Share

Chapter. 5

Seorang gadis berlari menjauhi perkelahian itu. Dia terlalu takut untuk membantu kedua gadis yang sedang membuat pertahanan diri. Tanpa menoleh lagi, dirinya berlari dan menghilang di antara semak-semak.

Sementara itu, Elisa dan Kiana masih bertarung. Mereka mengeluarkan semua tenaga untuk melawan para Rogue. Satu Rogue sudah tewas di tangan Kiana. Entah sejak kapan gadis itu berganti shift dengan wolfnya.

Sedangkan Elisa masih bertarung dengan salah satu Rogue menggunakan belatinya. Seandainya saja ia bisa berganti shift, sudah sejak tadi ia menggigit, memisahkan kepala dari badan para Rogue itu. Sayangnya, ia tidak bisa.

Untung saja ia sudah melatih ilmu bela diri, jadi mudah baginya untuk menghindari gigitan para Rogue tersebut. Meskipun begitu, para Rogue tetap lebih kuat daripada dirinya.

"Mereka terlalu kuat, bagaimana ini?" wolf Kiana berbicara pada Elisa.

Keduanya saling membantu satu sama lain. Jika Elisa tersudut, maka Kiana akan menerkam Rogue itu.

"Kau harus membunuh dua serigala itu, yang ini akan aku tangani," jawab Elisa berlari menjauhi Kiana.

Saat Kiana sibuk dengan dua serigala, Elisa mengeluarkan sihirnya untuk membunuh Rogue yang akan menerkamnya dengan taring tajam. Namun, tepat saat di hadapan Elisa, tubuh Rogue tersebut membeku. Dia tersenyum meremehkan. Dengan cepat belatinya menusuk sang Rogue yang tak bisa bergerak karena sihir yang ia gunakan.

"Matilah kau!" teriak Elisa sambil menekan belatinya sampai menusuk jantung Rogue tersebut.

Satu Rogue telah tewas, masih ada dua lagi. Sedangkan dirinya sudah terlihat kelelahan karena telah menggunakan sihirnya.

Elisa melihat Kiana yang masih bertarung dengan salah satu dari mereka. Ternyata Rogue yang lain sudah tewas dan tergeletak tak jauh dari tempat gadis itu bertarung. Meskipun begitu, Elisa bisa melihat jika tubuh gadis itu juga sudah kelelahan.

Melihat kesempatan itu, musuh pun menerjang ingin menerkam tubuh Kiana. Dengan cepat Elisa bangkit dan menggunakan sihirnya. Tepat saat itu juga, serigala yang ingin menerkam Kiana terhempas ke samping. Setelah itu, Elisa langsung berlari sambil mencengkram belatinya kuat. Dia mulai bertarung, melukai kaki depan Rogue. Rogue kesakitan, ia mulai membalasnya. Tanpa ampun berusaha melukai Elisa.

"Kiana, kamu cari bantuan sekarang. Biar dia aku yang hadapi," teriak Elisa sambil terus menghindari terjangan demi terjangan sang Rogue.

Setelah Kiana pergi, Elisa segera mulai membalas serangan Rogue yang terlihat cukup kuat itu. Pertarungan itu cukup melelahkan bagi dirinya. Apalagi sejak tadi ia sudah menggunakan sihir. Ketika ia menggunakan salah satu sihirnya, maka energinya pun semakin berkurang. Hal itu membuat tubuhnya cepat lelah dan lamban dalam bertarung.

Sedangkan Rogue tersebut semakin kuat, bahkan gerakannya pun semakin liar. Serigala itu menggigit lengan Elisa dengan kuat, lalu membanting tubuh gadis itu ke arah pohon besar. Akibatnya, Elisa mengeluarkan darah segar dari mulutnya. Dia meringis karena hantaman pohon tersebut membuat dadanya terasa sakit, seakan hidupnya hanya tersisa sebentar lagi. Meskipun begitu, ia tetap berusaha berdiri dengan sisa-sisa tenaga yang dimiliki. Seluruh tubuhnya terasa remuk, dan ia sudah tidak bisa bertarung lagi. Pakaiannya juga sudah berubah warna karena luka-luka di tubuhnya mengeluarkan darah.

Luka-luka Elisa tidak bisa sembuh dengan cepat karena dirinya begitu lemah. Padahal setiap werewolf sudah diberikan kekuatan untuk menyembuhkan diri, tapi tidak bagi Elisa. Gigitan kecil saja membuat dirinya lemah, hingga pada akhirnya ia kalah. Luka-luka di tubuhnya semakin terasa sakit, dan matanya pun sudah semakin redup.

Sebenarnya ia bisa saja menyembuhkan luka dengan sihirnya, tapi sekarang tidak bisa. Tenaganya sudah terkuras semuanya. Kini, harapan satu-satunya hanyalah Kiana.

"Ternyata cuma segitu saja kemampuanmu, gadis lemah," ejek Rogue tersebut.

"Berisik!" teriak Elisa sambil menyentuh dadanya, ia bersandar di pohon.

"Hahahaha. Kau akan mati ditanganku. Jadi bersiaplah."

Rogue tersebut langsung menerkam Elisa, sedangkan gadis itu hanya bisa pasrah sekarang. Elisa memejamkan matanya tak ingin melihat serigala itu menerkamnya. Bertepatan saat itu juga, serigala lain menerjang Rogue tersebut. Elisa membuka matanya dan terkejut ketika ada sepasang mata indah sedang menatapnya, lalu pergi dari hadapannya.

"Elisa, kau tak apa?" tanya Kiana khawatir setelah baru tiba.

"Ya, aku tidak apa-apa," Elisa tersenyum.

Sekali lagi ia melihat serigala berbulu hitam tersebut. Betapa menakutkannya serigala itu menghabisi nyawa Rogue tanpa rasa kasihan, mengoyak-ngoyak tubuh musuhnya hingga berceceran di tanah. Elisa tercengang dengan hal itu, baru kali ini ia melihatnya. Tiba-tiba saja serigala itu berubah menjadi seorang manusia, tubuh polosnya terekspos begitu saja. Sontak Elisa memalingkan wajahnya ke arah lain. Lebih mengejutkan lagi, serigala tersebut adalah Daren.

Pantas saja tubuhnya terlihat tegap dan kuat. Ia tidak menyangka jika seorang Daren mau menolongnya, padahal pertemuan mereka di awal begitu tidak baik.

"Apa dia bisa berjalan?" tanya Daren setelah selesai memakai pakaiannya.

Kiana menatap Elisa seolah meminta jawaban.

"Tentu, aku bisa berjalan sendiri," jawab Elisa. Ia berusaha berdiri dan dibantu oleh Kiana. Sedangkan Daren pergi meninggalkan keduanya, bahkan tidak ingin membantunya.

"Pelan-pelan, aku akan membantumu," kata Kiana setia di samping Elisa.

"Merepotkan saja," suara itu terdengar jelas di telinga Elisa.

Mereka berjalan meninggalkan kawanan Rogue yang telah tewas. Daren berjalan di depan, sedangkan Elisa dan Kiana di tengah. Beberapa Warrior berjalan di belakang. Setiap berjalan, Elisa mengeluarkan suara ringisan.

"Apa kau tidak bisa berjalan lebih cepat, gadis lemah?" cibir sang Alpha.

Baru saja ingin menjawab perkataan Daren, tiba-tiba saja tubuh gadis itu menjadi lemah. Bahkan pandangannya semakin lama semakin kabur. Hingga pada akhirnya, tubuh tersebut jatuh ke tanah.

Seketika itu juga teriakan Kiana terdengar. Daren yang mendengar pun langsung berbalik melihat keadaan. Dengan cepat, ia datang dan menggendong Elisa. Ia pun kembali menggunakan kekuatan wolf miliknya agar cepat sampai di pack. Sesampai di sana, ia membaringkan Elisa dengan hati-hati. Tak bisa dipungkiri jika dadanya terasa nyeri, merasakan sakit yang gadis itu rasakan.

"Panggilkan tabib sekarang," perintah Daren pada adiknya.

"Apa dia akan baik-baik saja, Daren? Mate, bertahanlah," suara wolfnya terdengar di kepala.

Daren tak menghiraukan ucapan wolfnya, ia malah menatap wajah gadis yang terlihat pucat itu. Dirinya tak menyangka jika wolfnya seorang gadis lemah. Untuk berganti shift saja tidak bisa. Tak lama, seorang tabib datang dan menundukkan hormat pada Daren.

"Cepat periksa gadis itu."

"Baik Alpha."

Daren melihat bagaimana tabib tersebut memeriksanya. Setelah beberapa saat, tabib tersebut pun telah selesai.

"Dia kekurangan banyak darah, tapi saya akan memberikan ramuan untuk hal itu. Ia akan segera pulih dalam beberapa hari," jelas tabib tersebut.

Daren sedikit tidak senang mendengarnya, ia malah ingin gadis tersebut mati saja. Dengan begitu, dirinya tak harus bersanding dengan gadis lemah. Ia merasa malu jika semua rakyatnya mengetahui hal itu. Moon Goddess sepertinya membencinya. Seorang Alpha terkuat ditakdirkan bersama wolf terlemah di packnya. Apakah itu seimbang? Ia rasa tidak. Bagaimana bisa sang Luna menjaga rakyatnya jika tidak bisa menjaga diri sendiri? Apalagi sekarang, dirinya sudah memiliki kekasih, seorang gadis yang lebih pantas bersanding dengannya.

Daren menghembuskan napas dan keluar dari kamar tersebut. Ia butuh istirahat sekarang dan juga sedikit bermain dengan wanitanya.

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Zay90
wow penasaran penasaran
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status