Sekali pun berada dalam satu rumah, tak banyak interaksi antara Noah dan Cia. Di kala Noah bermain dengan Lora, Cia akan memilih pergi atau mungkin mengerjakan sesuatu. Begitu seterusnya. Hingga tak ada saat mereka berdua.
Namun, pagi ini saat Lora belum bangun, Cia harus berhadapan dengan Noah ketika keluar dari kamarnya. Berpapasan dengan suaminya itu, yang juga sedang melintas di kamarnya.“Lora belum bangun?” tanya Noah.“Belum.”Noah berlalu menuju ke dapur. Berniat membuat secangkir kopi. Dia membuka semua lemari untuk mencari kopi dan gula, tetapi entah ada di mana benda itu, tiba-tiba saja tidak ada. Seingatnya dia menaruh di tempat yang mudah dilihatnya.“Cari apa?” Melihat apa yang dilakukan Noah, membuat Cia tergelitik untuk bertanya.“Aku mencari gula dan kopi.”Cia langsung membuka lemari yang belum dibuka Noah. “Tempat gula, teh, dan kopi ada di sini,” ucapnya sambiSemua orang yang memakan kue buatan Cia mengatakan jika kue buatan Cia begitu enak. Hal itu membuat Noah ikut senang. Dengan beberapa catatan dari orang-orang yang didapatnya, Noah pulang dengan semangat. Tepat saat masuk ke apartemen, aroma manis kembali tercium. Noah sudah menduga jika Cia sedang membuat kue lagi. Benar saja dari kejauhan, dia melihat Cia yang sedang asyik membuat kue di dapur. “Kamu sudah pulang?” Cia yang sedang berbalik untuk meletakkan kue, melihat suaminya yang baru saja datang. “Iya,” jawabnya seraya menghampiri Cia.“Lihat, aku mengumpulkan komentar mereka yang makan kuemu.” Noah menunjukkan kertas yang didapatnya. “Wah ... Coba aku lihat.” Cia begitu antusias ingin membaca komentar mereka yang makan kue miliknya. Cupcake begitu enak. Manisnya pas.Rasanya enak dan warnanya menarik. Ini cupcake yang terenak yang ada.Deretan pesan itu membuat
Di depan toko sudah begitu ramai orang. Cia tidak menyangka jika banyak yang begitu antusias dengan pembukaan toko baru Cia. Promo yang menarik memang membuat semua orang ingin mencicip kue dari toko Cia. Tepat di jam sepuluh, akhirnya toko dibuka juga. Cia membuka toko dengan memotong pita yang berada di depan toko yang sudah disiapkan. Hadir juga keluarga Cia. Semua datang untuk mendukung usaha Cia yang baru. Riuh tepuk tangan menyambut ketika pita dipotong. Semua begitu senang sekali akhirnya toko impian Cia dibuka juga. Para pengunjung pun langsung masuk memesan kue di dalam toko. Beberapa tester yang diberikan untuk pembeli pun di coba oleh mereka sebelum membeli. Para karyawan disibukkan dengan melayani pengunjung toko. Cia dan Noah pun juga ikut serta dalam acara ini. Mereka berdua saling membantu melayani para pembeli. “Selamat Sayang, akhirnya toko impian kamu jadi juga.” Mama Chika yang sedang menggendong Lora, m
Waktu bergulir dengan cepatnya. Setahun sudah Cia membesarkan anaknya sendiri. Di kala bisnis yang dibangunnya baru berjalan, dia harus bisa membagi waktu antara anak dan pekerjaanya. Namun, Cia menikmati setiap proses yang ada. Karena baginya, selalu saja ada hal yang indah yang terjadi setiap hari. Terlebih anaknya begitu mengemaskan. “Mommy, bangun!” Suara merdu yang terdengar membuat Cia yang menikmati tidurnya harus bangun. Suara itu sudah seperti alarm yang selalu berbunyi untuknya. “Anak Mommy sudah bangun.” Cia mendaratkan kecupan di pipi gembul anaknya. Gemas sekali dengan anaknya yang sudah mulai tumbuh besar itu. Cia yang begitu gemas mendaratkan kecupan di pipi sang anak. “Mommy.” Suara tawa Lora terdengar begitu renyah. Dia merasa geli sekali karena mommy-nya menggelitik. “Mommy gemas sekali denganmu,” ucapnya seraya mendaratkan kecupan bertubi-tubi di pipi Lora. “Mommy, Lola mau cekolah.” Lora m
Noah sampai di Bandara Internasional. Sudah setahun Noah tidak menginjakkan kaki di Indonesia. Terakhir kali yaitu saat dia memutuskan untuk pergi meninggalkan anak dan istrinya. Kini, dia datang dengan status yang berbeda- mantan suami Cia.Noah menghentikan taksi. Memasukkan barang-barangnya ke bagasi. Saat masuk Noah bingung ke mana yang harus ditujunya. “Fransia Park, Pak.” Satu tempat yang menjadi tujuan Noah. Dia yang masih memiliki access card di sana berharap tempat itu bisa ditempatinya kembali. Taksi melaju membelah kemacetan ibu kota yang menjadi biasa. Noah melihat ke arah luar. Melihat bangunan-bangunan yang berjajar. Saat melihat ke arah luar, pikirannya tertuju pada Lora. Memikirkan bagaimana cara bertemu dengan Lora. Tanpa terasa taksi sampai. Noah turun dan dibantu oleh supir taksi menurunkan kopernya. Noah memandangi gedung yang berada di depannya. Langkahnya diayunkan menuju ke tower B-tempat unit aparteme
“Daddy.” Lora yang terbangun langsung mencari daddy-nya. Namun, yang ada di sampingnya hanya sang mommy saja. Hal itu membuatnya menangis. Cia yang mendengar suara tangis membuatnya membuka matanya. Hal pertama yang dilihatnya adalah sang anak yang menangis. “Kenapa Sayang?” Cia yang melihat sang anak menangis langsung bangun dan membelai lembut rambut anaknya. “Daddy pelgi.” Lora menangis dalam sesenggukan. “Kata siapa Daddy pergi? Daddy tidur di kamar sebelah.” Mendengar hal itu Lora langsung berangsur turun dari tempat tidur. Berlari ke kamar sebelah. Cia yang melihat pemandangan itu, berpikir jika keputusannya benar. “Jika kamu tidak mengizinkan tidak apa-apa. Aku akan cari hotel di dekat sini saja.”Cia memandang Noah. “Tidurlah di sini.” Cia sadar Lora sedang ingin sekali dekat dengan daddy-nya. Jadi tidak ada salahnya jika membiarkan Noah untuk tinggal di apartemen.
Noah melihat wajahnya dari pantulan cermin. Dilihatnya kini wajahnya jauh lebih bersih dari sebelumnya. Cia benar-benar mencukur dengan benar. Walaupun sempat harus berhenti karena Lora yang tak henti menggoda. Saat sedang sibuk memandangi wajahnya, terlihat Cia yang sedang keluar dari kamarnya. Pandangan Noah pun beralih pada mantan istrinya itu. “Apa Lora sudah tidur?” tanyanya. “Sudah.” Seperti biasa Cia menidurkan anaknya terlebih dahulu sebelum ke toko. Namun, kali ini dia tidak akan pergi ke toko karena anaknya minta untuk jalan-jalan ke mal bersama dengan daddy-nya. Noah menganggukkan kepalanya, sambil masih melihat pantulan dari wajahnya. Mengecek kembali siapa tahu masih ada sisa yang terlewatkan. “Berapa lama kamu tidak mencukurnya?” Cia yang memerhatikan Noah pun tergerak untuk bertanya. Seraya mendudukkan tubuhnya di samping Noah.Mendapati pertanyaan itu, Noah mengalihkan pandangan.
Noah membawa papa dan adiknya ke apartemen. Noah menjelaskan pada papanya jika sementara mereka tinggal di apartemen mengingat toko kue Cia dekat dengan apartemen. Noah membuat papanya tidak curiga sama sekali dengan apa yang sebenarnya terjadi antara mereka berdua. Di apartemen, Cia sudah menunggu mereka semua. Saat papa mertuanya datang, dia menyambut dengan ramah. “Apa kabarmu?” tanya Darwin.“Baik, Pa.” Cia tersenyum. Di samping Darwin berdiri seorang pria yang belum pernah Cia temui. Dia merasa heran siapa pria itu. “Hai, Kak.” Rylan melambaikan tangan pada Cia. Senymnya sumringah sekali. “Hai.” Cia masih bingung. Dia pun memilih mengalihkan pandangan pada Noah untuk mencari tahu jawabannya. “Dia adikku.” Noah yang mengerti sorot mata istrinya pun menjawab. “Hai, Kak, aku Rylan.” Rylan mengulurkan tangannya. “Hai, aku Cia.” Walaupun masih bingung dengan kehadir
Noah dan Cia mengantarkan Darwin, Rylan, dan Lora lebih dulu ke apartemen. Setelah itu mereka baru pergi. Noah berniat untuk ke kantor bertemu dengan Papa Felix, sedangkan Cia sedang ada urusan. “Aku akan turun di halte itu saja. Setelah itu aku akan naik taksi.”“Aku akan mengantarmu, kenapa harus naik taksi?” Noah merasa aneh dengan permintaan Cia. “Tidak, aku akan naik taksi saja.” Apa yang dilakukan Cia benar-benar membuat Noah curiga. Ada yang disembunyikan Cia, hingga membuatnya tidak mau diantar. “Baiklah.” Noah memilih untuk membiarkan Cia untuk naik taksi, seperti yang diinginkannya. Cia melepas sabuk pengamannya dan kemudian turun dari mobil. Tepat di depan mobil yang dibawa Noah, dia menghentikan taksi. Masuk ke dalam dan meminta supir untuk melajukan mobilnya. Noah yang penasaran dengan yang dilakukan Cia pun memilih untuk mengikuti dari belakang. Mobil melaju terus mengikuti taksi di depan. Hingga akhirnya Noah melihat taksi menuju