Seketika semua orang yang berada di sana melihat ke belakang. Mereka ingin mengetahui siapa yang datang. Ternyata Dia adalah Zlatan, teman sekamar Linch.
"Kapan Kau kembali, kenapa tidak langsung pulang?" ucap Zlatan sambil mendorong bahu Linch."Saat pulang, yang kuingat Hanya Naema. Jadi Aku pergi mencarinya," sahut Linch sambil menepuk punggung Zlatan.Zlatan yang mengetahui alasan Linch tidak langsung kembali ke kamarnya langsung melihat ke arah Naema yang juga sedang melihat ke arahnya."Kenapa menatapku seperti itu. Apa Kau pikir, Aku ini hantu?" tanya Naema dengan ketus."Ti- tidak ada," jawab Zlatan terbata.Kenyataannya Zlatan masih takut melihat Naema. Selain karena kekuatan yang dimiliki Naema, Zlatan juga tidak berani bertatapan langsung dengannya."Duduklah! Apa Kau sudah makan?" tanya Linch seraya menarik kursi untuk Zlatan agar duduk di sampingnya."Aku sudah makan," tolak Zlatan."Kalau begitu, duduk saja di sini!" paksa Linch karena Zlatan masih menolak untuk duduk di sampingnya."Aku benar-benar sudah makan tadi," ucap Zlatan lagi."Kau tidak perlu makan, hanya duduk saja disini. Kita akan kembali ke kamar bersama," terang Linch."Baiklah," sahut Zlatan yang akhirnya mengalah."Kak, sebenarnya kemarin apa saja yang Kalian kerjakan di sana?" tanya Naema penasaran."Hanya mengamankan wilayah perbatasan," sahut Linch."Dengar-dengar di perbatasan ada banyak sekali penyihir hitam," ucap Rebeca sambil melahap makanannya."Menurut rumor memang begitu, tapi setelah Kami ke sana ternyata tidak ada sesuatu yang mencurigakan," sahut Linch seraya mengambil selai kacang di depannya."Jadi itu hanya rumor?" tanya Naema memastikan."Naema, apa Kau akan mengikuti kompetisi di akhir musim?" tanya Linch.Naema hanya diam saja dan melirik ke arah Rebeca. Rebeca yang mengetahui maksud Naema langsung angkat bicara."Sebenarnya Naema tidak ingin mengikuti kompetisi itu, tapi Aku sudah terlanjur mendaftarkannya," terang Rebeca."Kenapa Kau selalu saja menghindar dari kompetisi di Sekolah?" tanya Linch sambil merebut air yang berada di tangan Naema, lalu meminumnya."Kak, bukankah Kakak sudah tahu alasannya? Untuk apa menanyakannya lagi," sahut Naema sambil menuangkan air ke dalam gelasnya lagi."Sampai kapan Kau akan terus bersembunyi? Apa Kau tidak ingin menjelajahi dunia luar?" tanya Linch memberondong."Aku tidak tahu dunia luar, lebih baik di dalam sini saja. Biar Kakak yang menceritakan dunia luar itu padaku," sahut Naema.Kemudian Naema meminum air yang sudah dia tuang di gelasnya dan beranjak pergi.Semua orang yang duduk di sana hanya saling pandang. Mereka merasa bersalah karena telah membicarakan hal yang tidak seharusnya."Naema, tunggu!" pekik Linch sambil berlari mengejarnya.Namun Naema justru semakin mempercepat langkahnya hingga Linch tidak bisa menggapainya.Naema pergi ke perpustakaan untuk menyendiri seperti biasa. Disaat hatinya sedang kalut, Naema lebih memilih untuk membaca buku di perpustakaan."Aku tidak bermaksud untuk membuatmu sedih, maaf," bujuk Linch yang ternyata sudah duduk di samping Naema entah sejak kapan.Naema mulai meneteskan air matanya. Dia berusaha untuk tidak berteriak karena bisa memporak-porandakan semua buku yang tertata rapi di rak perpustakaan.Linch menarik Naema ke dalam pelukannya. Dia tahu Naema sedang bersedih karena mengingat orangtuanya. Sampai saat ini Naema belum pernah sekalipun melihat Mereka."Suatu saat nanti, Aku akan menemanimu mencari Mereka," ucap Linch seraya mengusap punggung Naema.*****Keesokan harinya Rebeca sedang sibuk berkemas. Dia bangun pagi-pagi sekali setelah semalam dipanggil oleh Master Stock Holmes."Kau sedang apa?" tanya Naema yang melihat Rebeca sedang memasukkan beberapa bajunya ke dalam sebuah buntalan kain."Maafkan Aku Naema, mungkin Aku akan pergi selama beberapa hari. Tapi tenang saja, Aku akan kembali sebelum kompetisi itu dimulai," ujar Rebeca."Memangnya Kau mau pergi kemana?" tanya Naema seraya menarik tangan Rebeca."Kemarin Pamanku datang ke sini, Dia bilang Ibuku sedang sakit. Aku akan menengoknya sebentar," sahut Naema.Naema hanya diam saja sambil memperhatikan Rebeca yang masih sibuk berkemas. Dia juga tidak mungkin menghalangi Rebeca yang ingin menemui ibunya."Ingat, jangan lupa untuk makan. Kakakmu juga sudah pulang, jaga diri baik-baik!" ucap Rebeca menasehati."Hati-hati di jalan," ucap Naema sambil memeluk Rebeca."Terima kasih, Aku akan membawakanmu oleh-oleh dari kampung," imbuh Rebeca."Tidak perlu! Cukup kembali dengan selamat, itu saja sudah cukup, " ucap Naema sambil menepuk pelan punggung Rebeca.Setelah kepulangan Rebeca ke kampung halamannya. Naema sering pergi ke perpustakaan sendiri. Dia tidak punya banyak teman karena hanya Rebeca yang mau berteman dengannya."Kenapa Kau sendirian, dimana temanmu?" tanya Linch sambil menarik kursi di samping Naema kemudian duduk di sana."Rebeca ada sedikit urusan. Dia sedang pulang ke rumahnya," sahut Naema sedikit sedih."Buku apa yang sedang Kau baca, kenapa serius sekali?" tanya Linch mengalihkan topik agar Naema tidak bersedih lagi."Ini buku tentang ramuan. Sudah beberapa hari ini Aku tidak bertemu dengan Miss Zoya, apa Dia sudah kembali, Kak?" tanya Naema."Sepertinya belum. Kalau Miss Zoya sudah kembali, Dia pasti akan langsung mencarimu," terang Linch sambil mencubit hidung Naema.Naema yang tidak suka hidungnya dicubit, membalasnya dengan meninju perut Linch.Buuukkkk."Aaaakhhhhh.. Kenapa Kau meninju perutku lagi!" pekik Linch sambil memegangi perutnya yang terasa sakit."Siapa suruh mencubit hidungku," gerutu Naema sambil mengusap hidungnya yang sedikit memerah."Aku kan hanya menggodamu, kenapa Kau benar-benar meninjuku?" protes Linch sambil mengusap perutnya yang masih terasa sakit."Siapa suruh menggodaku," ucap Naema tidak mau kalah."Baiklah, Aku minta maaf," ucap Linch sambil menarik rambut Naema ke belakang, kemudian kabur."Kakaaaaak.." teriak Naema sambil memegangi kepalanya.*****Setelah beberapa hari berlalu, hari ini adalah saatnya kompetisi akhir musim di Sekolah sihir. Semua siswa sudah mempersiapkan diri jauh hari sebelum kompetisi dimulai.Para peserta juga sudah duduk di kursinya masing-masing. Hanya Naema yang masih berdiri di depan pintu untuk menunggu kedatangan Rebeca.Beberapa peserta juga ada yang sudah mulai bertanding. Linch yang melihat Naema dari jauh juga terlihat cemas.Dia takut Rebeca tidak bisa datang karena Ibunya masih sakit. Naema juga pasti akan sangat bersedih.Tidak lama kemudian Nama Rebeca dan Naema pun dipanggil untuk maju ke depan. Naema masih saja melihat ke arah pintu.Dia berharap Rebeca bisa datang ke pertandingan ini karena Dia yang telah mendaftarkannya.Selang 5 menit, Naema sudah pasrah. Dia tidak ingin menunggu Rebeca lagi. Namanya juga sudah berulang kali dipanggil."Kenapa Kau lama sekali," gumam Naema sambil memainkan lengan jubahnya seraya menunduk ke bawah.Linch yang melihat Naema masih berdiri di dekat pintu segera menghampirinya."Aku akan menjadi partnermu jika Rebeca tidak datang!" seru Linch seraya menggenggam tangan Naema."Tidak bisa, Kau tidak boleh menjadi partnernya!" teriak sesorang sambil berlari mendekat. Dia juga melempar sepatunya sembarang."Rebeca! Dia kembali," pekik Naema seraya memeluk pinggang Linch. "Syukurlah, karena Dia menepati janjinya," gumam Linch. "Maafkan Aku Naema. Karena tidak bisa datang ke pertandingan tepat waktu," ucap Rebeca sedih. "Tidak masalah, yang terpenting sekarang Kau sudah kembali," ucap Naena sambil memeluk Rebeca. Kemudian mereka berdua turun ke arena pertandingan. Lawan mereka adalah senior yang sudah biasa mengikuti kompetisi. Linch melihat pertandingan itu di bangku paling depan. Dia tidak begitu banyak menaruh harapan pada Naema. Meskipun Naema kalah, Dia tetap akan mendukungnya. Pada saat Naema dan Rebeca turun ke arena, tiba-tiba saja langit menjadi gelap. Awan hitam mengelilingi sebagian langit di atasnya. "Protegoh diabolicah," ucap Naema sambil mengarahkan tongkat sihirnya ke sekitar arena pertandingan. Seketika api muncul mengelilingi arena pertandingan. Rebeca tidak percaya dengan apa yang dilakukan Naema. Karena jika ada salah satu diantara mereka ada yang terlempar kel
"Jadi sebelumnya Saya sering mengalami mimpi yang sangat aneh, Guru," terang Naema memulai ceritanya. "Mimpi aneh yang seperti apa?" tanya Miss Zoya penasaran sambil membantu Naema untuk duduk.Naema mulai mengatur nafasnya sebelum mulai kembali bercerita. Linch dan Rebeca juga langsung menoleh ke Arah Naema untuk mendengarkan ceritanya."Saya sering bermimpi didatangi oleh seseorang yang mengenakan jubah hitam. Kemudian orang itu mengatakan akan memberikan semua miliknya pada Saya. Dan anehnya mimpi itu selalu saja berulang," lanjut Naema."Apa Kau mengenal orang itu? Atau mungkin pernah melihat orang itu sebelumnya?" tanya Miss Zoya."Belum, Guru! Bahkan Saya tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas karena orang itu menggunakan penutup kepala," sahut Naema."Lalu apa yang terjadi selanjutnya?" tanya Miss Zoya yang masih menunggu kelanjutan cerita dari Naema."Setiap malam orang itu selalu datang dan menyentuh kening Saya seperti ini," terang Naema sambil memperagakan ceritanya.Mis
"Maaf Master! Kalau boleh Saya tahu, ini tentang masalah apa?" tanya Miss Zoya penasaran karena tidak biasanya Master Gilbert mengajaknya berbincang terlebih dahulu."Duduklah! Biar Kita juga membicarakannya bersama dengan Master Stock Holmes," terang Master Gilbert yang masih berdiri di samping tempat duduk karena menunggu Tuan rumah untuk mempersilahkannya."Kenapa Anda masih berdiri di sana, Master? Silahkan duduk! Dan Anda juga Miss Zoya!" ucap Master Stock Holmes seraya mempersilahkan Master Gilbert untuk duduk begitu juga Miss Zoya."Apa yang ingin Anda sampaikan, Master? Sampai harus jauh-jauh datang ke tempat ini?" tanya Master Stock Holmes penasaran.Pasalnya tidak biasanya Master Gilbert ke kediamannya kalau tidak ada masalah yang serius."Sebenarnya ada sesuatu yang ingin Saya tanyakan mengenai Naema," ucap Master Gilbert seraya melirik ke arah Miss Zoya.Ekspresi Miss Zoya tetap datar seakan tidak terjadi sesuatu dengan Naema."Kalau begitu, silahkan!" ucap Master Stock Ho
Naema dan Rebeca serempak menoleh ke arah belakang."Ada apa, Kak? Kenapa Kau datang kesini?" tanya Naema sambil memperhatikan Linch dan Zlatan yang tiba-tiba saja mencarinya."Apa Kau sudah selesai?" tanya Linch lagi sambil mengambil buku-buku dari tangan Naema dan memberikan sebagiannya pada Zlatan.Dia juga ikut membawakan beberapa buku itu karena Naema membawa banyak sekali buku sampai hampir setinggi kepalanya."Sudah! Aku akan kembali ke asrama dan membaca buku-buku ini di sana," sahut Naema sambil berjalan diikuti oleh Rebeca di belakangnya.Linch sudah tidak heran dengan Naema yang bisa membaca semua buku ini hanya dalam tempo semalam. Karena Dia sudah sering melihat Naema melakukannya sejak masih kecil."Nanti malam, Aku dan para senior lainnya akan pergi ke Perbatasan lagi. Ada tugas dari Master Stock Holmes," terang Linch.Seketika Naema menghentikan langkahnya dan menatap ke arah Linch dan Zlatan bergantian hingga Rebeca tidak sengaja menabrak punggung Naema."Aduh.. Ma- m
"Ma- master Gilbert! pekik Zlatan yang tidak menyangka kalau orang yang tadinya berada di depan podium bersama Master Stock Holmes tiba-tiba saja sekarang sudah berdiri di sampingnya."Dengarkan arahan Kepala sekolah kalau Kau tidak ingin berbicara di depan!" bisik Master Gilbert di dekat telinga Zlatan."Ba- baik, Master!" sahut Zlatan terbata.Seluruh tubuh Zlatan gemetar setelah melihat sorot mata Master Gilbert yang begitu gelap dan tajam."Dan Kau juga Lich," ucap Mater Gilbert sebelum akhirnya kembali ke depan podium dengan berteleportasi. Setelah Master Stock Holmes selesai memberikan arahan, murid-murid dibagi menjadi beberapa kelompok. Mereka juga dibagi untuk beberapa wilayah yang akan diamankan. Termasuk Linch yang masih satu kelompok dengan sahabatnya Zlatan.Kemudian mereka pergi ke perbatasan dengan kelompoknya masing-masing. Linch dan kelompoknya mendapatkan bagian wilayah perbatasan bagian timur. Yang artinya wilayah yang paling jauh jika dijangkau dari Sekolah Sihir.
Ketika Naema dan Rebeca menoleh, Mereka tercengang karena ternyata Dia adalah murid yang tadi datang terlambat. "Apa Kau sedang bertanya padaku?" tanya Naema yang tidak menyangka ada murid yang mau bicara padanya.Karena biasanya tidak ada murid yang mau bicara padanya bahkan hanya sekedar menyapa. Murid itu bernama Jose, putra seorang pedagang perhiasan."Iya, bukankah hanya Kau yang tadi berhasil membuat perisai cahaya itu? tanya Jose."Sayangnya Naema tidak akan pernah mengajarimu! Dia saja tidak mau mengajariku," seru Rebeca."Maaf Jose, Sahabatku memang suka seenaknya kalau berbicara," terang Naema sambil mencubit perut Rebeca."Aww.. Kenapa Kau mencubitku!" seru Rebeca.*****Keesokan harinya semua murid berkumpul di hutan belakang sekolah. Mereka bersiap untuk mengikuti ujian Master Gilbert."Apa Kau merasa gugup?" tanya Naema pada sahabatnya."Bagaimana tidak! Aku sudah menghafal semua mantra yang diajarkan di kelas Master Gilbert semalaman, tapi hanya beberapa yang bisa kupr
Saat Naema kembali menoleh, ternyata orang itu sudah pergi dari sana. Dia menatap ke segala arah untuk mencarinya. Namun sayang Naema tidak dapat menemukannya.Dia hanya menemukan sebuah kalung dengan liontin permata berwarna hitam pekat yang tadi sempat berada di leher monster itu. Naema memungutnya dan memasukkannya ke dalam saku jubahnya."Kau sedang mencari siapa? Monster itu sudah tidak ada!" seru Rebeca sambil menghampiri sahabatnya."Apa Kau melihat kemana perginya orang yang berdiri di depanku? Dia mengenakan jubah hitam dan penutup kepala," tanya Naema seraya memperagakannya."Jubah hitam apa? Aku tidak melihat siapa-siapa sejak tadi!" terang Rebeca."Tadi sebelum Kau memanggilku! Aku belum sempat melihat wajahnya tapi Dia sudah pergi menghilang entah kemana," terang Naema sambil meraih lengan sahabatnya untuk berdiri."Sudahlah! Mungkin Kau hanya sedang berhalusinasi. Sebaiknya Kita kembali ke pos sebelum langit berubah menjadi gelap!" putus Rebeca sambil berjalan dengan mem
Semua murid yang melihat kejadian itu langsung menatap sinis ke arah Naema. Mereka tidak menyangka kalau murid baru itu mengenal Naema."Bagaimana mungkin mereka sudah saling mengenal! Di mana mereka bertemu sebelumnya," gumam Bella sambil meremas tangannya karena merasa kesal.Acara dibubarkan tanpa ada kelompok yang dapat memecahkan teka-teki itu. Semua murid kembali ke asrama masing-masing karena hari sudah hampir gelap.Sedangkan Naema masih memikirkan bagaimana murid baru yang bernama Nick itu mengetahui rahasianya."Sejak kapan Kalian saling kenal? Kenapa Aku tidak pernah mengetahuinya!" pekik Rebeca sambil menepuk bahu Naema dari belakang.Naema hanya menoleh sebelum kemudian menarik tangan sahabatnya untuk kembali ke asrama."Entahlah! Aku juga baru pertama kali bertemu dengannya," sahut Naema enteng sambil terus berjalan."Kau tahu tidak! Banyak para gadis yang iri padamu setelah melihat kejadian tadi," ucap Rebeca antusias."Memangnya apa yang membuat mereka merasa iri padak