Share

Chapter. 6

Author: yukidua
last update Last Updated: 2023-06-07 04:16:15

Seorang gadis cantik bersurai panjang memasuki sebuah ruangan. Ia memakai sebuah mahkota kecil di kepala, menandakan bahwa ia adalah seorang putri. Dengan langkah anggun, ia melangkah ke dalam ruangan di mana seseorang sedang tertidur.

Ruangan itu luas dengan dominasi warna putih. Tidak banyak properti yang digunakan di dalamnya, hanya ada satu tempat tidur besar, dua lemari, meja, dan beberapa kursi. Meskipun begitu, ruangan tersebut terlihat elegan. Vas bunga menambah kecantikan ruangan tersebut, tetapi sang putri tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari ranjang di hadapannya. Salah satu tabib terkenal sudah berada di sana.

Seorang gadis bersurai panjang dengan rambut coklat sedang tertidur. Tidak diketahui kapan ia akan bangun. Tubuhnya terlihat pucat, dan luka di pergelangan tangannya belum sembuh sama sekali. Meskipun telah ada beberapa tabib yang mencoba mengobatinya.

"Putri Kiana, Alpha Daren," sapa tabib tersebut.

Kiana tersenyum membalas sapaan tabib itu, sementara Daren tetap diam dengan wajah dingin dan kejamnya.

"Dasar gadis lemah! Apakah dia tidak mampu menyembuhkan dirinya sendiri! Aku malu memiliki seorang anggota seperti dia," ejek Daren yang baru saja memasuki ruangan.

Moon Goddess tampaknya berpihak padanya. Dia diberikan belahan jiwanya yang lemah. Lihat saja kondisi gadis itu sekarang, hanya bisa berbaring lemah. Bagaimana mungkin dia bisa menjadi luna, pasangan Alpha terkuat dan paling kejam. Tubuhnya dipenuhi luka yang belum sembuh. Bahkan di wajahnya masih ada bekas cakaran dari serangan para Rogue dua hari yang lalu.

Ya, gadis itu telah tidak sadarkan diri selama dua hari ini. Ini menyebabkan kebingungan bagi semua orang. Mereka belum pernah bertemu dengan seorang gadis seperti ini sebelumnya. Dia tidak dapat berganti bentuk dan menyembuhkan dirinya sendiri. Padahal, luka seperti itu tidaklah berarti apa-apa bagi werewolf.

"Jangan mengganggunya dengan berisik seperti itu! Jika kamu datang hanya untuk mencemoohnya, lebih baik pergi dari sini," ujar Kiana yang duduk di samping gadis yang masih tertidur itu.

"Memang dia lemah, kamu lihat sendiri. Jika dia bisa bertahan hidup dalam kondisinya saat ini, aku akan membiarkannya tinggal di sini."

"Apakah kamu berjanji?" Kiana tersenyum.

Sementara itu, Daren hanya mendengus. Matanya memperhatikan dengan seksama apa yang dilakukan oleh adiknya itu. Kiana akan memberikan perawatan pada gadis itu. Meskipun gadis itu bukan seorang tabib, kemampuan yang dimilikinya tidak boleh dianggap remeh.

Kiana mulai membuka kain yang menutupi luka Elisa. Ia membersihkan luka tersebut dengan lembut. Meskipun pelan, Kiana merasa takut melukai gadis yang telah menyelamatkannya. Setelah luka dibersihkan, Kiana menaburkan bubuk abu-abu. Bubuk itu adalah obat yang digunakan oleh leluhur mereka untuk mengeringkan luka dengan cepat.

"Apa ini akan bermanfaat? Sudah dua hari luka ini belum sembuh," tanya Kiana pada tabib yang membantunya.

"Saya tidak tahu, putri. Tapi kita harus mencobanya," jawab tabib tersebut sambil menundukkan kepala sebagai tanda hormat.

"Baiklah, kamu bisa pergi sekarang," pinta Kiana.

"Tentu, putri. Saya permisi."

Meskipun ia tahu bahwa itu mungkin tidak akan berguna bagi Elisa, mereka harus mencoba segala cara. Luka-luka Elisa tidak mau sembuh. Padahal, itu hanya bekas gigitan Rogue biasa. Kecuali, para Rogue itu menggunakan sihir dalam pertarungan kemarin.

Tidak mungkin ada sihir di Lotus Pack. Mereka yang memiliki sihir telah dimusnahkan oleh werewolf terdahulu. Dan sekarang, Alpha Daren tidak mengizinkan penyihir masuk ke dalam packnya.

Seorang Alpha yang kejam dan ditakuti oleh semua pack, dia tidak akan tinggal diam. Dia akan dengan senang hati memusnahkan mereka dengan tangannya sendiri.

"Bolehkah aku membunuhnya sekarang?" tanya Daren santai sambil tetap menatap tajam gadis bernama Elisa itu. Ia tidak mengerti bagaimana adiknya bisa bertemu dengan gadis lemah ini.

"Jangan sekali-kali melukai temanku, atau kamu akan mati di tanganku, Daren!"

Kiana menatap tajam kakaknya tanpa takut. Tangannya bergerak seolah-olah ingin merenggut nyawa. Dia bahkan dengan santainya memanggil Alpha dengan sebutan langsung. Jika itu terjadi, berarti gadis itu serius.

"Hmph, aku akan pergi saja." Daren pergi meninggalkan adiknya yang masih marah dan menatapnya dengan tajam.

Setelah kakaknya pergi, Kiana melanjutkan tugas yang tertunda. Ia menutup luka Elisa dengan kain bersih yang telah disiapkan sebelumnya. Ia sedikit meringis melihat bahwa luka tersebut masih belum kering. Ia tahu betapa sakitnya gigitan Rogue.

Setelah selesai dengan luka Elisa, ia keluar dari kamar itu dan membiarkan gadis cantik itu beristirahat. Mungkin saja ramuan itu akan segera efektif. Ia berharap Elisa segera bangun dari tidurnya.

"Rapihkan semuanya, tetapi jangan berisik. Aku tidak ingin Elisa merasa terganggu," perintah Kiana langsung diikuti oleh dua omega yang menunggunya di luar pintu. Omega adalah sebutan untuk anggota terlemah di dalam werewolf. Mereka sering bekerja sebagai pembantu di kerajaan pack, juga sering disebut sebagai maid.

Kiana pergi mencari raja dan ratu. Ia perlu memberikan informasi terkini tentang keadaan Elisa dan juga ingin meminta pendapat tentang apa yang harus dilakukan agar gadis yang telah menyelamatkannya itu bisa kembali bangun.

Sementara itu, di luar, seseorang memperhatikan dua omega yang membersihkan sisa-sisa obat di dekat Elisa. Sebenarnya, orang itu telah berada di sana sejak tadi, memperhatikan gadis bernama Kiana mengobati Elisa. Dia duduk di dahan pohon yang mengarah ke jendela.

Setelah dua omega selesai membersihkan semuanya dan pergi, orang itu menghilang dan muncul di dalam ruangan itu tepat di samping tempat tidur Elisa.

"Gadis yang malang," ucapnya sambil menyentuh pipi Elisa dengan lembut.

Dia memperhatikan wajah cantik gadis itu yang terlihat pucat. Seperti gadis itu kekurangan darah. Perlahan, ia menyentuh bekas cakaran yang diberikan oleh serigala. Ia mengusapnya mengikuti bentuk cakaran yang cukup banyak di wajah cantiknya, membuat wajah gadis itu tidak sempurna lagi.

"Pantas saja mereka tidak bisa menyembuhkanmu, luka ini disebabkan oleh sihir," ucapnya sambil menatap luka yang masih tertutup kain.

Pria itu menjadi serius. Dia mengeluarkan cahaya ungu dari telapak tangannya dan menyentuh luka Elisa. Keningnya berkerut seolah-olah ia menahan sesuatu. Tiba-tiba cahaya itu menyinari seluruh tubuhnya dan Elisa.

Tidak tahu apa yang terjadi, setelah cahaya itu memudar, luka-luka itu menghilang tanpa bekas. Bahkan kain yang menutupi luka itu juga ikut menghilang entah ke mana. Tubuh gadis itu menjadi lebih cerah dan segar dari sebelumnya.

"Kau harus lebih sabar lagi. Jangan mati sebelum bertemu denganku. Sampai kita bertemu kembali suatu saat," ucap pria itu sebelum menghilang dalam keheningan.

Yang tersisa hanyalah gadis yang tidur dengan nyenyaknya. Bibirnya melengkung seperti tersenyum mendengar ucapan pria yang baru saja menghilang.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Penyihir Serigala   Chapter. 83

    "Apa yang kau lakukan di sini?" tanya Daren.Ia menatap Elisa penuh rasa penasaran. Untuk apa gadis itu ada di taman terbengkalai sendirian? Ke mana orang lain? Apa dia berjalan ke sini sendiri?"Eh, kau mengagetkanku," sahut Elisa, sedikit terkejut.Ia langsung memasang wajah jutek, tapi tampaknya Daren tidak terlalu peka dengan sikapnya itu."Kenapa kau ada di sini? Siapa yang membawamu?" Daren bertanya lagi."Itu bukan urusanmu," balas Elisa ketus. Ia benar-benar tidak ingin berada satu tempat dengan pria itu."El, kau keterlaluan pada pasanganmu sendiri," tegur Ivy."Biarkan saja. Dia memang pantas menerimanya," jawab Elisa dingin.Ia menjauh dari Daren. Tak sudi berlama-lama di dekat pria yang membuat hidupnya porak-poranda. Karena Daren, ia sering terbaring di ruang tabib. Karena pria itu juga, nyawanya selalu terancam oleh para rogue."Hei," panggil Daren, mencoba mendekati.Ia tahu Elisa menghindarinya akhir-akhir ini. Ia ingin tahu alasan sebenarnya. Mengapa Elisa selalu perg

  • Penyihir Serigala   Chapter. 82

    Dua hari telah berlalu.Kini Elisa berada di sebuah lorong istana, sibuk mondar-mandir keluar masuk ruangan. Sejak pagi, ia fokus meracik ramuan untuk raja dan ratu—dua sosok paling penting di kerajaan ini. Setelah semuanya siap, ia menyerahkannya kepada pelayan yang akan mengantarkan ramuan itu.“Kia! Sudah siap belum?” teriak Elisa dari luar. Tak ada waktu untuk bersantai. Ia harus serius.Ramuan itu dibuat dari bahan herbal khusus untuk memulihkan tenaga sang raja dan ratu. Dari Kiana, ia mendengar bahwa kesehatan keduanya menurun drastis belakangan ini. Elisa menduga ada racun yang menggerogoti tubuh mereka, dan ia sudah lebih dulu memberi ramuan penawar berbahan dasar mandrake. Kini, ia hanya perlu menunggu reaksinya berkembang sepenuhnya.Setelah tugasnya selesai, Elisa berniat beristirahat di kamarnya yang lama. Namun, di tengah perjalanan, ia melihat seseorang yang sangat tidak ingin ia temui.“El, kemarilah,” panggil pria itu dengan senyum lebar.Dulu, senyum itu membuat jant

  • Penyihir Serigala   Chapter. 81

    “Kak, apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa kalau El bersamamu, selalu saja begini?” tanya Kiana dengan nada kesal.Daren hanya diam. Ia tak berniat menjawab, apalagi menanggapi pertanyaan adiknya itu. Tatapannya tertuju pada Elisa yang terbaring lemah di atas tempat tidur. Wajah yang tadi pucat kini mulai membaik—setidaknya tak lagi seperti mayat.“Bagaimana kondisinya? Apa lukanya sudah ditangani?” tanya Daren kepada para tabib yang berjaga di sisi ranjang.“Sudah, Alpha. Semua luka telah kami bersihkan dan balut. Dalam tiga hari, seharusnya ia sudah pulih,” jawab salah satu tabib.Kiana berdecak kesal melihat sikap kakaknya yang seolah mengabaikannya. Bahkan menatap pun tidak. Kalau saja dia bukan Daren—kakaknya sendiri—sudah dari tadi kepalanya dijitak.“Kalian boleh pergi,” ucap Daren tanpa mengalihkan pandangan dari Elisa.Perasaan lega perlahan muncul. Ia tahu, semua ini salahnya. Dan untuk itu, ia hanya ingin tinggal berdua dengan Elisa.“Kau juga pergi, Kia,” tambahnya pelan.K

  • Penyihir Serigala   Chapter 80

    Daren mengamati matenya dari balik pepohonan. Ada rasa bangga yang tak bisa ia sembunyikan ketika melihat Elisa menebas leher dua rogue dengan gerakan belatinya yang cepat dan mematikan. Kini, hanya tersisa dua musuh.“Ternyata kau cukup lincah untuk ukuran gadis muda,” ujar salah satu rogue sambil menyeringai.Sebenarnya mereka berniat kabur, namun melihat dua teman mereka mati membuat mereka enggan mundur. Harga diri mereka sebagai rogue tak membiarkan mereka lari dengan pengecut.“Jangan pernah meremehkanku!” teriak Elisa meski napasnya sudah tak beraturan.Tubuhnya lelah. Tenaganya terkuras. Membunuh dua rogue sebelumnya bukan perkara mudah, dan dua yang tersisa terlihat lebih tangguh dan berpengalaman.Elisa kembali mengangkat belatinya. Kedua rogue menyeringai, seolah tahu gadis itu hampir habis tenaga.Mereka mulai berpencar, mencoba mencari celah untuk menyerang. Elisa tetap siaga meski tubuhnya penuh luka. Cakaran dari serangan sebelumnya terasa menyengat.Tanpa sengaja, mata

  • Penyihir Serigala   Chapter. 79

    Aroma khas ikan bakar memenuhi udara, membuat perut keduanya bergemuruh lapar. Mereka sama-sama tak sabar untuk mencicipi hidangan itu.Elisa duduk di dekat perapian, matanya terus terpaku pada ikan yang tengah dipanggang. Air liur tak henti mengalir, dan matanya tak berkedip sejenak pun. Api- api perapian memanggilnya, mengeluarkan aroma khas ikan yang membuatnya semakin lapar.Melihat bahwa ikan-ikan tersebut telah matang, Daren segera mengambil satu dan menusukkannya dengan sebatang ranting pohon. "Silakan, cicipi," kata Daren saat menawarkan ikan tersebut kepada Elisa. Daren tahu Elisa tak bisa melepaskan pandangannya dari ikan yang telah matang. Aromanya yang menggoda membuatnya terus merasa haus.Setelah menawarkan ikan, Daren kembali ke tempat semula. Waktu sudah menjelang senja, dan udara menjadi semakin dingin setelah panas siang tadi. Angin pun semakin kencang, memaksa mereka untuk tetap berdekatan dengan api.Namun, Elisa masih belum menyentuh ikan yang ditawarkan oleh Dare

  • Penyihir Serigala   Chapter. 78

    "Wah ini indah sekali!" Elisa terlihat kagum dengan apa yang ada di depannya. Hingga dirinya tak tahu telah mendorong Daren sehingga pria itu menjauh darinya. Detik kemudian ia tersadar. Dirinya mulai melototkan matanya. Tersadar dengan apa yang telah dilakukan. Tidak hanya itu, ia juga memutarkan tubuhnya perlahan menghadap Daren. Pria itu menatapnya tak percaya. Matanya begitu tajam melihat gadis tersebut. Elisa hanya bisa cengengesan karena hal tersebut. Dia sebenarnya bingung dengan sikap pria itu. Apakah marah atau tidak?Sementara itu, Daren yang telah kembali pada tubuhnya kesal dengan Greg. Bisa-bisanya ingin berganti shift tanpa berbicara dengannya. Ia rasa wolfnya sedang marah saat ini."Kau marah?" tanya Elisa dengan polosnya. Daren terus menatap gadis itu. Dia sedikit bingung pada Elisa. Menurutnya gadis itu plin plan. Terkadang bersikap baik seolah-olah tak terjadi apa-apa. Terkadang bersikap layaknya seorang musuh. Saat memikirkannya, sebuah ide pun muncul dari pikiran D

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status