Share

Chapter. 6

Seorang gadis cantik bersurai panjang memasuki sebuah ruangan. Ia memakai sebuah mahkota kecil di kepala, menandakan bahwa ia adalah seorang putri. Dengan langkah anggun, ia melangkah ke dalam ruangan di mana seseorang sedang tertidur.

Ruangan itu luas dengan dominasi warna putih. Tidak banyak properti yang digunakan di dalamnya, hanya ada satu tempat tidur besar, dua lemari, meja, dan beberapa kursi. Meskipun begitu, ruangan tersebut terlihat elegan. Vas bunga menambah kecantikan ruangan tersebut, tetapi sang putri tidak bisa mengalihkan perhatiannya dari ranjang di hadapannya. Salah satu tabib terkenal sudah berada di sana.

Seorang gadis bersurai panjang dengan rambut coklat sedang tertidur. Tidak diketahui kapan ia akan bangun. Tubuhnya terlihat pucat, dan luka di pergelangan tangannya belum sembuh sama sekali. Meskipun telah ada beberapa tabib yang mencoba mengobatinya.

"Putri Kiana, Alpha Daren," sapa tabib tersebut.

Kiana tersenyum membalas sapaan tabib itu, sementara Daren tetap diam dengan wajah dingin dan kejamnya.

"Dasar gadis lemah! Apakah dia tidak mampu menyembuhkan dirinya sendiri! Aku malu memiliki seorang anggota seperti dia," ejek Daren yang baru saja memasuki ruangan.

Moon Goddess tampaknya berpihak padanya. Dia diberikan belahan jiwanya yang lemah. Lihat saja kondisi gadis itu sekarang, hanya bisa berbaring lemah. Bagaimana mungkin dia bisa menjadi luna, pasangan Alpha terkuat dan paling kejam. Tubuhnya dipenuhi luka yang belum sembuh. Bahkan di wajahnya masih ada bekas cakaran dari serangan para Rogue dua hari yang lalu.

Ya, gadis itu telah tidak sadarkan diri selama dua hari ini. Ini menyebabkan kebingungan bagi semua orang. Mereka belum pernah bertemu dengan seorang gadis seperti ini sebelumnya. Dia tidak dapat berganti bentuk dan menyembuhkan dirinya sendiri. Padahal, luka seperti itu tidaklah berarti apa-apa bagi werewolf.

"Jangan mengganggunya dengan berisik seperti itu! Jika kamu datang hanya untuk mencemoohnya, lebih baik pergi dari sini," ujar Kiana yang duduk di samping gadis yang masih tertidur itu.

"Memang dia lemah, kamu lihat sendiri. Jika dia bisa bertahan hidup dalam kondisinya saat ini, aku akan membiarkannya tinggal di sini."

"Apakah kamu berjanji?" Kiana tersenyum.

Sementara itu, Daren hanya mendengus. Matanya memperhatikan dengan seksama apa yang dilakukan oleh adiknya itu. Kiana akan memberikan perawatan pada gadis itu. Meskipun gadis itu bukan seorang tabib, kemampuan yang dimilikinya tidak boleh dianggap remeh.

Kiana mulai membuka kain yang menutupi luka Elisa. Ia membersihkan luka tersebut dengan lembut. Meskipun pelan, Kiana merasa takut melukai gadis yang telah menyelamatkannya. Setelah luka dibersihkan, Kiana menaburkan bubuk abu-abu. Bubuk itu adalah obat yang digunakan oleh leluhur mereka untuk mengeringkan luka dengan cepat.

"Apa ini akan bermanfaat? Sudah dua hari luka ini belum sembuh," tanya Kiana pada tabib yang membantunya.

"Saya tidak tahu, putri. Tapi kita harus mencobanya," jawab tabib tersebut sambil menundukkan kepala sebagai tanda hormat.

"Baiklah, kamu bisa pergi sekarang," pinta Kiana.

"Tentu, putri. Saya permisi."

Meskipun ia tahu bahwa itu mungkin tidak akan berguna bagi Elisa, mereka harus mencoba segala cara. Luka-luka Elisa tidak mau sembuh. Padahal, itu hanya bekas gigitan Rogue biasa. Kecuali, para Rogue itu menggunakan sihir dalam pertarungan kemarin.

Tidak mungkin ada sihir di Lotus Pack. Mereka yang memiliki sihir telah dimusnahkan oleh werewolf terdahulu. Dan sekarang, Alpha Daren tidak mengizinkan penyihir masuk ke dalam packnya.

Seorang Alpha yang kejam dan ditakuti oleh semua pack, dia tidak akan tinggal diam. Dia akan dengan senang hati memusnahkan mereka dengan tangannya sendiri.

"Bolehkah aku membunuhnya sekarang?" tanya Daren santai sambil tetap menatap tajam gadis bernama Elisa itu. Ia tidak mengerti bagaimana adiknya bisa bertemu dengan gadis lemah ini.

"Jangan sekali-kali melukai temanku, atau kamu akan mati di tanganku, Daren!"

Kiana menatap tajam kakaknya tanpa takut. Tangannya bergerak seolah-olah ingin merenggut nyawa. Dia bahkan dengan santainya memanggil Alpha dengan sebutan langsung. Jika itu terjadi, berarti gadis itu serius.

"Hmph, aku akan pergi saja." Daren pergi meninggalkan adiknya yang masih marah dan menatapnya dengan tajam.

Setelah kakaknya pergi, Kiana melanjutkan tugas yang tertunda. Ia menutup luka Elisa dengan kain bersih yang telah disiapkan sebelumnya. Ia sedikit meringis melihat bahwa luka tersebut masih belum kering. Ia tahu betapa sakitnya gigitan Rogue.

Setelah selesai dengan luka Elisa, ia keluar dari kamar itu dan membiarkan gadis cantik itu beristirahat. Mungkin saja ramuan itu akan segera efektif. Ia berharap Elisa segera bangun dari tidurnya.

"Rapihkan semuanya, tetapi jangan berisik. Aku tidak ingin Elisa merasa terganggu," perintah Kiana langsung diikuti oleh dua omega yang menunggunya di luar pintu. Omega adalah sebutan untuk anggota terlemah di dalam werewolf. Mereka sering bekerja sebagai pembantu di kerajaan pack, juga sering disebut sebagai maid.

Kiana pergi mencari raja dan ratu. Ia perlu memberikan informasi terkini tentang keadaan Elisa dan juga ingin meminta pendapat tentang apa yang harus dilakukan agar gadis yang telah menyelamatkannya itu bisa kembali bangun.

Sementara itu, di luar, seseorang memperhatikan dua omega yang membersihkan sisa-sisa obat di dekat Elisa. Sebenarnya, orang itu telah berada di sana sejak tadi, memperhatikan gadis bernama Kiana mengobati Elisa. Dia duduk di dahan pohon yang mengarah ke jendela.

Setelah dua omega selesai membersihkan semuanya dan pergi, orang itu menghilang dan muncul di dalam ruangan itu tepat di samping tempat tidur Elisa.

"Gadis yang malang," ucapnya sambil menyentuh pipi Elisa dengan lembut.

Dia memperhatikan wajah cantik gadis itu yang terlihat pucat. Seperti gadis itu kekurangan darah. Perlahan, ia menyentuh bekas cakaran yang diberikan oleh serigala. Ia mengusapnya mengikuti bentuk cakaran yang cukup banyak di wajah cantiknya, membuat wajah gadis itu tidak sempurna lagi.

"Pantas saja mereka tidak bisa menyembuhkanmu, luka ini disebabkan oleh sihir," ucapnya sambil menatap luka yang masih tertutup kain.

Pria itu menjadi serius. Dia mengeluarkan cahaya ungu dari telapak tangannya dan menyentuh luka Elisa. Keningnya berkerut seolah-olah ia menahan sesuatu. Tiba-tiba cahaya itu menyinari seluruh tubuhnya dan Elisa.

Tidak tahu apa yang terjadi, setelah cahaya itu memudar, luka-luka itu menghilang tanpa bekas. Bahkan kain yang menutupi luka itu juga ikut menghilang entah ke mana. Tubuh gadis itu menjadi lebih cerah dan segar dari sebelumnya.

"Kau harus lebih sabar lagi. Jangan mati sebelum bertemu denganku. Sampai kita bertemu kembali suatu saat," ucap pria itu sebelum menghilang dalam keheningan.

Yang tersisa hanyalah gadis yang tidur dengan nyenyaknya. Bibirnya melengkung seperti tersenyum mendengar ucapan pria yang baru saja menghilang.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status