana.

"Rebeca ada sedikit urusan. Dia sedang pulang ke rumahnya," sahut Naema sedikit sedih.

"Buku apa yang sedang Kau baca, kenapa serius sekali?" tanya Linch mengalihkan topik agar Naema tidak bersedih lagi.

"Ini buku tentang ramuan. Sudah beberapa hari ini Aku tidak bertemu dengan Miss Zoya, apa Dia sudah kembali, Kak?" tanya Naema.

"Sepertinya belum. Kalau Miss Zoya sudah kembali, Dia pasti akan langsung mencarimu," terang Linch sambil mencubit hidung Naema.

Naema yang tidak suka hidungnya dicubit, membalasnya dengan meninju perut Linch.

Buuukkkk.

"Aaaakhhhhh.. Kenapa Kau meninju perutku lagi!" pekik Linch sambil memegangi perutnya yang terasa sakit.

"Siapa suruh mencubit hidungku," gerutu Naema sambil mengusap hidungnya yang sedikit memerah.

"Aku kan hanya menggodamu, kenapa Kau benar-benar meninjuku?" protes Linch sambil mengusap perutnya yang masih terasa sakit.

"Siapa suruh menggodaku," ucap Naema tidak mau kalah.

"Baiklah, Aku minta maaf," ucap Linch sambil menarik rambut Naema ke belakang, kemudian kabur.

"Kakaaaaak.." teriak Naema sambil memegangi kepalanya.

*****

Setelah beberapa hari berlalu, hari ini adalah saatnya kompetisi akhir musim di Sekolah sihir. Semua siswa sudah mempersiapkan diri jauh hari sebelum kompetisi dimulai.

Para peserta juga sudah duduk di kursinya masing-masing. Hanya Naema yang masih berdiri di depan pintu untuk menunggu kedatangan Rebeca.

Beberapa peserta juga ada yang sudah mulai bertanding. Linch yang melihat Naema dari jauh juga terlihat cemas.

Dia takut Rebeca tidak bisa datang karena Ibunya masih sakit. Naema juga pasti akan sangat bersedih.

Tidak lama kemudian Nama Rebeca dan Naema pun dipanggil untuk maju ke depan. Naema masih saja melihat ke arah pintu.

Dia berharap Rebeca bisa datang ke pertandingan ini karena Dia yang telah mendaftarkannya.

Selang 5 menit, Naema sudah pasrah. Dia tidak ingin menunggu Rebeca lagi. Namanya juga sudah berulang kali dipanggil.

"Kenapa Kau lama sekali," gumam Naema sambil memainkan lengan jubahnya seraya menunduk ke bawah.

Linch yang melihat Naema masih berdiri di dekat pintu segera menghampirinya.

"Aku akan menjadi partnermu jika Rebeca tidak datang!" seru Linch seraya menggenggam tangan Naema.

"Tidak bisa, Kau tidak boleh menjadi partnernya!" teriak sesorang sambil berlari mendekat. Dia juga melempar sepatunya sembarang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status